Kepengurusan OSIS Rekhavendra Ghanakara merupakan kabinet Pengurus OSIS ke-22 di SMAN 81 Jakarta. Vendra, merupakan nama panggilan kami. Dalam menunjang tujuan sekolah, kami memiliki visi, yaitu terwujudnya OSIS SMAN 81 Jakarta yang memiliki kinerja intensif dalam bentuk pergerakan, pemikiran, kreatifitas, kerja sama guna memberikan manfaat bagi SMAN 81 Jakarta.
Selama setahun masa jabatan kami, banyak hal yang telah terjadi. Segala warna menciptakan cerita tersendiri bagi kami. Mulai dari benturan akan regulasi pemerintah, pergeseran budaya dan tradisi, hingga masalah yang datang dari internal kami sendiri. Tapi hal itu tidak mematahkan semangat kami demi menjadi Pengurus OSIS yang amanah bagi siswa-siswi di SMAN 81 Jakarta.
Berawal dari Perkenalan
Tak kenal maka tak sayang, awalnya kami merupakan 24 orang yang belum mengenal satu-sama lain dengan dekat. Tergabung dalam angkatan Centurion, mengikuti Trip Observasi namun tidak menjadi tolak ukur kedekatan kami. Hanya lewat tanpa saling menghiraukan. Mungkin dulunya ada yang pernah bermasalah. Dan kami juga berasal dari sekolah yang berbeda, dulu ketika SMP.
Semua itu berubah ketika Pengurus OSIS Dhruva mengadakan sebuah program kerja (proker) untuk memunculkan bibit-bibit unggul dari kelas X SMAN 81 Jakarta. LDKS I, menjadi awal dari perkenalan kami. Acara itu berlangsung selama tiga hari setelah pulang sekolah. Berbagai kegiatan yang inovatif juga melatih pola pikir, kami jalankan saat itu. Masing-masing dari kami dibagi menjadi beberapa ruangan/kelompok yang berbeda-beda.
Kemudian pada puncak acara, para peserta LDKS I dikumpulkan menjadi tiga ruangan. Ruangan pertama, mereka yang mau menjadi PO, ruangan kedua mereka yang mau menjadi MPK, ruangan ketika mereka yang mau menjadi KPPO dan ketua ekskul. Sebanyak 36 orang ‘terpilih’ masuk ke ruangan pertama. Yang kemudian disebut sebagai Cacapsis. Kala itu kami baru pertama kali mengenal satu sama lain. Tapi kemudian, kami baru sadar bahwa pepatah itu benar. Setelah saling kenal, kemudian perkenalan itu menjadi rasa sayang.
Cerita berlanjut hingga kurang lebih 2 minggu kemudian, kami memulai perjalanan kami dengan label Cacapsis. Mengikuti serangkaian LK yang dulunya, kami tidak mendapat waktu banyak untuk di LK-kan oleh kakak Dhruva. Karena waktu itu tidak menemukan titik tengah dari permasalahan yang ada. Dhruva menilai LK butuh 30 kali pertemuan, sedangkan sekolah hanya mau 10. Jadi, selama rentang waktu 3 bulan kami di LK-kan selama 10 kali pertemuan.
Di sana kami belajar banyak hal. Ya, tentang bagaimana kami berprinsip, punya keyakinan yang kuat. Lalu diuji tentang kesolidaritasan. Dan awalnya, kami datang sebagai ‘anak ingusan’ yang masih bodoh dan tidak bisa seri. Tidak mengerti apa itu argumen, belum bisa dengan baik berbicara di depan orang banyal. Seiring berjalan waktu, dengan skenario yang beragam. Akhirnya, label ‘anak ingusan’ itu berubah seketika. Ketika kami memasuki detik-detik akhir pelantikan. Badan kami menjadi lebih tegap. Dan ketika itu kami yakin kalau, kami siap mengemban amanah.
The Beginning
Siapa sangka awal masa jabat menjadi mimpi buruk yang menghantui kami. Jujur saja waktu itu, kami terkesan masih bingung hal apa yang harus kami lakukan pertama kali. Kami mengerti kalau sesegera mungkin adakan sidang raker untuk membahas Garis Besar Haluan Kerja pengurus OSIS. Tapi kemudian, prosedurnya gimana? Apa aja yang harus kami persiapkan?. Bagaimana caranya kami mengajukan program kerja trus, dibawa ke sidang raker, terus disahkan sama MPO? Pertanyaan-pertanyaan macam itu yang sejujurnya, menghantui kami. Dan menurut saya, hal itu merupakan salah satu yang hilang dalam materi persiapan untuk menjadi Pengurus OSIS. Ditambah, kala itu kami sedang ada masalah juga dengan kak Dhruva, jadi sedikit segan untuk bertanya prosedur.
Sampai akhirnya, masa-masa awal jabat kami bisa dikatakan hilang sia-sia karena itu tadi, ketidaksiapan kami dalam menghadapi sindrom prapelantikan. Sebulan waktu yang kami perlukan untuk menyusun segala kelengkapan untuk sidang raker. Dan menurut kami, itu masih kurang untuk dibilang ‘intensif’. Karna kami mencoba untuk membuatnya dengan cara kami. Awalnya, program-program diusulkan, dimatangkan oleh masing-masing seksi di BPH. Kemudian satu persatu program itu dibahas dalam rapat DPH. Kemudian, kami menyaringnya lagi di sebuah sidang internal sekaligus bertujuan untuk mematangkan program tersebut. Baru setelah itu kami ajukan di sidang raker.
Nah, pertanyaan kemudian muncul. Siapa sebenarnya yang bertanggung jawab terhadap sidang raker pengurus OSIS? Apakah MPK atau MPO-kah atau PO itu sendiri? Masalah perundang-undangan atau aturan dasar yang ada di 81 ini masih rancu bahkan sampai sekarang. Seyogyanya, MPO-lah yang bertanggung jawab terhadap sidang raker, MPO yang mengadakan dengan mengundang MPK dan PO. Tapi, dalam AD/ART, sidang raker termasuk ke dalam sidang umum. Sementara, sidang umum diselenggarakan MPK. Padahal, fungsi MPK ada empat, yaitu aspirator, supervisor, korektor, dan advisor. Tidak ada satu fungsi MPK yang menyangkut tentang persidangan atau perundangan (dalam hal ini, fungsi legislatif MPK yang hilang).
Namun dalam pelaksanannya, ternyata PO juga dilibatkan. Waktu itu kami bersama MPK ikut terjun untuk menyebar undangan, lalu jadi notulensi rapat, MC dan segala macamnya tentang persidangan. Mungkin ini harus menjadi salah satu pekerjaan yang besar untuk pengurus setelah kami, karena kekeliruan seperti ini tidak patut untuk di “ya sudah-kan” begitu saja. Terutama untuk hal mendetail tentang prosedural pelaksanaan. Hal-hal mendetail seperti itulah yang sangat membantu nantinya. Sama seperti UUD, AD/ART OSIS juga merupakan landasan utama OSIS SMAN 81 Jakarta.
Kemudian di awal masa jabat, kami mendapat “rezeki nomplok”. Fauzan bersama Age kala itu mendapat kesempatan untuk membawa nama Indonesia, mempresentasikan kultur Indonesia di Jepang. Dan program itu tidak memungut biaya apapun. Makan, transportasi dan segala kebutuhan di sana ditanggung pihak penyelenggara. Waktu itu pun kami sedang persiapan untuk proker pertama kami 1 Muharram. Fauzan sebagai Ketua dan Age sebagai ketupel saat itu mengalami dilema yang berat. Jadi, kami harus me re-schedule segala timeline terkait proker 1 Muharram ini. Itu juga salah satu faktor mengapa Vendra jadi ‘agak’ berantakan. Karena kemudian tanpa kami sadari, waktu kami di semester 1 semakin lama semakin menipis. Tiba-tiba sudah bulan November tapi kami belum melaksanakan proker pertama. Itu jelas sebuah keteledoran bagi kami. Ada suatu hal yang salah yang mesti kami benahi.
Di proker pertama kami juga terasa masih terasa belum benar-benar matang. Kami merasakan ada sebuah beban tersendiri dalam mewujudkan proker pertama agar bisa berjalan lancar. Namun apa daya, memang tak ada yang sempurna. Dan kami memulai masa jabat kami dengan sebuah konflik di proker 1 Muharram. Mengangkat tema toleransi, 1 Muharram kala itu menghadirkan lomba cerdas cermat Alkitab. Dan itu ditentang keras oleh guru agama Islam kala itu. Komunikasi, yang menjadi duduk perkara dalam masalah ini. Karena memang kami kurang koordinasi dengan guru agama terkait menghadirkan lomba itu di proker kami. Hingga kemudian dicari jalan tengahnya, dan 1 Muharram tetap bisa berjalan.
Awal Semester II yang Sibuk
Kami memulai semester II dengan beberapa masalah. Pertama nilai kami statis cenderung turun dibanding semester sebelumnya. Kedua banyak tuntutan proker di semester II yang harus kami jalani. Soal yang pertama, entah itu merupakan ‘kutukan’ atau apa. Tapi yang namanya PO sibuk hingga meninggalkan pelajaran, itu pasti. Sering kali Vendra keluar kelas untuk publikasi proker, lalu penyampaian informasi, penarikan uang tali kasih. Hingga yang lainnnya. Dan itu masalah utama yang sulit ditanggulangi. Karena apa, setiap tahun terdapat karakter orang yang berbeda yang masuk PO. Mereka bisa masuk PO pasti karena sudah disaring dari berbagai macam cara hingga yang dilantik adalah yang terbaik. Tapi masalahnya, terkadang otak kita tidak bisa dipakai sekaligus untuk memikirkan masalah pelajaran dan organisasi. Karena, itu dua hal yang tidak berkorelasi.
Biasanya, dalam hal ini Seksi 2 Wawasan Keilmuan bekerja keras dan memutar otak untuk tetap menjaga kestabilan nilai bahkan untuk meningkatkannya. Inovasi yang bisa dilakukan antara lain, kontrol nilai masing-masing anggota PO. Entah itu nilai ulangan harian, tugas, UTS, UAS, dan lainnya. Jika sekiranya ada yang perlu bantuan, maka Seksi 2 bisa mengusulkan kepada ketua untuk tidak menugaskan banyak hal ke orang tersebut sampai nilai dia kembali stabil. Atau cara pencegahan penurunan nilai bisa dengan membuat sebuah kelompok belajar. Sekedar menyewa guru privat atau bahkan diajarkan teman sekabinet. Nah itu semua merupakan tugas wajib Seksi 2 untuk bagian internalnya.
Sedangkan masalah yang kedua, kami memiliki jadwal padat di bulan Januari, Februari, Maret, dan April. Di sana terdapat proker WFM, Happy 81rthday, Pramubakti Awards, LTUB, LDKS I, TOUN SMP, creativitee, MDP, Sentralisasi Tadarus. Satu kata yang terucap hanya ‘wow’ ternyata sepadat itu awal semester II kami. Padahal, kami belum menyelesaikan masalah pertama soal nilai. Dan tuntutan proker di awal semester II justru sangat banyak.
Penyelesaiannya, kami mencoba untuk planning sedemikian rupa dengan skala prioritas. Sekiranya mana yang wajib dijalankan terlebih dahulu. Setelah memangkas, kami menemukan kesepakatan untuk menggabungkan WFM dan Pramubakti Awards dengan Happy 81rthday, LTUB, lalu LDKS I dan TOUN SMP. Sedangkan untuk MDP, Sentralisasi Tadarus dan creativitee terpaksa kami mundurkan jadwalnya.
Sedikit demi sedikit kami jalani kala itu dengan senyum walau satu per satu dari kami mulai tumbang oleh larangan orangtua untuk mengurus proker, tidak boleh pulang sore, tidak boleh ikut rapat dan segala macamnya. Dengan itu kami terpaksa untuk membagi tugas. Mereka yang tidak memiliki ‘waktu’ bisa mengerjakan “paper job” dan segala macamnya. Sedangkan mereka yang memiliki waktu, ikut andil bagian dalam brainstorming konsep dan turun ke lapangan.
Hasilnya, Happy 81rthday kami mendapat antusiasme dari warga SMA 81. Walau, pagi itu diguyur hujan yang cukup lebat hingga terpaksa untuk memundurkan susunan kegiatan. LTUB dan LDKS I mendapat kendala di tanggal pelaksanaan. Begitu pula dengan TOUN SMP. SMA 81 bisa dikatakan sebagai salah satu SMA yang sibuk. Kegiatannya banyak hingga waktu hari Sabtu pun bisa dipakai untuk kegiatan. Sehingga sulit bagi kami untuk menemukan titik tengah terkait pelaksanaan proker tersebut.
