Awas Asap!

Kabut. Itulah satu hal yang dilihat warga Pekanbaru selama beberapa bulan ini. Peristiwa kabut asap terjadi dikarenakan pembakaran hutan gambut oleh perusahaan maupun perorangan di musim kemarau, sehingga menimbulkan efek kabut asap. Banyak upaya yang sudah dilakukan untuk mengatasi bencana ini. Tetapi, sejak kapan bencana ini terjadi? apa yang sebenarnya menyebabkan kabut ini tidak kunjung hilang bahkan bertambah?Berikut adalah penjelasannya.

Kabut asap bagi warga Pekanbaru bukanlah hal yang asing. Bencana ini sudah sering terjadi bahkan sebelum tahun 2013. Kabut asap dari tahun ketahun bersifat muncul-hilang. Muncul beberapa titik, hilang sebagian lalu muncul lagi beberapa. Seperti itu lah yang terjadi.

Upaya pencegahan juga selalu dilakukan oleh TNI, Polri, Pemerintah dan Swasta, mulai lewat jalur darat maupun udara. Bahkan dari negara tetangga pun sudah pernah menawarkan bantuan untuk menangani masalah asap, tetapi ditolak secara halus oleh pemerintah Indonesia karena masih merasa mampu untuk memaksimalkan bantuan yang ada di Indonesia. Walau akhirnya Indonesia menerima juga bantuan dari negara Malaysia, Singapura, Australia dan Rusia.

Kabut asap di Pekanbaru tahun 2015 juga tidak jauh berbeda. Sebenarnya terjadi dari awal tahun namun baru gencar di pemberitaan media mulai awal bulan Agustus. Ada apa di bulan Agustus?  Tepatnya 1 Agustus Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru mengeluarkan surat perintah yang berisikan meliburkan para siswa karena kabut asap yang semakin memburuk. Tidak lama setelahnya, hujan lebat mengguyur Kota Pekanbaru, seperti menggabulkan sholat istiqah yang dilakukan Pemerintah Kabupaten Pelalawan. Namun hujan itu tidak berhasil menghilangkan titik asap.

Titik asap terus bertambah, baik dari segi jumlah dan juga tempat. Kekeringan menjadi salah satu penyebab dan juga El Nino, yang mempengaruhi arah angin dan akhirnya membawa kabut kepulau bahkan negara lain. Makin memburuk nya kabut asap membuat banyak orang tergerak membagikan masker dijalan. Hari itu 1 September ketika komunitas lari liburun membagiakan 5.000 masker di Kota Pekanbaru. Pada hari yang sama, masyarakat Dumai mulai mengalami sesak nafas, dan jarak pandang di Pelalawan hanya 100 meter. Terdeteksinya 177 titik api membuat kualitas udara di Riau dalam level berbahaya. Dan akhirnya pada 4 September bandara SSK II akhirnya lumpuh karna kabut asap.

Kabut asap masih terjadi. Libur masih dijalani para siswa dan masyarakat mulai melakukan gerakan anti asap yang salah satu aksinya adalah membelikan tiket pesawat untuk bapak Presiden.

Disisi lain beberapa pihak seperti pemerintah di Jakarta lebih banyak mengeluarkan pemerintah untuk menangkap para pembakar lahan, dari perusahaan sampai yang punya lahan. Tindakan ini dinilai kurang tepat dimana seharusnya pemerintah mementingkan keselamatan warga nya yang hidup ditengah asap dan ribuan warga juga menderita ISPA dikarenakan kejadian ini.

Kabut mulai memasuki negara tetangga, yaitu Malaysia pada pertengahan bulan september, kejadian ini sampai dibuat satu episode dalam kartun upin-ipin dengan judul “awas jerebu”. Selanjutnya kabut memasuki Negara Singapura dan sempat mengancam dibatalkannya formula 1 karna asap yang terlalu tebal dapat membahayakan para peserta. Jumlah asap yang memasuki negara tetangga juga tidak terhitung sedikit karna pemerintah setempat sempat meliburkan para siswa di negara nya karena asap. Negara lain seperti Thailand dan Fillipina pun juga tidak luput dari efek kabut asap.

Lain di jejaring sosial. Berita kabut asap memang sempat ramai jadi perbincangan di jejaring media sosial twitter dengan tanda pagar #melawanasap. Hal yang sama dilakukan masyarakat Malaysia semenjak asap memasuki negara mereka, dengan tanda #TerimakasihIndonesia. Banyak meme yang bermunculan dan ramai nya masyarakat malaysia di twitter membuat netizen di Indonesia geram dan akhirnya membuat tanda pagar baru yaitu #samasamaMalaysia.

Walau dengan tebal nya kabut asap, banyak nya korban jiwa dan kerugian material kabut asap ini belum dijadikan dalam kondisi bencana darurat kabut asap,ini sangat disayangkan banyak pihak. Bahkan hingga saat ini ketika ¾ Indonesia tertutup asap (kecuali Pulau Jawa, Nusa tenggara, Sulawesi Utara, dan bagian Utara Papua)Presiden masih ragu untuk menetapkan ini sebagai bencana nasional.

Dengan semakin membesarnya kabut asap, akademisi dari UGM menyatakan bahwa pemerintah harus memikirkan langkah kedepan ketimbang langkah responsif agar kabut tidak makin meluas. Dikatakan Satyawan, jika permasalahan kebakaran di lahan gambut ini tidak segera diselesaikan, maka tidak mustahil kebakaran akan menjalar ke jenis lahan lain. Seperti misalnya kebakaran di lahan karst atau hutan tropis basah yang juga dianggap rentan mengalami kebakaran. Ia menjelaskan lahan gambut sebenarnya adalah lahan yang ekosistemnya sangat rentan, sehingga tidak bisa diusik terlalu banyak. Jika lahan gambut terus menerus salah diolah,maka bencana kabut asap akan terus terjadi di Indonesia.

Semua data dalam artikel ini diambil dari situs Tribun Pekanbaru dan Tribun Jogja.

Alula Putri Diana

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *