Halooo P-assangers! Kembali lagi dengan aku Cheeryl dari CDMS. Nah, pada artikel kali ini aku mau mengulas tentang film pendek yang berjudul “Anak Lanang”. Anak Lanang ini merupakan satu-satunya film pendek asal Indonesia yang berhasil memenangkan Short Film Competition bertema “The Unknown”. Short Film Competition sendiri perdana diadakan oleh Indonesian Film Festival Australia tahun ini. Kemenangan ini sekaligus menjadi kemenangan perdana Ravacana Films dan Wahyu Agung Prasetyo sebagai sutradara di kancah internasional. Wah… keren banget kan? Kenapa sih film pendek ini bisa memenangkan penghargaan tersebut? Karena ceritanya bagus kah? Atau karena hal lain? Makanya, baca artikel ini sampai habis yaa, supaya kalian bisa menyimpulkan sendiri alasan film ini bisa mendapat piala di kancah internasional.
Sebelumnya, kita kenalan dulu yuk sama film ini!
Anak Lanang adalah film pendek yang diproduksi oleh Ravacana Films yang menorehkan prestasi tahun 2019 dalam Short Film Competition di Australia. Film yang diproduksi pada tahun 2017 ini disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, mendapatkan “Outstanding Achievement” di Indonesian Film Festival (IFF) Australia ke-14. Film pendek karya Wahyu Agung Prasetyo ini berdurasi hanya 14 menit 56 detik dan berisi percakapan empat anak dan tukang becak sepulang sekolah di atas becak. Percakapan yang diangkat dalam film ini pun mudah dicerna karena memang bahasa yang digunakan ialah bahasa sehari-hari, namun film ini mempunyai ciri khas tersendiri untuk bahasa yang digunakannya. Film “Anak Lanang” menggunakan bahasa Jawa untuk seluruh percakapan dalam film ini. Hal ini tentu meninggalkan kesan tersendiri bagi film ini, karena dapat memperkenalkan bahasa khas Indonesia yaitu bahasa Jawa ke dunia internasional.
Udah kenal kan sama filmnya? Sekarang, mari kita bahas lebih lanjut mengenai film “Anak Lanang” ini!
Seperti yang udah aku bilang sebelumnya bahwa film ini tuh pembawaanya enak banget. Mulai dari pengambilan gambar dari film ini yang terkesan “simple” serta penggunaan teknik “one shot” membuat kita sebagai penonton merasa semakin masuk ke dalam cerita tersebut. Oiya kita juga harus mengapresiasi para orang yang terlibat dalam film ini loh, mulai dari sutradara, cameramen, kru, para pemainnya, dll. Karena teknik “one shot” itu gak gampang sama sekali, apalagi sebagian besar pemain dalam film ini diperankan oleh anak kecil. Hmmm, pasti mereka kerja keras banget nih pas ngafalin naskahnya (ditambah durasi film yang cukup lama). Penambahan subtitle yang tentu saja membantu para penonton yang tidak mengerti bahasa Jawa. Color grading yang tidak berlebihan terasa cocok untuk film ini yang berlatar belakang di daerah Jawa, tepatnya Yogyakarta, membuat kesederhanaan dari film ini semakin terlihat.
Selain dari segi teknik, isi dari film ini pun tak kalah menarik. Topik percakapan yang dibawakan adalah hal-hal yang relate dengan kehidupan anak jaman sekarang. Contohnya ialah, pelajar yang melupakan PR karena terlalu sering bermain media sosial, keinginan mencontek PR teman, hingga saling mencemooh teman. Aku yakin pasti kalian semua ngerasain hal itu kan… hahaha. Di balik film yang terlihat sederhana ini, ternyata film ini juga mempunyai pesan mendalam bagi kita semua. Dari film ini kalian akan melihat betapa besarnya pengaruh budaya barat yang disebut sebagai “wong Amerika” dalam kehidupan sosial di Indonesia saat ini. Gaya bicara dari masing-masing anak yang berbeda menunjukkan bahwa lingkungan keluarga sangat membentuk kepribadian seseorang, nah ini cocok banget sama peribahasa “Buah jatuh, tidak jauh dari pohonnya”. Di tambah plot twist pada bagian akhir film akan semakin membuat kalian jatuh cinta dengan film yang satu ini! Tapi sayangnya, aku gabakal ceritain gimana plot twist-nya karena nanti kalian jadi ga kaget lagi pas nonton film ini hahaha. Daripada penasaran, mending kalian langsung cek aja deh film pendek “Anak Lanang” di Youtube atau kalian bisa langsung cek nih videonya di bawah ini!
http://www.youtube.com/watch?v=nIoknYnDtG8
Nah, P-assangers itu adalah review film pendek yang berjudul “Anak Lanang” versi aku. Sampai jumpa di artikel berikutnya!