Apakah Masyarakat Butuh FPI?

1291892185560013525

 

Apa artinya sebuah agama, jika membuat pemeluknya justru semakin melupakan arti-pentingnya nilai-nilai kemanusiaan?

 

Front Pembela Islam atau yang biasa kita singkat dengan FPI. Suatu organisasi massa (ormas) dengan mengatasnamakan agama Islam sebagai identitas mereka ini mungkin sudah tidak menjadi asing lagi bagi masyarakat. Front Pembela Islam (FPI) adalah sebuah ormas Islam bergaris keras yang berpusat di Jakarta. FPI memiliki kelompok Laskar Pembela Islam, kelompok paramiliter dari organisasi tersebut yang kontroversial karena melakukan aksi-aksi “penertiban” (sweeping) terhadap kegiatan-kegiatan yang dianggap maksiat atau bertentangan dengan syariat Islam terutama pada bulan Ramadhan dan seringkali berujung pada kekerasan.

 

Yang jadi pertanyaan adalah… Apakah saya anti-FPI?

 

Jawabannya, ternyata tidak sesimpel “ya” atau “tidak” saja. Karena seorang blogger, secara terang-terangan mengatakan, bahwa dalam Islam terdapat konsep teguran berlapis. Cara kasar dan cara halus. Dan FPI mengamalkan ajaran Islam dengan teguran berlapisnya itu?

 

Benarkah FPI mengamalkan teguran berlapisnya.

Kalau sudah mentok, pakai cara yang keras?

Loh, sekeras apa?

Apa definisi teguran yang keras?

Apakah teguran yang menggunakan megaphone, agar dianggap personifikasi masjid?

 

Setahu saya, massa FPI jarang sekali menggunakan teguran halus. Sekali-kalinya FPI menggunakan nasihat adalah ketika mereka menasihati kehidupan artis Cut memey dan Jackson Perangin-angin. Selain itu… nothing.

 

Sekali-kalinya, melihat massa FPI berbuat kebajikan dengan menolong sesama, adalah ketika massa mereka mengangkat mayat-mayat korban gempa di Aceh. Selain itu…, nothing euy!

 

Pada kenyataannya, praktik-praktik FPI tidak memakai teguran yang halus dan lembut. Pada kenyataannya, mereka menyerbu, merusak, menghancurkan tempat publik. Bahkan tidak segan-segan menghakimi orang-orang yang berseberangan pendapatnya, dengan bogem mentah hingga tongkat rotan.

 

200px-Bubarkan_FPISebagai salah seorang umat Islam, saya malu, nama agama saya dicatut-catut oleh preman-preman yang tidak bertanggungjawab. Dengan menggunakan jubah putih agama, preman-preman itu menganggap dirinya messias, juru selamat di muka bumi. FPI bukan hanya mencoreng agama Islam tapi mencoreng tingkah laku kerohanian di Indonesia.

 

Bagi saya, FPI bukan hanya organisasi fasis. Menganggap diri mereka dan golongan merekalah yang paling benar di dunia ini. Namun, bagi saya, mereka juga bertindak terlalu jauh. Kadang-kadang mengatasnamakan Tuhan. Dan lebih sering seperti Firaun, berlaku seperti Tuhan, menghukum mereka yang ia anggap bersalah.

 

Tindakan FPI sering dikritik berbagai pihak karena tindakan main hakim sendiri yang berujung pada perusakan hak milik orang lain. Pernyataan bahwa seharusnya Polri adalah satu-satunya intitusi yang berhak melakukan hal tersebut dijawab dengan pernyataan bahwa Polri tidak memiliki insiatif untuk melakukannya.

 

Tulisan ini memberikan pandangan ke kita kalau FPI hanya mengisi kekosongan yang seharusnya bisa diisi oleh orang/kelompok lain yang punya akal sehat. Tapi berubung kita-kita yang merasa lebih baik dari FPI ini gak mau bertindak, so akhirnya mereka yang ambil bagian. Sekarang bukan saatnya cuman sebel atau mengutuk FPI. Tapi ayo berusaha juga dengan tangan masing-masing untuk menyelamatkan orang-orang yang “kosong” biar mereka gak terjebak di organisasi semacam FPI.

 

Kekerasan, apapun bentuknya, suatu saat akan melahirkan anak yang bernama kebencian.

 

Junifsa Afly Prameswari (nametag)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *