“Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu.” -John F. Kennedy
Untuk Garuda yang ke-71,
Rabu, 17 Agustus 2016. Hari kemerdekaan yang sepertinya biasa saja. Terlihat bendera yang terlipat rapi, pasukan yang siap nan gagah dengan seragam kebanggaannya, paduan suara, serta perangkat upacara lainnya yang telah dipersiapkan dengan baik. Memang, pagi itu kami akan melaksanakan upacara kemerdekaan. Upacara yang penuh khidmat dan khusyuk berdoa pada Tuhan dan berterima kasih pada para pahlawan. Dimulai dari masuknya pemimpin dan pembina ke lapangan upacara, diikuti prosesi lain, yang sama seperti upacara pada umumnya. Kegiatannya memang sama, berulang setiap tahun, tapi suasana kali ini jauh berbeda. Terasa lebih tegap dan hormat menghadap merah putih yang mewarnai langit, seraya mengingat sang saka yang telah berkibar selama 71 tahun.
Untuk GA,
Dilihat dari angka, 71 memang tidak memiliki perbedaan dengan angka-angka yang telah lebih dulu menjadi umur sang Garuda. Mereka sama-sama harus membawa perubahan yang jauh lebih baik kepada bangsa ini dan itu terpatri dalam hati setiap rakyatnya, berapapun besarnya.
Tapi angka 71 itu jelas berbeda dari tahun-tahun sebelumnya teruntuk saya dan teman-teman Tratva ‒panggilan pengurus OSIS masa bakti 2016/2017. Pagi harinya, hanya upacara. Tanpa lari juang ataupun semacamnya. Seragam yang kami pakai putih abu-abu, bukan olahraga. Kegiatan pagi itu sekilas biasa, tapi maknanya luar biasa. Setelah upacara, kami dijadikan satu banjar di depan masjid sekolah. Berbaris sesuai apa yang akan kami abdi nantinya. Bersama KPPO, kabinet Narmagatra Nirvandhiya, Çista Niti Pranagata kabinet 14, serta Çista Niti Pranagata kabinet 15, memasuki lapangan dengan tradisi kami, jalan bebek. Hentakan kakinya meriuhkan lapangan, menyatukan seluruh perhatian. Tratva berbaris 4 shaf dipimpin oleh komando sang ketua, yang mulai dari situ kami akan mengikuti prosesi pelantikan. Serangkaian prosesi pelantikan telah kami jalani sambil menahan haru. Mulai dari berbaris, hormat, disumpah, hingga pemakaian jas kehormatan. Hari itu, lahirlah pasukan yang independen, bersinar, teguh, dan tegas, GANATRATVA ASKADRIDHA. Setelah dilantik, tangis kami pun pecah di memenuhi lapangan, bercampur senang juga sedih. Mempersiapkan diri, antara akan menghadapi apa yang akan terjadi atau melepas apa yang seharusnya pergi. Kami pun memberikan setangkai bunga kepada kakak-kakak Narmagatra Nirvandhiya sebagai wujud terimakasih karena telah memberikan yang terbaik untuk SMAN 81 selama masa baktinya, juga karena telah membimbing kami sedari awal.
Rangkaian acara selanjutnya adalah pembuatan formasi inisial berupa formasi NN dan GA yang akan dibuat oleh pengurus OSIS masa bakti 2016/2017, dan formasi ÇNP oleh pengurus MPK kabinet 15. Dan acara pun selesai. Kami mengabadikan momen-momen itu semua serta menjadikannya kisah indah suatu hari nanti.
Untuk Masa Depan,
Semua ini adalah awal, bukan puncak. Awal dari perjuangan kami ‒penerus bangsa, demi membangun Indonesia yang mungkin akan berumur ribuan tahun. Menjadi pengurus OSIS adalah salah satu perjuangan kecil yang saat ini bisa kami lakukan untuk bangsa, sekaligus sebagai ajang untuk mengumpulkan bekal sebanyak-banyaknya agar kelak dipakai tuk membangun Indonesia, untuk menjadikan bangsa ini melesat lebih jauh dibandingkan bangsa-bangsa lainnya. Sesuai motto kami, “Per Angusta Ad Augusta.”, yang artinya melalui kesulitan untuk kehormatan, menjadi motivasi kami jika suatu saat nanti, walau rintangan sesulit apapun, kami akan berjuang mendapatkan kehormatan bangsa ini.
Selamat berjuang, selamanya.