Apa kabar P-assengers? Semoga kalian baik-baik saja ya.
Kalian pasti langsung melihat siapa yang menulis artikel ini, dan tertulis “Rizky Maulana” psati kalian bosen ya. Entah ini udah artikel keberepa aku disini. Iya, tenang kok aku bentar lagi juga kels 12, bakal demis dari setiap ekskul, nanti kalian tidak akan baca tulisan aku lai. Tapi, aku harap kalian masih tetep mau baca tulisan aku ya sebelum aku tidak menulis lagi. Nanti kangen loh hehe.
Tema artikel kali ini berbeda nih. Loh emang apa bedanya? Biasanya kita kan menulis tentang sebuah topik yang membahas eksternal diri, nah pada kali ini aku akan menulis sebenarnya siapa sih diriku ini? Temanya cukup unik ya karena orang membahas tentang dirinya.
Kadang aku juga bingung kalau ditanya seerti itu. Memangnya aku siapa? Aku punya perankah disini? Kenapa aku disini? Banyak sekali pertanyaan yang dapat muncul ketika membahas topik ini. Apakah kalian seperti itu juga? Atau hanya aku?
Mari bahas dari awal aku lahir. Aku dilahirkan dengan nama Rizky Maulana Akbar di Bekasi pad a tanggal 30 Januari 2002. Aku dilahirkan di RS Hermina dalam keadaan normal. Dari sinilah aku mulai mengenal dunia.
Aku mulai bertumbuh dan memasuki kehidupan taman kanak-kanak. Disinilah aku mulai mengingat kehidupanku. Sadar apa yang aku lakukan. Di taman kanak-kanak, aku tumbuh menjadi anak pemalu yang sulit membuat teman. Aku harus menunggu yang lain untuk mengajakku bermain dengan mereka. Tidak pernah aku menghampiri mereka untuk bermain bersama jika aku belum mengenalnya. Dan dapat dibilang aku anak yang cengeng saat taman kanak-kanak karena aku haruslah ditunggu oleh orang tuaku sampai aku pulang, jika aku kedapatan melihat tidak ada mereka aku akan menangis.
Masuklah ke dunia Sekolah Dasar. Sekolah ku cukup unik karena pada setiap tingkatannya hanya terdapat 1 kelas sehingga aku dapat mengenal teman seangkatanku. Terjadi lagi, aku harus menunggu mereka berkenalan dengan ku dan mengajakku bermain sehingga aku memiliki sedikit teman. Tetapi, yang berteman denganku juga tidak keberatan jika aku harus bermain dengan mereka setiap saat walaupun mereka memiliki teman lain. Aku juga mulai untuk mengembangkan sendiri seperti menemukan minatku dalam pelajaran eksak dan mulai tidak menyukai pelajaran menghafal.
Masuklah ke dunia Sekolah Menengah Pertama. Aku memilih sekolah yang cukup jauh dari rumah sehingga aku harus bangun pagi setiap harinya untuk berangkat ke sekolah. Saat jenjang ini, munculah pelajaran-pelajaran yang mulai dapat diaplikasikan ke dunia. Seperti contohnya IPA yang mulai menghitung. Aku juga mulai menyadari bagaimana dunia bekerja saat ini. Kita tidak selalu mendapatkan apa yang kita inginkan dan pelajaran hidup lainnya. Hidup memang seperti itu. Teman ku selama 3 tahun di sini juga hanya sedikit, bahkan itu-itu saja, walaupun saat kenaikan kelas kita terpisah, tetapi tetap aku samper ke kelasnya untuk beristirahat bersama.
Masuklah ke dunia Sekolah Menengah Akhir. Kehidupan dimana sedang labil-labilnya karena sudah dapat melakukan apa saja. Dengan itu, aku juga mendapat tanggung jawab yang lebih besar pada setiap waktunya. Tidak dapat bermain-main lagi ketika mendapat tanggung jawab itu. Kehidupan juga semakin keras karena lingkup pertemanan semakin sulit untuk didapatkan. Kita haruslah memiliki kualitas pada diri agar dapat ditemani oleh orang lain. Namun, karena aku tumbuh menjadi introvert sehingga aku tidak menonjolkan diri. Tugas-tugas juga mulai untuk menumpuk. Jenjang ini sudah mulai membagi jurusan yang diminati. Aku memilih program MIPA untuk SMA.
Itulah perjalanan hidupku secara singkat. Memang seolah-olah tidak ada berkesan dalam hidupku. Semuanya berjalan dengan mulus. Tapi, apakah itu cukup untuk menggambarkan hidup aku? Kurasa sih belum karena aku juga memiliki sifat-sifat lain yang terbentuk dari kejadian-kejadian lain yang spesial.
Kebanyakan aku mendapat ilmu baru didapat selain di kelas adalah di organisasi. Jika di kelas kamu malas, paling hanya berdampak pada nilai saja. Namun, jika kamu malas di organisasi, Kamu bisa-bisa dijauhi oleh orang-orang. Di organisasi mengajarkan kita untuk time management karena tanpanya itu, semua hal akan keteteran. Selain time management, etika juga diajarkan. Terlebih lagi aku mengikuti ekskul jurnalistik yang harus memiliki etika berbicara saat melakukan kegiatan.
Kemampuan-kemampuan seperti itu biasa disebut soft skill. Semua itu hanya bisa didapatkan selain dikelas. Aku mengikuti banyak kegiatan ekskul menjadikan aku memiliki banyak kemampuan yang berbeda-beda.
Aku pernah menonton video YouTube berjudul “Apa yang menjadikan dirimu?” kalau Bahasa Inggrisnya itu What makes you being you? Video itu sangat menarik karena memberikan informasi baru. Satu hal yang paling aku ingat adalah “Yang menjadikan dirimu adalah pengalaman, ingatan, dan sifatmu lah yang menjadikan dirimu” Setelah aku menonton dan menulis ini, aku menyadari 1 hal. Semua hal yang telah aku tulis menjadikan diriku. Aku bukanlah sekedar “Nama aku Rizky Maulana. Umur 17 tahun. Pekerjaan pelajar.” Aku lebih dari itu.
– Rizky Maulana, Pemimpin Redaksi Radiant