Bersama, Kita Bisa!

‘Sumpah Pemuda’

 

Apa sih arti dari peristiwa yang terjadi pada tanggal 28 Oktober ini untuk kalian?

 

Untuk aku pribadi, ’Sumpah Pemuda’ ini bukan hanya sebuah peristiwa penting dalam sejarah yang harus kita hafal demi dapetin nilai bagus buat ulangan sejarah, tapi kita juga harus bisa mendalami makna yang terkandung dalam sumpah ini. Nah, kali ini aku pengen ngebahas kalimat yang satu ini,

 

“KAMI POETRA DAN POETRI INDONESIA, MENGAKOE BERBANGSA JANG SATOE, BANGSA INDONESIA”

 

Kata ‘Negara’ dan ‘Bangsa’ mempunyai arti yang berbeda. ‘Negara’ berarti organisasi sekelompok manusia yang sama-sama menghuni suatu wilayah tertentu dengan pengakuan terhadap adanya suatu pemerintahan dan hukum yang mengatur tata tertib serta keselamatan setiap penguninya. Sedangkan, ‘Bangsa’ adalah persekutuan yang berdiri sendiri dengan setiap anggota persekutuan tersebut memiliki ikatan dan kesatuan dari segi bahasa, ras, agama, dan atau adat istiadat.

 

Ikatan dan kesatuan. Inilah yang akan menjadi topik utama pada artikel keduaku ini. Sebenernya lebih ngarah ke perbedaan dan persatuan sih, hehe.

 

Seperti yang kalian tahu, Indonesia yang terbentang dari sabang sampai merauke ini merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, hal ini disebabkan oleh fakta bahwa Indonesia mempunyai sebanyak 17.504 pulau. Wah, banyak banget kan P-assengers? Hal inilah yang menyebabkan Indonesia kaya akan beragam bahasa, agama, adat istiadat, budaya, dan lain-lain. Jangankan itu semua, bahkan tiap individu pun pasti berbeda-beda; layaknya krayon yang berwarna-warni. Namun, perbedaan inilah yang menjadi sarana persatuan dan sumber kekuatan Indonesia.

 

Sayangnya, banyak yang salah mengartikan perbedaan ini, sehingga malah terjadi perpecahan. Sudah banyak terjadi konflik yang menyangkut perpecahan di Indonesia. Dari peristiwa GAM, lalu sempat ada konflik antar suku di Sampit pada tahun 2001 sampai isu yang seringkali beredar akhir-akhir ini yaitu konflik antara ojek pangkalan dan ojek online.

 

Harapan terbesarku untuk Indonesia adalah agar seluruh rakyatnya —setiap individu yang ada di dalamnya— dapat bersatu dan tidak ada lagi perpecahan, apalagi perpecahan yang mengakibatkan adanya korban jiwa. Harapan ini mungkin terdengar naif, tapi tidak ada yang tidak mungkin kan? Sama seperti kata Audrey Hepburn, “Nothing is impossible, the word itself says i’m possible.”

 

Lagipula, kita semua terikat oleh semboyan bhineka tunggal ika yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Selain itu, terdapat alat pemersatu bangsa yang lain seperti Pancasila, sebagai dasar negara Indonesia; Bendera merah putih, sebagai bendera kebanggaan Indonesia; Bahasa Indonesia, sebagai bahasa persatuan Indonesia; Burung Garuda, sebagai lambang negara Indonesia; Indonesia Raya, sebagai lagu kebangsaan Indonesia.

 

Pasti bukan hanya aku saja yang mempunyai harapan seperti itu. Aku yakin, hampir seluruh rakyat Indonesia mendambakan hal yang sama. Kalo semuanya udah bersatu, maka semua pun akan terasa mudah, contohnya seperti gotong royong. Bersama, kita bisa!

 

Terus, apa sih yang harus kita lakukan untuk mencapai ‘persatuan’ ini? Atau sifat apa sih yang harus kita punya?

 

Menurut aku ada beberapa hal yang menyebabkan konflik/perpecahan ini, yang pertama adalah adanya ‘Ego’ yang tinggi. Konflik seringkali terjadi karena salah satu pihak merasa tersinggung. Ini bisa kita atasi dengan cara menjadi pemuda yang mempunya sifat tidak egois, obviously. Terus, rendah hati. Contohnya seperti menghargai orang lain, jangan mudah tersinggung, jangan terlalu mementingkan reputasi atau ingin menang sendiri, dan masih banyak lagi. Terus terang, aku suka miris kalau melihat berita tentang konflik ojek pangkalan dan ojek online. Seharusnya dua tipe ojek ini bisa saling menghargai satu sama lain, karena tujuan mereka pun sama, yaitu mencari nafkah.

 

Faktor yang lain adalah persaingan, contohnya adalah persaingan mata pencaharian. Lalu juga ada pemaksaan, contohnya adalah pemaksaan kebudayaan atau agama kepada suku yang lain. Suku yang terlalu mendominasi juga dapat menjadi pemicu konflik. Semua hal ini dapat diselesaikan jika tiap orang di Indonesia mempunyai toleransi yang tinggi. Sikap toleransi ini mudah kok untuk dijalankan, contohnya kalau ada tetangga yahg sedang merayakan sebuah acara adat, sebaiknya kita menghargainya dan jangan malah menyombongkan adat sendiri atau menjelek-jelekkan adat tetangganya, dan alangkah baiknya jika tetangga itu sendiri menghormati tetangga yang lain sehingga ia merayakan acara itu secukupnya saja, atau dengan kata lain adalah tidak terlalu heboh atau meriah.

 

Lalu, penyebab yang lain tentunya adalah ‘perbedaan’. Entah itu perbedaan latar belakang, perbedaan kepentingan, perbedaan individu dan lain-lain. Padahal semua perbedaan itu ada agar kita dapat saling melengkapi, karena manusia adalah makhluk sosial.

 

Kita juga harus mengubah cara pandang agar kita dapat melihat perbedaan sebagai sesuatu yang indah. Karena tentunya kalau semua invidu yang berada di bumi ini sama, maka semua akan terasa monotone. Perbedaan ini dapat diumpamakan sebagai warna dalam sebuah lukisan. Semakin banyak warna yang terdapat dalam lukisan itu, maka lukisan itu akan semakin indah.

 

“It is not our differences that divide us, it is our inability to recognize, accept, and celebrate those differences.”

 

Quote dari Audre Lorde ini merupakan salah satu kata-kata mutiara favoritku, karena quote ini mengandung makna yang sangat dalam. Dari sini dapat kita simpulkan bahwa bukan perbedaan yang memecah belah kita, namun sikap kita sendiri yang membuat kita terpecah belah. Sikap yang dimaksud adalah sikap untuk memahami, menerima dan melihat perbedaan itu sebagai suatu anugerah dari Tuhan yang sangat luar biasa. Sikap-sikap inilah yang seorang pemuda atau pemudi harus punya.

 

Yuk, kita semua belajar menanamkan sikap tidak egois, toleransi dan saling menerima agar kita dapat mencapai Indonesia yang satu, dengan arti Indonesia yang bersatu rakyatnya, Indonesia yang berbangsa satu dan Indonesia yang lebih baik lagi.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *