Halo P-assengers semua!
Gimana nih kabarnya di bulan mei ini? Makin seneng dibanding bulan sebelumnya atau malah makin sedih karena liat nilai rapor yang ga sesuai harapan untuk jalur undangan? Selaw aja masih ada waktu untuk ningkatin nilai iyegak?
Oiya buat kalian yang belum tau P-assengers itu apa, P-assengers itu nama sebutan yang baru untuk kalian para pengikut PIDAS sejati WIII. Tujuannya untuk apa? Untuk memberi identitas bagi kalian tentunya, karena tak kenal maka tak sayang. Ya berbahagialah kalian karena karena populasi orang yang sayang sama kalian bertambah. Bercanda bosqu
Ngomong-ngomong tentang sayang, tentunya gajauh dari kata cinta Iyegak? Pas banget nih di artikel kali ini gua bakal bahas tentang cinta-cintaan juga tapi bukan cerita cinta gua tentunya karena gua tau manusia tidak bisa menerima kehidupan cinta kaleng rengginang.
Jadi cerita cintanya darimana dong?
Nah cerita cintanya itu berasal dari buku Raditya Dika berjudul Marmut Merah Jambu yang diterbitkan pada tahun 2010. Yang berarti sudah 7 tahun berlalu sejak buku ini diterbitkan, ini kalo dalam waktu Young Lex udah ada di industry music Indonesia bisa aja pas gua perpisahan SD gua pake daster YOGS.
Jadi buku ini secara garis besar bertema kan tentang jatuh cinta lebih khususnya jatuh cinta secara diam-diam. Buat P-assengers semua yang kebanyakan sudah duduk di bangku SMA tentunya pernah dong merasakan jatuh cinta kepada seseorang. Baik itu secara diam-diam maupun secara terang-terangan. Nah, Radit membuka beberapa kisah cinta dia yang tentunya dibumbui lelucon lelucon seperti buku Raditya Dika lainnya.
Cerita dari buku ini dimulai dari pengalaman Radit ketika dia SMP yang mulai jatuh cinta kepada seorang teman satu sekolahnya bernama Indira. Radit mencoba peruntungannya untuk mendapatkan perhatian dari Indira dengan mulai menelpon rumahnya tapi sayang Radit malah dianggap sebagai mba-mba karena suaranya yang masih cempreng bagai doraemon belum akil balig. Dari cerita tersebut menekankan bahwa ketika yang kita inginkan tidak sesuai kenyataan kita hanya butuh merelakan. Dan orang-orang yang jatuh cinta secara diam-diam hanya bisa melakukan sesuai kebiasaanya, jatuh cinta sendirian.
Ada juga bab yang meceritakan diterornya radit oleh dua anak kembar bernama Nina dan Nini dikarenakan masalah yang sama juga, yaitu jatuh cinta. Bedanya dengan cerita sebelumnya kali ini justru Radit yang disukai oleh perempuan, BAHKAN oleh 2 perempuan, BAHKAN sudah sampai ke tahap freak seperti muncul di sudut kamar Radit pada pukul 6 pagi. Gua kalo jadi Radit mungkin gua udah kunciin dia dari luar. Pasarkan rumah itu dan menjualnya kepada Limbad biar Limbad mendapat satu asisten setia untuk menemaninya sulap potong-potong dan menemani dia dari kebisuannya.
Di bab terakhir, Radit membahas tentang hewan-hewan yang mempunyai berbagai sikap ekstrem demi cinta. Yang pertama ada belalang sembah, belalang sembah ketika abis kawin maka sang betina akan memakan kepala sang jantan. Kepala lho kepala. Kalo ini terjadi di dunia nyata mungkin petugas KUA dan penghulu akan beralih profesi jadi youtuber karena gaada yang nikah, mempunyai video tentang cara membuat helm anti dimakan betina dan menjadi kaya karena banyak yang subscribe.
Ya dari buku ini gua bisa banyak mengambil banyak pelajaran khususnya buat masalah percintaan yang bener-bener berkembang diumur remaja seperti gua sekarang ini. Salah satunya yaitu jangan jatuh cinta diam-diam, dengan diam-diam yang lu suka gabakal tau dan lu tetap berharap tanpa suatu kepastian dengan kata-kata dalam hati “Ini orang bakal nerima gua gak ya?”
Dari buku ini gua menemukan beberapa perempuan yang menganggap cowok itu hanya ada 2, kalo ga bajingan berarti dia homo. Gua sangat ingin bertanya kepada cewek yang bilang kayak gitu “Bapaklu bajingan atau homo?” Sangat kejam.
Dari sini gua belajar juga bahwa naksir seseorang, patah hati, cemburu, berantem, nembak seseorang, dan putus, bisa diibaratkan seperti roda marmut yang berputar, dan kita marmut polos yang tidak tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar itu. Setidaknya itu lah inti dari kenapa Raditya Dika menamai buku dia dengan judul Marmut Merah Jambu. Kalimat terakhirnya pun membuat ABG Indonesia semakin labil dengan pertanyaan
“Apakah sekarang saatnya berhenti?”
Dari buku ini juga gua semakin mengerti bahwa cinta itu seperti manusia juga, dia harus melewati berbagai ujian yang bisa dijadikan pengalaman melalui introspeksi diri. Tetapi manusia juga tetaplah manusia, ada yang tidak bisa belajar dari pengalaman dan ada yang terlalu mencintai pengalaman hingga tidak bisa intropeksi diri.