Lautan Merah dan Si Penggapai Bintang

IMG_2083

Halo! H-2 menuju 2017 dan inilah artikel terakhir gue di tahun ini setelah terakhir nulis di bulan… Agustus? Yaa kurang lebih 4-5 bulan. Jadi kalau ini artikel sangat amat tidak jelas mohon dimaklumi aja sih:).

Inaugurasi. Itu apa ya? Kedengeran asing gitu engga sih? Jujur aja, gue pribadi pun tidak pernah mendengar kata tersebut sampai akhirnya masuk PIDAS.

Menurut KBBI Inaugurasi diartikan sebagai pengukuhan resmi dalam jabatan atau kedudukan. Inaugurasi sendiri memiliki beberapa sinonim dan dapat dilakukan dalam berbagai macam bentuknya.

Salah satunya adalah yang PIDAS adakan melalui sebuah pertemuan besar sebagai ajang pengukuhan resmi bagi para anggota barunya pada awal periode. Tuh, makanya ada acara bagi-bagi jas. Udah legal semua deh sekarang, yey!

Kalau ditanya, “Ngapain PIDAS pake inaugurasi-inagurasian? Penting banget sih?”. Oh iya jelas dong, itu penting banget! Kapan lagi kumpul bersama satu PIDAS?

Ya udah pernah sih, kumpul bersama. Dari RKAT, pengumuman botm, dan juga foto bersama. Tapi di inaugurasi ini lah ajang paling pas untuk kita lebih mengakrabkan diri bukan hanya teman se-departemen tetapi juga satu PIDAS. Kenapa?

Inaugurasi PIDAS dilakukan dengan kumpul bersama lalu makan-makan. Mau di film atau pun dunia nyata, acara makan bersama identik dengan waktu keakraban. Betul engga?

Ambil contoh, di dunia nyata sebuah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak memiliki berbagai aktifitas tersendiri di waktu pagi hingga petang. Sehari manusia umumnya makan 3 kali; pagi, siang, dan malam. Dua waktu sudah terlewat dan harus dilakukan dalam sela-sela kesibukan. Ketika seluruh aktifitas bekerja selesai pada petang, tersisalah waktu malam tersebut sebagai salah satu momen terbaik untuk tetap menjaga keakraban dalam keluarga. Tidak jarang obrolan-obrolan pelepas penat muncul menghangatkan suasana di sekitar ruang makan. Menjadikan acara makan malam sebuah hal yang lebih berarti.

IMG_2084

Tahun lalu yang dibagiin jas, tahun ini yang ngebagiin jas

Sudah 2 kali gue mengikuti acara inaugurasi PIDAS. Dua-duanya sama-sama punya kesan tersendiri bagi diri gue. Tentu aja inaugurasi pertama lebih terasa spesial karena saat itu masih jadi anak baru. Terus sehabis dapet jas langsung deh foto-foto sama jas baru, hingga satu restaurant penuh merah di sana-sini. Dan terasa sekali bahwa dari inaugurasi itu gue bisa menambah kenalan anak PIDAS. Yang tadinya engga kenal tau-tau udah foto bareng aja hehe..

Untuk inaugurasi yang tahun ini seperti yang sudah gue bilang, memiliki kesan tersendiri untuk gue. Walau pun terpaksa dateng telat, lari-lari dari sekolah ke 81 sampai Lekko, masih dengan seragam hari jumat dan badan yang sudah bau keringat. Tapi begitu sampai rasanya senang sekali melihat semua anggota berkumpul untuk ‘meresmikan’ anggota keluarga baru kita.

1482771251211

Departemen Cetak ku tersayang! <3

Setelah inaugurasi itu bisa dibilang perjalanan yang sesungguhnya dimulai. Seperti yang selalu gue bilang bahwa PIDAS berperan penting dalam perubahan diri gue. Bukan hanya omong kosong tapi memang thanks to PIDAS, seorang Muli sekarang bisa berada di titik ini.

Bicara soal perubahan, masih ada banyak hal yang ingin gue capai dalam rangka terus melakukan perubahan itu. Sebab sejatinya pencapaian tidak akan ada habisnya. Dunia ini terlalu dinamis untuk seseorang merasa sudah puas atas yang ia gapai.

Akhir-akhir ini gue lagi sering sekali mendapat wejangan motivasi dari seseorang. Topik terakhir adalah mengenai mentalitas. Apakah mental kita sudah siap menjemput perubahan? Seorang yang memiliki mental kuat dapat terus menaiki anak tangga demi anak tangga kehidupan. Tak akan ada lelahnya ia melawan gravitasi. Tak akan ada lelahnya ia menggapai hal yang lebih tinggi. Sedangkan orang-orang dengan mental lemah akan cepat puas. Yang penting gue sudah naik dan gue sudah cukup nyaman disini.

Tentu saja gue tidak mau jadi salah satu orang dengan mental lemah tersebut. Gue mau menjemput cita-cita gue. Mungkin gue bisa berbagi beberapa harapan gue disini supaya kalian yang baca bisa bantu doain?

  1. Dapat mengatur waktu dengan baik

Sudah kurang lebih 1 semester ini gue melewati hari-hari dengan memegang 3 tanggung jawab yang tidak main beratnya. Jika sehari terdiri atas 24 jam, sesekali gue berharap bahwa sehari terdiri atas waktu yang dapat gue tentukan. Tapi tentu saja orang hebat berpikir bukan waktu lah yang menyesuaikan tetapi diri kita yang seharusnya lebih pintar bermain dengan waktu. Emangnya lo tuhan mau seenak jidat nambahin jam? Kasarnya kan begitu.

Well, karena gue belum cukup hebat, gue masih terus beradaptasi hingga detik ini. Maka dari itu gue berharap kedepannya dapat lebih pintar mengatur waktu agar tidak lagi terjadi penyesalan-penyesalan lain. Kalo udah nyesel kan engga bisa balik ke masa lalu. Unless you have Doraemon.

  1. Menjadi pribadi yang lebih positif

“Apa gue bisa?” pertanyaan seperti ini tidak hanya sekali atau dua kali bertamu di kepala gue. Seringkali di pengujung hari sebelum memejamkan mata, benak gue penuh dengan apa saja kemungkinan-kemungkinan buruk yang besok akan gue hadapi. Hingga gue merasa bahwa hal negatif  itu–yang padahal belum tentu terjadi, yang sebenarnya kalau menurut ilmu matematika peluang positif dan negatif sama-sama sebesar 1/2–terlalu menguasai gue dan gue pun kehilangan semangat. Dari situ kebiasaan meragukan diri sendiri pun muncul.

Ini lah hal yang sangat ingin gue rubah. Bisa dibilang ‘kalo lo aja engga percaya sama diri lo sendiri, gimana orang lain bisa percaya sama lo?’. Kalau boleh jujur, sejak dulu gue ingin sekali jadi orang yang bisa dianalogikan sebagai matahari. Sumber energi yang memiliki banyak peran dalam kehidupan, yang berarti secara tersirat merupakan sumber kebahagiaan pula. Di tahun 2017, gue mau jadi orang yang lebih positif bukan hanya untuk diri gue tetapi juga orang-orang di sekitar gue.

  1. Bisa nentuin cita-cita masa depan(?)

Yang dimaksud disini adalah mencari jawaban dari pertanyaan “Muli nanti kalo besar mau jadi apa?” atau “Muli nanti kalo lulus SMA mau masuk fakultas apa?”. Mau cerita sedikit, dulu pas masa akhir SMP, masa dimana jadi seambis-ambisnya umat manusia, gue suka nonton drama korea tentang dokter-dokteran sebagai pelepas penat. Dari drama itu banyak banget adegan operasi-operasian dan beberapa ilmu kedokteran yang gue anggap sangat menarik. Dan gue pun langsung bilang ke orang tua gue “Pa, Ma, Muli mau masuk kedokteran.”

Nah, masuklah gue jadi murid SMAN 81 dan semenjak itu bersaing sama anak lain masuk fakultas kedokteran apalagi kalo mau SNMPTN kurang lebih sama dengan ‘maksud hati memeluk gunung apa daya tangan tak sampai’ –mustahil (mulai deh pesimis:( ).

Akhirnya hingga detik ini pun gue masih mencari-cari keinginan gue yang sebenarnya. Sempat terfikir alternatif lain adalah jadi pengusaha, desainer grafis, atau arsiktek. Bukannya mau buru-buru, bahkan gue sendiri cenderung let it flow aja. Tapi kalo hingga detik dimana hari penentuan itu datang dan gue belum punya jawaban pasti, bisa gawat kan?

Tentunya untuk menggapai semua itu tidak mudah. Apalagi kalau tidak dibarengi dengan keinginan yang kuat dari diri sendiri. Yang paling sederhana, gue mau mulai membuat agenda atau to-do list. Dari situ gue bisa mantau waktu dan pekerjaan gue. Apalagi gue tipikal orang pelupa, jadi dari agenda ini gue yakin bisa banyak membantu. Lalu yang pasti gue mau lebih menekuni beberapa kandidat bidang yang gue rasa merupakan passion gue di luar keinginan gue ingin menjadi dokter.

Bismillah, 2017, semoga lebih baik. Aamiin.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *