Mimpi.
Hal pertama yang terlintas di kepalaku ketika mendengar kata tersebut adalah semesta. Mengapa semesta? Karena semesta itu luas, tak terbatas, dan tak terhingga. Aku ingin mimpi-mimpiku juga seperti itu. Menjulang tanpa kenal dimensi. Serta mengangkasa tanpa tahu kalkulasi.
Namun, seberapa indah mimpi jika tetap mimpi?
Oleh karena itu, aku akan menyebutnya rencana. Rencana yang suatu saat nanti, akan berubah menjadi kerja nyata. Rencana yang suatu saat nanti akan menuntunku menjadi purnama di antara fajar. Rencana yang suatu saat nanti, dapat membuatku tersenyum bangga seraya membatin,
“Iniloh Aku.”
Mm… Sejujurnya yang tadi lumayan menjijikkan, kalau begitu kita sudahi aja ya basa-basinya. Hehehe.
Jadi, rencana pertamaku lima sampai sepuluh tahun ke depan, yaitu dapat menuntut ilmu dan lulus dari Institut Teknologi Bandung Fakultas Teknik Industri.
“Oalah. Cuma Teknik Industri.”
“Emang sih, di 81 itu paling favorit, ‘kan?”
“Wajar lah, cewek. Mana berani ngambil teknik yang lain.”
“Cewek? Kenapa nggak masuk UI aja?”
Aku tahu, banyak orang-orang di luar sana yang berpendapat seperti itu. Dan aku juga sudah tahu kalau Teknik Industri di SMA Negeri 81 ini memang paling banyak diminati. Tapi, aku tetap akan memilih Fakultas tersebut biarpun aku sudah bisa membayangkan sebanyak apa sainganku nanti, apalagi aku juga ingin menjadi salah satu pejuang di jalur undangan. Loh, Kenapa? Karena untuk menggapai suatu kesuksesan itu memang nggak mudah. Butuh waktu, proses, dan pengorbanan. Kalau nggak mau susah dikit, lebih baik scrolling timeline Instagram saja.
Lalu, selain itu, alasan utamaku ingin masuk fakultas tersebut karena dasar keilmuan dari Teknik Industri itu sendiri multidisiplin. Ilmunya tidak hanya terpusat pada Matematika dan Fisika, tetapi juga Ilmu Sosial dan Manajemen. Which is, sangat menguntungkan buatku karena aku termasuk siswa-siswa di MIPA yang berjiwa Sosial. Di Teknik Industri aku juga ingin memiliki kemampuan untuk merancang, mengimplementasi, maupun meningkatkan sebuah sistem terintegrasi yang terdiri atas manusia, mesin, material, informasi, atau energi. Produktifitas, efektivitas, dan efesiensi adalah kata kunci dari Teknik Industri. (Aduh ribet banget ya bahasanya, jujur aku sendiri juga copas-copas dikit kok :D)
Hanya saja, aku tidak mau hari-hariku hanya diisi dengan belajar, aku juga ingin menjadi bagian dari ITB Student Orchestra, sekalian menghidupkan jiwa seniku yang sudah lama menghilang karena kemalasanku. Hehe, serius kok.
Rencana keduaku mungkin sama dengan kebanyakan orang, yaitu bekerja dan menikah. Soal bekerja, aku sering sekali berganti cita-cita. Namun, karena sekarang aku sudah memantapkan pilihan fakultasku, aku tidak mau cita-citaku nanti terbang jauh dari ilmu yang aku dapat. Oleh karena itu, aku sangat ingin bekerja di suatu perusahaan dan menjadi bidang produksi/operasi dan penjaminan mutu. Lulusan TI sangat dibutuhkan khususnya dalam menangani perencanaan dan pengendalian produksi, pengendalian kualitas, pengembangan sistem manajemen kualitas, dan lain-lain. Hampir semua perusahaan membutuhkan ini, khususnya perusahaan manufaktur. Lalu, kalau soal menikah, itu menjadi rahasia antara aku dan tuhan saja ya.
Rencanaku yang terakhir, menjadi orang yang lebih berguna. Bukan maksudnya sekarang aku tidak berguna sama sekali di dunia ini. Kita semua diciptakan dengan alasan, kok. Tapi, aku ingin menjadi seseorang yang berani untuk berlari di luar garis amannya. Berani mencoba hal baru dan terus berinovasi. Sempurna memang mustahil, tapi bukan berarti kekurangan-kekuranganku dapat menjadi penghalang mimpi dan realita.
Dari semua rencana tersebut, manfaat yang ingin aku dapatkan dari PIDAS adalah belajar untuk bekerja dengan banyak orang. Bagaimana puluhan ide bisa bergabung menjadi satu. Bagaimana kita dapat membangun organisasi yang sudah hebat ini menjadi lebih baik lagi. Aku tidak hanya ingin menjadi murid yang pintar, tetapi juga cerdas. Cerdas dalam semua hal. Bukan hanya intrakurikuler, tapi ekstrakurikuler. Bukan hanya rajin mengerjakan PR, tapi juga kreatif. Bukan hanya rapot yang bagus, tapi juga mental dan hati. Semua itu aku harapkan bisa didapatkan di PIDAS. Tekanan, dikejar deadline, api-api kecil pertikaian, semua pasti akan ada. Namun, kembali lagi ke motto hidupku:
Biarpun pada akhirnya seluruh partikel fana akan tertelan waktu, namun setidaknya aku pernah menjadi purnama yang menanti jingga. Bukan sekadar melamun bodoh menempuh malam.
Sekian dariku. Nadya izin pamit undur diri! Sampai jumpa!