Kami merasa masa jabatan kami tidak terlalu sulit awalnya terkait dana. Dana sekolah ada, walau tidak banyak tapi sangat membantu, lalu regulasi pemerintah tidak terlalu mengekang tidak seperti sekarang. Bermula ketika pertengahan masa jabat kami, terdapat tagline baru “zero pungutan, zero aduan”. Di mana kami sama sekali tidak bisa mengambil pungutan berupa apapun ke para peserta didik. Sontak itu membuat kami kaget, karena itu artinya kami harus memangkas beberapa proker. Parafan (angkatan) Centurion yang mengambil uang pendaftaran, lalu Revival, juga Edition yang berestimasi besar-besaran gagal terlaksana karena regulasi itu. Bukan bermaksud menyalahkan keadaan. Karena faktor lain, proker tersebut gagal terlaksana adalah karena kesulitan mencari pihak sponsorship untuk plan B dan C pemasukan proker. Sangat disayangkan sebetulnya untuk memangkas mega proker Vendra. Kemudian masuk ke bulan Mei, Juni, Juli hingga Agustus merupakan waktu sibuk kami untuk mendidik Cacapsis angkatan Hector. Dari yang tadinya kami dididik menjadi pendidik, kami merasa bahwa penerus kami harus lebih baik dari Vendra. Sebetulnya, jika ditanya lebih enggak enak mana antara mendidik sama dididik, ya… enggak enak mendidik. Karena di situ kalian enggak cuma “marah-marahin” mereka, enggak cuma menyuruh mereka push up. Tapi segala hal yang kita lakukan di sana harus bisa dipertanggungjawabkan. Apalagi setelah melakukan segala rangkaian pendidikan, ternyata mereka belum bisa mengemban amanah dengan baik sebagai Pengurus OSIS. Otomatis, secara tidak langsung dampaknya kami rasakan juga. Bahwa jika terjadi seperti itu, berarti Vendra gagal mendidik Hector.
Tiga bulan waktu kami habiskan bersama mereka. Dan itu dirangkum dalam kurang lebih 25 pertemuan. Segala konsep juga materi kami susun sedemikian rupa agar mereka bisa menerimanya dengan baik. Dan kami juga bisa menyampaikan materi itu dengan baik. Selama kami dididik Dhruva, kami menyadari satu hal. Semua hal dapat dikerjakan dengan baik asal ada sebuah chemistry. Dan itu yang berusaha kami turunkan ke mereka. Mereka kami bimbing untuk membangun chemistry di antara mereka, dan antara mereka dengan Vendra.
Pesan untuk Penerus Kami
Sampai saat ini, satu hal yang kami ragu terhadap mereka adalah kuantitas mereka yang kurang memadai. Sebanyak 15 orang Pengurus OSIS dengan tugas yang sama beratnya dengan kami dituntut untuk bisa lebih baik dari kami. Ya, walaupun banyak yang bilang kualitas di atas kuantitas. Namun, bukan berarti kuantitas itu tak dihiraukan. Kami merasa ada satu syarat yang mesti mereka lakukan agar bisa lebih baik dari kami dengan jumlah orang sedikit. Yaitu kepercayaan.
Kami merasa bahwa Gatra harus memiliki rasa saling kepecayaan yang tinggi antara satu orang dengan yang lainnya. Atasan percaya dengan bawahan. Sebaliknya juga seperti itu. Hal lain yang juga tak kalah pentingnya adalah soal komunikasi. Kami akui, Vendra mungkin kurang ‘down to earth’ dan membaur ke teman seangkatan dan adik-adik kelas. Tapi dengan jumlah kalian yang sedikit itu, kalian jangan sampai mengulangi kesalahan yang sama seperti yang vendra lakukan.
Komunikasi harus terus kalian bangun antara PO dengan siswa, dengan ekskul, dengan jajaran pimpinan di SMAN 81. Lalu, rencanakanlah segala sesuatu dengan baik dan dengan pertimbangan yang matang. Jangan sampai waktu kalian terbuang sia-sia tanpa melakukan sebuah hal produktif. Procrastinator menjadi momok yang menakutkan jika sifat itu ada di dalam diri kalian masing-masing. Dan juga, siapkan tak hanya plan A, tapi juga plan B dan C jika sewaktu-waktu kalian tidak mencapai target plan A.
Intinya, kalian mengemban kepercayaan dari kami, dari seluruh warga SMAN 81 Jakarta. Lakukanlah dengan yang terbaik semaksimal mungkin bagi diri kalian. Dan mengabdi demi almamater kalian. Akhir kata, kami mengucapkan terimakasih Atas dukungan seluruh warga SMAN 81 Jakarta yang telah mendukung kami secara moril maupun materil. Kami mewakili Vendra juga memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada hal yang Vendra lakukan selama masa jabat yang kurang berkenan. Segala upaya telah kami lakukan demi mengabdi kepada SMAN 81 Jakarta. Demi almamater kami, demi membuat 81 lebih baik dari sebelumnya.
Seri terakhir dari Rekhavendea Ghanakara, PO kepengurusan 2014-2015, dan Çista Niti Pranagata. #marvellous Video kiriman PIDAS SMAN 81 Jakarta (@pidas81) pada
Maju terus Organisasi Siswa Intra Sekolah SMAN 81 Jakarta!
Terimakasih juga buat setahun yang menyenangkan, Vendra! 🙂
Wah mantap banget tulisannya. Semoga ketua osis selanjutnya dapat merealisasikan visi misi osis dengan sebaik mungkin 🙂