Di Balik Satu Tahun Jokowi-JK

image

Tepat pada tanggal 20 Oktober 2015 kemarin, masa kepemimpinan Joko Widodo dan Jusuf Kalla telah memasuki umur satu tahun pemerintahannya sejak dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia pada 20 Oktober 2014 silam. Satu tahun berkuasa, pasangan yang lebih disapa akrab dengan panggilan Jokowi-JK ini masih memiliki banyak ‘PR’ yang harus segera diselesaikan. Mereka masih memiliki waktu 4 tahun kedepan untuk mewujudkan janji-janji kampanyenya yang tidak lain ditujukan untuk kemajuan dan perubahan bagi bangsa Indonesia yang lebih baik.

Semua penduduk Indonesia dapat menyaksikan euforia yang begitu besar nan meriah saat menyambut kemenangan pasangan ini dalam pemilihan umum capres dan cawapres tahun lalu. Namun, dapatkah euforia itu masih tetap dan terus bertahan?

Sejak awal pencalonan Jokowi-JK sebagai pasangan presiden dan wakil presiden untuk 5 tahun kedepan, sudah terjadi banyak sekali pro dan kontra. Banyak yang meragukan dan tidak setuju dengan dicalonkannya Jokowi sebagai calon presiden RI. Mereka berpendapat bahwa Jokowi masih terlalu dini untuk diangkat sebagai presiden, terlebih lagi masa baktinya sebagai Gubernur DKI Jakarta yang kurang lebih baru menginjak umur 1 tahun. Namun, antusias dan dukungan massa yang tak kalah besar membuat Jokowi tetap melangkah maju mencalonkan dirinya sebagai presiden dengan menggandeng Jusuf Kalla sebagai wakilnya.

Menurut Charles Honoris, Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, ekspektasi publik terhadap pemerintah Jokowi cukup besar, contohnya dapat dilihat di socmed, masyarakat begitu antusias menyambut pemerintahan baru ini. Namun siapa sangka, dalam satu tahun masa pemerintahan Jokowi-JK ternyata banyak menuai kritik dari berbagai pihak. Hanya dalam 100 hari pemerintahan Jokowi-JK, sentimen publik sepertinya sudah berubah. Kepercayaan serta kepuasan publik pun mulai goyah karena dianggap realisasi tidak sesuai dengan orasi.

Satu tahun Jokowi-JK, realitas yang terjadi adalah pelambatan ekonomi yang disebabkan oleh baik faktor eksternal maupun internal, pemutusan hubungan kerja dimana-mana, dan harga kebutuhan sehari-haru yang makin melambung naik. Di sisi lain pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat yang menjadi khawatiran. Ditambah lagi, kasus kabut asap yang tak kunjung usai pun dikait-kaitkan dengan kinerja pemerintahan Jokowi-JK.

Tidak sedikit massa yang meminta Jokowi-JK mundur. Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) pun melancarkan aksi unjuk rasa untuk menyampaikan tuntutan mereka di depan Balai Kota Cirebon.

Permintaan mundurnya Jokowi-JK ini pun disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Himpunan Masyarakat Peduli Indonesia (HMPI), Tri Joko Susilo, “Rakyat sudah muak dengan janji manis karena faktanya rakyat yang terus menerus menanggung beban derita kelaparan dan rasa sakit akibat kebijakan Jokowi-JK yang tak pro rakyat,” ujarnya. Jokowi-JK dinilai gagal total dalam mengelola negara. Menurut Tri, negara ini sudah dikuasai kapitalis asing. “Sudah tepat jika rakyat menuntut Jokowi-JK mundur. Mau tunggu apalagi? Segera cabut mandat Jokowi-JK, luruskan kiblat kembali ke Pancasila dan UUD 1945,” tambah Tri.

Beberapa lembaga survei pun seperti Indo Barometer maupun Poltracking dan Saiful Mujani Research and Consultant (SMRC) merilis hasil survei yang dilakukan kepada responden, terkait setahun pemerintahan Jokowi-JK. Hasil-hasil survei tersebut secara garis besar menilai kondisi pemerintahan tak juga mengalami perubahan.
Tak hanya itu, para pengguna social media pun mengeluarkan pendapat mereka melalui jejaring social twitter. Mereka cenderung merespons negatif terhadap kinerja pemerintahan Jokowi-JK selama satu tahun. Seperti yang dikutip dari beberapa pengguna twitter dibawah ini:

“Jkw-JK tidak gagal ! Mereka berhasil menaikan harga BBM, harga sembako & dollar.. Bahkan menambah pengangguran.”

“Tunggu apa lagi pak? Udah 365 hari anda gagal. Mau menunggu masa jabatan habis? Rakyat indonesia bisa pindah negara!”

Itulah beberapa potret kritikan tajam yang diserangkan kepada Jokowi-JK melalui sosial media. Kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama ini dinilai sangat mengecewakan, menyimpang dari janji-janji kampanye, dan terutama membuat situasi ekonomi nasional bertambah buruk.

Walaupun dianggap cenderung negatif, namun adakah keberhasilan yang dicapai?

Tentu saja ada. Jokowi yang menamakan kabinetnya dengan “Kabinet Kerja” tidak dapat dipungkiri telah melakukan sejumlah nilai positif dengan beberapa keberhasilan yang telah dicapainya selama ini.

Keberhasilan itu antara lain: keberhasilan menuntaskan pembangunan jalan tol “Palikanci” yang telah berhasil menguraikan kemacetan lalu lintas di wilayah Jawa selama ini, pembangunan jalan tol Kalimantan Timur-Kalimantan Barat yang juga sedang berlangsung, pembangunan monorail di Jakarta, dan masih banyak lagi.

Di bidang penegakkan hukum dan HAM, Presiden Jokowi juga telah memberikan grasi kepada sejumlah orang yang selama ini bergabung dengan Organisasi Papua Merdeka (OPM), pelaksanaan eksekusi mati terhadap para gembong narkoba, dan lain-lain.

Sedangkan pada bidang ekonomi, Jokowi sendiri menetapkan target pertumbuhan ekonomi 7 persen dalam tiga tahun mendatang. Jokowi menyatakan target pertumbuhan ekonomi pada tahun 2015 ini bisa mencapai 5,8 persen.

Namun sayangnya target ambisius itu meleset. Pada kuartal I dan kuartal II-2015 pertumbuhan ekonomi tak pernah menyentuh 5 persen, yakni berkisar di level 4,71 persen dan 4,67 persen. Meski terus meleset, Jokowi tak cukup berhenti sampai disitu. Jokowi sendiri tetap optimis dan mengklaim pertumbuhan ekonomi akan meroket pada bulan September hingga akhir tahun 2015. “Mulai agak meroket September, Oktober. Nah, pas November itu bisa begini (tangan menunjuk ke atas),” tutur Jokowi.

Untuk bidang kedaulatan pangan. Jokowi menegaskan tak akan mengimpor beras dan menetapkan target swasembada beras dalam tiga tahun. Namun kenyataannya, fenomena musim kemarau yang terus berkepanjangan hingga membuat banyak petani gagal panen. Hal ini diperkirakan terus terjadi hingga bulan Desember. Pemerintah pun membuka opsi impor beras untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri, salah satunya dari negara Vietnam.

Jokowi sendiri mengakui bahwa tahun awal menjabat sebagai Presiden RI adalah yang tersulit, tapi sekaligus menjadi yang terpenting untuk melangkah ke hal-hal selanjutnya. Sedangkan Ibu Mega sendiri, sapaan akrab Megawati Soekarnoputri, tidak berkomentar sedikit pun ketika ditanya perihal satu tahun Jokowi-JK.

Semoga saja ditahun-tahun berikutnya, target yang diusung pasangan Presiden Jokowi dan Wakil Presiden Jusuf Kalla dapat segera terealisasi dengan baik dan membawa kemajuan bagi bangsa Indonesia.

Bagaimana menurut Anda? Dari skala 1-10, angka berapa yang akan Anda berikan untuk kinerja pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla selama setahun?

Shafira Azzahra Arievanza

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *