Pada umumnya, tokoh inspiratif adalah seseorang yang menjadi sumber dari semangat untuk melakukan sesuatu. Siapa yang kita pandang sebagai sesuatu yang inspiratif dapat mendorong diri kita untuk mengikuti jejaknya dan menjadi pribadi yang lebih baik. Tokoh inspiratif yang akan saya bahas pada kesempatan ini adalah Jenderal Ahmad Yani. Beliau merupakan orang yang jujur, berwibawa, tegas, berjiwa patriotik tinggi, serta cinta tanah air dan tidak pernah memanfaatkan jabatannya. Meskipun sudah menjadi jenderal tertinggi beliau tetap hidup dengan sederhana. Hal ini terbukti dari bagaimana setelah beliau wafat, keluarganya tak memiliki apa apa sampai istrinya harus bekerja untuk menghidupi anak-anaknya.
Ahmad Yani adalah seorang tokoh militer Indonesia yang lahir pada 19 Juni 1922 di Purworejo, Jawa Tengah, dan wafat pada 1 Oktober 1965. Beliau dikenal karena peran besar dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia dan karir militernya yang cemerlang. Sepanjang perkembangan masa kecilnya, ia mengalami gejolak sosial dan politik di Indonesia pada masa itu, termasuk pendudukan Jepang selama Perang Dunia II dan persiapan untuk kemerdekaan Indonesia. Pendidikan formalnya dan pengalaman awal hidupnya juga mungkin memiliki pengaruh besar terhadap pilihan karirnya di kemudian hari. Ahmad Yani mencapai pangkat jenderal dan mendapatkan jabatan yang tinggi dalam militer Indonesia melalui perjalanan karir militernya yang berkelanjutan.
Perjuangan paling terkenal dari Ahmad Yani adalah terlibat dalam Pertempuran Ambarawa selama Perang Kemerdekaan Indonesia. Pertempuran ini menjadi salah satu momen penting dalam sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia dan memperkuat reputasi Ahmad Yani sebagai seorang pemimpin militer yang berani dan kompeten. Pertempuran Ambarawa terjadi pada tanggal 12 Desember 1945, ketika pasukan Indonesia yang dipimpin oleh Ahmad Yani menghadapi serangan pasukan Belanda di kota Ambarawa, Jawa Tengah. Pertempuran ini berlangsung selama beberapa hari dan menjadi salah satu pertempuran sengit dalam Perang Kemerdekaan Indonesia. Ahmad Yani dan pasukannya berhasil mempertahankan kota Ambarawa, menghadang kemajuan pasukan Belanda, dan mengusir mereka dari wilayah tersebut. Kemenangan dalam Pertempuran Ambarawa merupakan pencapaian yang penting dalam perjuangan melawan penjajah Belanda dan membuktikan keberanian dan keunggulan militer Ahmad Yani. Pertempuran ini mencerminkan tekad dan semangat perjuangan Ahmad Yani serta pasukannya untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Kemenangan ini juga mengukuhkan posisi Ahmad Yani sebagai seorang pemimpin militer yang dihormati dalam perjuangan kemerdekaan nasional.
Setelah kemerdekaan Indonesia, Ahmad Yani membangun karir militernya dengan disiplin tinggi. Ia memperoleh berbagai pelatihan dan pendidikan militer, meningkatkan keterampilan dan pengetahuannya. Keberhasilannya di medan perang dan kepemimpinannya yang terbukti membawanya ke posisi-posisi tinggi dalam TNI. Puncak karir Ahmad Yani adalah ketika ia diangkat menjadi Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) pada tahun 1962. Sebagai KSAD, ia memegang jabatan tertinggi dalam angkatan darat Indonesia, dan perannya sangat penting dalam pertahanan negara.
Disiplin yang tinggi adalah ciri lain yang mencirikan Ahmad Yani. Disiplin ini membantu dirinya dan pasukannya menjalankan tugas-tugas mereka dengan penuh tanggung jawab, yang menjadi kualitas penting dalam militer. Sifat ini juga tercermin dalam ketegasannya dalam mengambil keputusan sulit, terutama dalam situasi-situasi konflik dan perang. Ahmad Yani juga dikenal sebagai pemikir militer yang bijaksana. Ia mampu merencanakan dan menjalankan strategi dengan cermat, yang sangat penting dalam situasi perang dan pertahanan negara. Selain itu, ia memiliki kesetiaan yang kuat terhadap Indonesia, yang mendorongnya untuk berjuang dengan gigih demi mempertahankan kemerdekaan dan kedaulatan negaranya. Di luar karir militernya, Ahmad Yani juga menunjukkan keprihatinannya terhadap masyarakat dengan berkontribusi pada upaya-upaya kemanusiaan dan sosial. Sifat baik-sifat baik ini membuat Ahmad Yani dihormati dan diingat dalam sejarah Indonesia sebagai salah satu pahlawan nasional yang berjasa besar dalam perjuangan kemerdekaan dan pertahanan negara.
Sebagai Presiden, Soekarno bergerak lebih dekat ke Partai Komunis Indonesia (PKI) di awal 60-an. Yani yang sangat anti-komunis, menjadi sangat waspada terhadap PKI, terutama setelah partai ini menyatakan dukungannya terhadap pembentukan kekuatan kelima (selain keempat angkatan bersenjata dan polisi) dan Soekarno mencoba untuk memaksakannya Nasakom (Nasionalisme-Agama-Komunisme) doktrin di militer. Keduanya, Yani dan Nasution menunda-nunda ketika diperintahkan oleh Soekarno pada tanggal 31 Mei 1965 mempersiapkan rencana untuk mempersenjatai rakyat.
Pada dini hari 1 Oktober 1965, Gerakan 30 September mencoba untuk menculik tujuh anggota staf umum Angkatan Darat. Sebuah tim dari sekitar 200 orang mengepung rumah Yani di Jalan Latuharhary No. 6 di pinggiran Jakarta Menteng, Jakarta Pusat. Biasanya Yani memiliki sebelas tentara menjaga rumahnya. Istrinya kemudian melaporkan bahwa seminggu sebelumnya tambahan enam orang ditugaskan kepadanya. Orang-orang ini berasal dari komando Kolonel Latief, yang diketahui Yani, adalah salah satu komplotan utama dalam Komando Gerakan 30 September. Yani menghabiskan malam dengan beberapa pertemuan, pukul 7 malam ia menerima seorang kolonel dari KOTI, Komando Operasi Tertinggi. Jenderal Basuki Rahmat, komandan divisi di Jawa Timur, kemudian tiba dari markasnya di Surabaya. Basuki datang ke Jakarta untuk melaporkan kepada Yani pada keprihatinan tentang meningkatnya aktivitas komunis di Jawa Timur. Memuji laporannya, Yani memintanya untuk menemaninya ke pertemuan keesokan harinya dengan Presiden untuk menyampaikan laporannya.
Ketika para penculik datang ke rumah Yani dan mengatakan kepadanya bahwa ia akan dibawa ke hadapan presiden, ia meminta waktu untuk mandi dan berganti pakaian. Ketika penculik menolak ia menjadi marah, menampar salah satu prajurit penculik, dan mencoba untuk menutup pintu depan rumahnya. Salah satu penculik kemudian melepaskan tembakan, membunuhnya secara spontan. Tubuhnya dibawa ke Lubang Buaya di pinggiran Jakarta dan bersama-sama dengan orang-orang dari jenderal yang dibunuh lainnya, disembunyikan di sebuah sumur bekas.
Itulah kisah perjuangan Jenderal Ahmad Yani, dari kehidupan awal hingga akhir hayatnya. Semoga dengan artikel ini, dapat menambah wawasan dan pengetahuan kalian mengenai Sang Jenderal yang telah menginspirasi diri saya, dan semoga, diri kalian semua.