Back to Tokyo : Representing Indonesia

February 2nd 2015

Meninggalkan Sapporo untuk kembali ke Tokyo ternyata menjadi hal yang menyedihkan bagi kami, khususnya saya pribadi.

Setelah malam terakhir di kota bersalju itu dihabiskan dengan ‘kerja rodi’ membuat presentasi akhir kunjungan untuk ditampilkan esok hari di depan para pejabat dan petinggi JICE jepang, pagi-pagi sekali kami sudah take-off dari Bandara Internasional Chitose menuju Bandara Haneda di Tokyo.

Perjalanan sampai ke Tokyo hanya memakan waktu 1,5 jam. Kami sampai di Tokyo saat waktu makan siang, dan setelah menyantap makan siang kami langsung meluncur kembali ke Harumi Grand Hotel, hotel tempat kami menginap 6 hari lalu yang sekaligus menjadi meeting point dari rombongan ketiga negara yang akan melakukan presentasi akhir: Indonesia, Kamboja, dan Laos.

Saya masuk ke kelompok A, dengan Alvin sebagai ketua kelompok dan saya sendiri sebagai notulen atau sekretaris. Sebagai ketua kelompok, Alvin bertanggung jawab atas presentasi akhir kami—Ia yang membagi-bagi tugas tiap orang dan menentukan tema, mengawasi jalannya ‘kerja rodi’ kami tadi malam, dan Ia pula yang akan menampilkan hasil kerja kami di depan para petinggi JICE nanti. Sedangkan saya, membagi-bagi tugas: Ia menulis saya mencatat, Ia yang dikejar-kejar para coordinator dan saya yang menyerahkan hasil diskusi akhir, dan begitu pula saat report session di aula Harumi Grand Hotel nanti—kamilah yang akan berpresentasi mewakili Grup A rombongan Indonesia.

Selama perjalanan menuju lokasi, kami diwanti-wanti oleh para koordinator untuk selalu mengenakan masker yang sudah dibagikan selama report session berlangsung. Jangan sampai lupa pakai masker, katanya. Dan ternyata alasannya sangatlah mengejutkan—ada salah satu peserta dari Kamboja dan Laos yang sudah terserang flu babi! Ya, diantara hampir 200 orang dari 3 negara, akan sangat sulit mengidentifikasi siapakah yang sebenarnya terserang flu babi, maka dari itu para koodinator tidak mau ambil resiko dan menyuruh kami selalu mengenakan masker selama presentasi.

Rombongan Indonesia, siap sedia memakai masker;)

Rombongan Indonesia, siap sedia memakai masker;)

Selain mengenakan masker, kami juga diingatkan untuk mengenakan pakaian yang rapi dan formal selama report session. Terutama terhadap saya dan Alvin yang nanti akan tampil di depan, kami diwajibkan untuk mengenakan kemeja dan jas. Tujuannya untuk menghormati para petinggi dan pejabat JICE yang sudah meluangkan waktu untuk menyaksikan presentasi final kami.

Sampai di Hotel, ternyata aula sudah penuh oleh manusia—rombongan Kamboja dan Laos sudah duduk di tempat masing-masing, juga mengenakan masker dan setelan jas. Bahkan banyak dari mereka yang mengenakan pakaian adat lengkap dengan riasan.

Sambutan dari ketua pelaksana program Jenesys disampaikan dalam bahasa Jepang, yang selanjutnya diterjemahkan ke bahasa masing-masing negara oleh koodinator tiap rombongan, menggunakan sebuah translator berbentuk earphone. Urutan presentasi pertama adalah rombongan Kamboja, yang cukup singkat memaparkan tentang Fukushima, kota yang mereka singgahi kemarin. Berikutnya, segera dilanjutkan oleh presentasi rombongan kedua: Indonesia!

Saya yang pertama kali berbicara di depan, menggunakan bahasa Indonesia dan diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh coordinator. Setelah itu, kami bertukar tempat—Alvin yang berbicara di depan, sedangkan saya yang menghandle slideshow.

Saya membaca naskah presentasi dalam bahasa Indonesia, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh koordinator

Saya membaca naskah presentasi dalam bahasa Indonesia, yang kemudian diterjemahkan ke bahasa Jepang oleh koordinator

Alvin dan koordinator sekaligus penerjemah kami, sedang menghandle slideshow

Alvin dan koordinator sekaligus penerjemah kami, sedang menghandle slideshow

Untunglah, presentasi akhir kami dengan topic bahasan “Program Kerjasama Orangtua, Stasiun Televisi dan Pemerintah di kota Sapporo” mendapat respon baik.   

Presentasi berikutnya dilanjutkan oleh rombongan Laos, dan seperti yang saya bilang—para peserta dari Laos semua mengenakan pakaian adat lengkap dengan riasan. Presentasi rombongan Laos terbilang cukup lama, lebih dari 20 menit dan mereka pun turut menampilkan video kunjungan.

Setelah ketiga negara telah menampilkan presentasinya, seorang petinggi JICE—yang sayangnya saya lupa namanya—maju ke depan dan mulai berbicara sepatah dua patah kata. Dari penerjemah, saya bisa tahu bahwa petinggi JICE tersebut sangat puas dan terkesan pada presentasi kami semua.

Rosalyn sebagai wakil Indonesia yang mendapat sertifikat penghargaan

Rosalyn sebagai wakil Indonesia yang mendapat sertifikat penghargaan

Berikutnya, secara simbolis Ia menyerahkan sertifikat penghargaan, bukti telah mengikuti Program Jenesys 2.0 di Jepang selama 9 hari kepada 2 orang perwakilan tiap negara. Rosalyn dan Ahnaf maju, mewakili para peserta Indonesia mendapat sertifikat penghargaan.

Setelah semua acara selesai, kini waktunya acara special penutup report session—foto-foto! Aula seketika riuh, penuh dengan tawa dan teriakan. Para peserta, baik dan Indonesia, Kamboja dan Laos asyik berfoto bersama dengan alat bernama tongsis yang menyatukan. Si Bapak petinggi JICE pun terlihat kewalahan meladeni permintaan berfoto bareng.

Seluruh peserta Jenesys 2.0, baik dari Kamboja, Laos dan Indonesia, berfoto menggunakan tongsis!:p

Seluruh peserta Jenesys 2.0, baik dari Kamboja, Laos dan Indonesia, berfoto menggunakan tongsis!:p

Alvin, Krishna dan Saya, tim sukses presentasi final Group A :p

Alvin, Krishna dan Saya, tim sukses presentasi final Group A :p

Para peserta Jenesys rombongan Indonesia, selalu menyempatkan selfie bareng

Para peserta Jenesys rombongan Indonesia, selalu menyempatkan selfie bareng

Banyak peserta antar negara yang sibuk bertukar kontak dengan peserta negara lain

Banyak peserta antar negara yang sibuk bertukar kontak dengan peserta negara lain

Banyak peserta antar negara yang berkenalan selama report session berlangsung, sehingga tak jarang yang terlihat sedang bertukar kontak dan berfoto bersama. Begitupun dengan peserta Jenesys, kami terus berfoto bersama karena kesempatan foto bersama yang kami miliki sedikit—sehabis ini kami akan langsung meluncur ke hotel kami malam mini yang berlokasi hanya beberapa meter dari Bandara Internasional Narita, dan besok pagi-pagi sekali kami sudah harus take-off.

Hari terakhir di Tokyo menyenangkan, sekaligus melegakan—bahwa tujuan utama kami pergi ke Jepang sudah ditunaikan. Lebih menyenangkan lagi mengetahui bahwa presentasi akhir kami dihargai. Dan berikutnya, saat kami kembali naik ke atas bus yang akan membawa kami ke hotel terakhir, pikiran saya sudah penuh dengan rencana-rencana gila untuk menjadikan malam terakhir di negeri sakura ini tidak terlupakan.

Allya Mahira

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *