“Dan nama angkatan kalian adalah…”
Gue memandang sekeliling. Orang-orang sibuk bertepuk tangan, begitu juga kakak-kakak pengurus OSIS dan beberapa kakak kelas yang sedang berkumpul di sekitar lapangan.
Mungkin raga gue emang ikut berkumpul di lapangan hari itu, tapi pikiran gue entah ke mana. Sambil ikut-ikutan tepuk tangan, gue masih mikirin satu hal,
“Hah? Apa? Hector? Atau Vektor? Lha kalo Vektor, bukannya itu besaran yang ada di fisika ya?”
Satu lapangan masih terus bertepuk tangan. Karena gue gak mau membodohi diri sendiri–bertepuk tangan untuk sesuatu yang gak gue tahu pasti kebenarannya–gue pun bertanya ke salah satu teman sekelas gue yang duduk dibelakang gue.
“Eh, nama angkatan kita itu apa sih? Gak terlalu jelas tadi gue dengernya.”
“Hector. Nama angkatan kita itu Hector.”
Saat itu juga gue langsung mengutuki kemampuan pendengaran gue yang buruk.
—
Jujur, awalnya, gue berpikir kalau untuk menyatukan satu angkatan itu bakal susah, karena dari awal pun gue merasa kalau angkatan gue terbagi dari beberapa kelompok-kelompok. Dan, ketika tau kalau anggota kelompok TO dicampur sama semua kelas, gue sedikit males, yang berawal dari rasa takut.
Males, karena takut gak bisa beradaptasi sama anak-anak yang gak gue kenal.
Males, karena takut dicuekin kalau gue ngomong.
Males, karena takut gak ada yang mau bantu gue kalau-kalau gue kesulitan.
Dihari pengumuman anggota kelompok TO, ternyata gue masuk regu 5. Gue lumayan lega karena ada satu-dua orang anak yang gue kenal. Setidaknya gue gak bakal kesepian. Meskipun dalam hati gue mulai berfirasat kalau kelompok gue bakal gak asik.
Dan ya… Pada akhirnya gue sangat menyesal telah memiliki firasat demikian.
Regu gue bernama Damascus. Nama Damascus sendiri diambil dari nama sebuah pedang yang digunakan oleh para muslim Arab dan Persia pada saat Perang Salib. Pedang Damascus merupakan pedang tertajam dan terlentur di dunia. Sama seperti kami, kami berharap agar regu kami dapat menjadi regu yang terbaik, dan bisa mudah beradatasi (fleksibel).
Setelah selesai Pra Pra-TO dan Pra-TO, pada tanggal 20 Desember 2014, gue dan teman Hector lainnya pergi ke Desa Puteran, Kecamatan Cikalong Wetan, Kabupaten Bandung Barat. Sesampainya di sana, kita semua melaksanakan apel pembukaan. Setelah itu, gue dan Damascus membawa barang-barang kami menuju rumah Pak Didin, yang akan jadi tempat tinggal kami sementara selama 3 hari kedepan.
Salah satu keuntungan yang regu gue dapatkan adalah Pak Didin punya 2 rumah, dan dia mengizinkan kita untuk memakai dua-duanya. Satu hal yang membuat gue agak terkejut, yaitu ada ikan kecil di dalam bak mandi Pak Didin. It’s just a little strange, dan geli juga. Tapi gue mencoba bertahan aja, toh kita di sana cuma 4 hari.
Di hari pertama kegiatannya gak terlalu penuh. Karena regu gue kalah saat membuat mini charta, kita bertugas untuk membantu Regu 15 untuk membuat charta mereka yang bertema kesehatan itu. Gue, Jihan dan danru gue, Carlos datang ke rumah regu 15 untuk bertanya soal tuga apa yang harus kita lakukan. Sore itu keadaannya hujan, dan jalannya licin banget. Belum lagi rumah regu 15 yang jauhnya gak kira-kira, sampai-sampai gue, Jihan dan Carlos lupa jalan pulang. Untung aja ada bapak-bapak yang mau membantu kami untuk menunjukkan jalan pulang. Dan ya… Saat kita mau menaiki jalan yang terjal banget, danru gue kepeleset.
Saat itu gue bingung, antara mau kasian atau ketawa.
Sesampainya di rumah, gue ganti baju lalu menjelaskan masalah charta ke anggota regu gue lainnya (kebetulan waktu itu yang nyatet penjelasan jelasnya cuma gue). Dan malam itu pun, regu gue datang ke rumah-rumah warga untuk wawancara sebagai data yang diminta, kecuali gue, Jihan dan Carlos yang piket di rumah.
Diantara semua hari, menurut gue hari ketiga merupakan hari yang paling seru. Di pagi harinya, kita melakukan penjelajahan. Sebelum penjelajahan dimulai, ada apel dan penjelasan mengenai penjelajahan terlebih dahulu.
Jadi, di penjelajahn ini ada 4 pos. Dan disetiap pos ini kita diajarkan beberapa hal yang pastinya bakal memberikan efek positif bagi kita semua. Di pos pertama, yaitu tentang keagamaan. Kita disuruh merenungkan kesalahan yang selama ini telah kita perbuat dan berjanji pada diri sendiri untuk merubah perilaku buruk kita tersebut.
Di pos kedua, kita diajarkan argumen. Menurut gue, keberanian merupakan hal terpenting dari argumen. Percuma juga kalo lo punya argumen yang bagus dan masuk akal kalo lo gak punya keberanian untuk menyampaikannya.
Mirisnya, gue adalah salah satu dari orang yang gak punya keberanian untuk menyampaikan argumen.
Di pos ketiga, kita diajarkan untuk cinta alam dan kerjasama dengan cara menangkap belut. Itu kali pertamanya gue masuk kelumpur untuk menangkap belut dan jujur, gue ketakutan. Banget. Gimana ya… Setiap kali ngelangkah gue berasa nginjek sesuatu yang geli gitu, dan ya… Risih. Dan ya gue gak bisa diem, saking gelinya.
Untuk membayangkannya aja gue merinding. But who knows, gue berhasil menangkap 3 belut!
Di pos selanjutnya, kita diajarkan untuk bertanggung jawab atas semua konsekuensi yang sudah kita janjikan. Agak sedih sih, pas kakak PO-nya bilang, “Kita, marah-marah ini, untuk kebaikan kalian. Ini hari terakhir Vendra bisa mendidik kalian. Setelah ini kami gak bisa untuk mendidik kalian lagi.”
Itu merupakan pos terakhir dari rangkaian kegiatan penjelajahan.
Jujur, gue sedikit kecewa dengan cuaca yang tidak mendukung sehingga apresiasi seni, karnaval pakaian daerah dan solocamp dibatalkan. Padahal regu gue sudah latihan untuk acara apresiasi seni. Tapi seenggaknya kita mendapatkan bintang emas karena kita udah latihan sungguh-sungguh dari kamit kita, Kak Ilmi!
Dan puncak kegiatan di hari itu… Ya, Perang Vandel.
Malam itu, gue dan dua teman gue, Fiqan dan Tegar udah stay sebelum jam 12 sedangkan teman-teman gue yang lainnya tidur. Makin malam, kita pun mulai bangunin teman-teman gue lainnya dan gantian untuk istirahat. Jam setengah 3, barulah cahaya senter itu mulai muncul di vandel kami. Gue pikir, 3 babak itu bakal dilakukan secara terpisah. Ternyata, dilakukannya secara berurutan. Dan ya… Di babak ketiga kita kalah. Gue dan yang lainnya sedikit kecewa, terlebih lagi Fiqan dan Tegar yang sampai-sampai bikin kopi biar gak ketiduran. Hahaha!
Keesokan harinya, yaitu hari terakhir, pada pagi harinya gue gak ikut apel karena piket bersama 2 orang teman gue. Setelah masak, kita mulai packing barang dan membereskan rumah. Setelah berpamitan, kita semua langsung memasukan barang ke dalam truk dan mengikuti apel penutupan.
Awalnya, gue pikir TO itu cuma panas-panasan, belajar PBB, dimarahin kakak PO, dan seperti yang ada di yel-yel, ‘cowoknya botak-botak, ceweknya dikuncir dua‘.
Tapi gue salah. Segala sesuatu itu pasti punya alasan.
Misalnya, vandel dan nametag yang disita. Awalnya gue bingung, buat apa sih, disita? Kenapa gak boleh diletakan sembarangan? Toh itu kan cuma nametag, tanda pengenal. Dan ya, sekarang baru terpikir kalau ternyata tujuannya adalah supaya kita lebih mencintai dan menghargai hasil kerja keras kita sendiri, dimulai dari yang terkecil.
Atau misalnya, argumen dan konsekuensi ketika atribut disita. Itu juga mengajarkan kita kalau segala sesuatu itu punya konsekuensi, dan kita harus bertanggungjawab atas apa yang telah kita perbuat. Dan yang terutama, kita harus berani menyampaikan pendapat dan membela diri kita jika kita memang benar. Jangan mau diinjak-injak sama orang lain!
Banyak banget pelajaran yang gue dapatkan di Trip Observasi ke 44 ini. Gue juga kenal dengan banyak teman Hector yang sebelumnya bahkan belum pernah gue liat di sekolah. Dan sekarang gue juga gak takut dengan kakak PO, karena mereka merupakan orang-orang yang baik dan seru! Yang perlu kita lakukan adalah: menghargai mereka. Terimakasih, Kak Vendra!
Dan karena Trip Observasi ini juga yang menumbuhkan keyakinan dalam diri gue, kalau Hector bisa solid, Hector bisa menjadi angkatan terbaik, gak ada Hector satu ataupun Hector dua. Kita bisa bersatu, karena kita memang satu, yaitu Hector.
“Bersama Hector, TO terindah. Buat diriku, susah lupa.”
Gue baru merasakan salah satu bait yel-yel diatas. Dan ya, TO is one of unforgettable moments in 2014.
—
Ada satu hal yang dulu ingin sekali gue jawab, tapi gue gak punya keberanian yang cukup untuk menyampaikannya. Satu pertanyaan yang sampai sekarang masih gue ingat.
Sebenarnya, nama angkatan itu untuk apa, sih?
Bagi gue, nama angkatan merupakan identitas. Tapi, bukan hanya sekedar formalitas. Nama angkatan juga bisa menjadi pengingat kita, bahwa kita semua ada di bawah satu nama, Hector. Dan karena itu, gak ada alasan untuk kita saling menjatuhkan satu sama lain.
Susah ataupun senang, ya bersama-sama. Karena kita semua satu.
Kita semua Hector!