“Anak Lanang” Karya Anak Bangsa.

 

Anak Lanang

Hi, P-Assangers! Akhirnya balik lagi sama aku, Shaffah, di awal tahun 2021 ini. Pada kesempatan kali ini, aku mau mengulas salah satu film pendek karya anak bangsa yang berjudul Anak Lanang. Tak hanya film pendek berjudul Tilik yang beberapa waktu lalu menarik perhatian publik dengan aksi salah satu ikon terkenalnya bu Tejo, Film “Anak Lanang” juga mendapat perhatian dengan penghargaan dari dalam maupun luar negeri yang disabet oleh film pendek ini.

Film pendek “Anak Lanang” karya Wahyu Agung Prasetyo diproduksi oleh Ravacana Films. Film yang dirilis tahun 2017 ini berlatar kehidupan empat orang anak SD pada sebuah perkampungan di daerah Yogyakarta. Film ini menggambar kehidupan sehari-hari anak laki-laki sepulang sekolah di atas becak yang membahas kehidupan sehari-hari dengan karakter yang sangat berbeda-beda menimbulkan perbicangan yang saling mengejek. Perdebatan yang terjadi selama perjalanan pulang sekolah itulah yang menarik kepada pesan-pesan tersirat yang disampaikan oleh film pendek tersebut.

Berbagai makna tersirat dipadatkan dalam durasi 14 menit 51 detik. Hari Ibu sebagai topik utama yang dibawa disiratkan ke dalam kehidupan keempat bocah laki-laki dengan menggambarkan bahwa perilaku anak tidak jauh dari perilaku Ibunya seperti pepatah mengatakan “buah tidak jatuh jauh dari pohonnya”. Tak hanya itu, pada akhir film juga tersirat bahwa film ini mengangkat tema poligami. Tidak menampakan kedua sosok ibu, namun justru memfokuskan pesannya kepada dua anak yang saling berdebat akibat hasil dari poligami seorang ayah yang diberlakukan secara tidak adil. Dari film ini pun juga dapat dilihat bahwa pada akhirnya setiap anak hanya menginginkan kasih sayang dan pengertian dari orang tua yang sabar mendidik anaknya.

Seperti film pendek “Tilik”, film ini sangat menarik perhatian dari penonton dengan menyiratkan gambaran stereotip kebiasaan dan perilaku dari orang-orang perkampungan di Jawa. Selain itu, keunikan lainnya yaitu menggunakan teknik one shot dengan tidak ada jeda dalam mengambil gambar. Teknik pengambilan gambar yang tak biasa ini juga patut diacungi jempol.

Nah, film ini bisa dijadikan salah satu rekomendasi untuk menonton karena ringan dan dapat ditonton semua kalangan. Mungkin segitu dulu tulisan aku kali ini. Thank you, P-Assangers! See you next time.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *