2015.
Tahun transisi.
Dari SMP ke SMA, dari rok hijau (maklum, mantan murid sekolah islam) ke rok abu-abu. Banyak pengalaman berharga yang gua alami di tahun ini. Tidak hanya yang menyenangkan, pengalaman pahit juga tidak sedikit.
Di tahun 2015 ini, alhamdulillah gua meraih pencapaian yang bisa dibilang lumayan. Gua lulus SMP dengan nilai yang cukup memuaskan. Gua juga berhasil lulus salah satu bimbel matematika, sebut saja kuman, walaupun hasil testnya bikin geregetan (cuma salah satu, padahal sudah tahu soalnya 🙁 ).
Di tahun ini juga, gua harus mengerjakan tes-tes yang jumlahnya tidak sedikit. Sebut saja ujian praktek, ujian sekolah, dan ujian nasional. Belum lagi tes-tes masuk ke sekolah yang dulu gua idam-idamkan, walau pada akhirnya gua ikut PPDB DKI dan (alhamdulillah) diterima di SMAN 81 ini, hehe.
Di tahun ini gua juga sempat menderita sakit demam berdarah. Fyi, gua termasuk orang yang jarang terkena sakit. Gua juga sempat nggak percaya saat melihat hasil cek darah. Padahal waktu itu lagi masa-masanya tryout. Dan di SMP gua, tryout dilaksanakan setiap minggu. Saat lagi pusing-pusingnya, gua malah harus ngerjain tryout. Untung saja hasilnya tidak mengecewakan.
Sekolah baru, teman baru. Di SMAN 81 ini, gua bertemu banyak orang baru. Banyak orang bersifat unik yang baru gua temui di SMA ini. Ada yang pinter banget, semua bidang dia kuasai, gua nggak ngerti dia dikasih makan apa sama ibunya. Ada juga yang tampangnya tidak sesuai sama sifatnya. Yah, inilah kenapa kita tidak boleh menilai orang sembarangan. Ada juga yang aneh banget. Gak habis pikir, deh.
Mati satu tumbuh seribu. Gua emang dapet banyak teman baru, tapi gua juga kehilangan seorang teman lama. Sebenarnya, sudah gua anggap sahabat sih. Tapi gua nggak yakin kalau dia menganggap gua sahabat. Karena suatu kesalahpahaman, kayaknya sekarang dia benci gua dan memutuskan untuk tidak menghubungi gua lagi. Pengen, sih, baikan, tapi kan nggak segampang itu.
PIDAS juga ikut membuat tahun 2015 ini berkesan. Salah satu contohnya, gua berhasil bertemu dengan salah satu idola gua (thanks to kakak kadiv dan wakadiv daring, hehe). Gua juga mendapat banyak pelajaran dari PIDAS. Mengenai leadership, cara membuat website, mendapat kenalan baru, dan masih banyak lagi.
Lingkungan baru, pengalaman baru. Gua baru sekali ini bersekolah di sekolah yang jaraknya 19 km dari rumah. Yah, demi masa depan, coy. Gua jadi tahu gimana rasanya orang tua gua harus bangun pagi buta, melewati kemacetan Jakarta. Yang biasanya gua masih tidur enak, saat ini sudah harus berangkat, bahkan sebelum matahari muncul. Yang biasanya habis mandi gua masih bisa santai sebentar, lah ini boro-boro. Belum lagi tempat tinggal gua juga merupakan daerah kemacetan, sampai ada yang bikin kayak ginian nih:
Yah, paling tidak gua bisa belajar kesabaran.
Tahun 2015 memberi gua banyak pelajaran. Salah satunya, gua belajar kalau persahabatan sejati—berlaku juga untuk pacaran atau hubungan lainnya—tidak akan selalu berjalan mulus. Kalian harus melewati pertengkaran-pertengkaran agar hubungan itu tetap terjalin. Ya sama saja seperti hidup, ada naik dan ada turunnya. Ada saatnya kita berhasil, ada juga saatnya gagal. Tetapi, kita diajarkan untuk tidak pernah menyerah. Nah, kita juga harus menerapkan hal ini dalam persahabatan. Lagipula, kalau tidak ada masalahnya, kan, bosan, gitu-gitu aja.
Mungkin di artikel ini gua lebih banyak menuliskan pengalaman yang meninggalkan kesan baik di otak gua. Yah, sebenarnya nggak sedikit sih peristiwa buruk yang gua lalui di 2015 ini. Malahan tahun 2015 ini merupakan tahun dimana gua merasakan yang namanya stress. Bukan stress yang kayak anak zaman sekarang biar kekinian, ya. Tapi, ya, stress beneran. Apalagi pas masa-masa UN. Beh, stress parah, deh. Tapi itu semua ada hikmahnya. Gua introspeksi diri sehingga gua tahu kesalahan gua, lalu mencari cara mengatasinya. Jadi, kalau ada situasi serupa, gua udah tahu bagaimana cara menanggapinya.
2016.
Tahun kabisat. Jumlah harinya 1 lebih banyak dari tahun biasa. Berarti, di tahun ini gua harus melakukan kebaikan, paling tidak 1 lebih banyak dari tahun sebelumnya.
Banyak banget resolusi di tahun 2015 yang belum tercapai. Jadi, kalau ditanya apa resolusi 2016 gua, yang utama adalah mencapai resolusi tahun sebelumnya, haha. Lalu, gua juga berharap bisa lebih membanggakan orang tua. Harapan yang satu ini memang basic banget, sih. Tapi, siapa, sih, yang tidak ingin membanggakan orang tuanya sendiri?
Gua juga ingin mengurangi pengeluaran. Tahun 2015 ini gua boros banget 🙁. Niatnya sih, untuk ditabung. Tapi begitu lihat sesuatu yang agak menarik (padahal bendanya useless…), yhaa, imannya langsung goyah. Yah, semoga di 2016 nanti godaan setannya semakin sedikit.
Gua punya harapan, yang sebenarnya agak aneh, karena sebagian orang pasti udah mencapai harapan ini. Yaitu, menentukan cita-cita. Yak, walaupun gua udah duduk di bangku kelas 10 SMA, gua masih belum menentukan apa cita-cita gua. Ketika orang lain stress memikirkan cara agar mendapatkan undangan, atau stress memikirkan isu jalur undangan yang akan dihapus, gua malah stress memikirkan cita-cita. Terus, apa motivasi belajar gua kalau tidak untuk meraih cita-cita? Hmm, lebih untuk membanggakan orang tua (dan diri sendiri), sih, hehe. Jadi, yah, doakan saja ya semoga harapan yang ini terkabul. Kalau mau kasih referensi juga boleh banget, hehe.
Resolusi gua selanjutnya mungkin agak ekstrem. Gua ingin memenangkan suatu lomba, harapannya OSN, sih (what a nerdy wish though). Jadi, dulu gua pernah janjian sama teman-teman SMP gua. Mungkin saja SMA kita beda-beda, tapi nanti kita akan ketemu lagi di final OSN. Yah, emang agak susah banget, sih. Toh mimpi kan harus setinggi langit, agar kalau jatuh masih ke awan. Walau ada juga yang bilang kalau mimpi jangan terlalu tinggi, karena jatuh lebih sakit. Tapi masalahnya, saingan-saingan di bidang studi yang gua minati itu susah. Bahkan yang masih satu sekolah saja susah, sehingga untuk melewati seleksi internal (sekolah) saja sudah pesimis. Sempat, sih, terpikir untuk pindah bidang. Tapi bagaimana ya, kalau sudah suka sama suatu pelajaran, kan menjalankannya enjoy aja. Beda lagi kalau pelajarannya kita bisa, tapi tidak disukai. Kan ngerjainnya jadi agak malas. Yah, semua orang bebas berharap, kan?
Yang sudah berlalu biarlah berlalu. 2015 sudah selesai, saatnya membuka lembaran baru. Jangan mengulang dosa lama yang hanya akan menimbulkan penyesalan, karena penyesalan tidak bisa menyelesaikan masalah. Lakukan hal yang berpengaruh baik bagi diri sendiri maupun orang lain.
Happy (early) new year! Jangan salah tulis tahun di buku ya, hehehe.
Bonus:
Reaksi gua pas tahun baru.