Bangsa yang kaya, bangsa yang tangguh, bangsa yang besar, bangsa yang kuat, bangsa yang bermoral, bangsa dengan ribuan pemimpin, bangsa dengan jutaan harapan, bangsa yang merdeka, itulah Indonesia. Negara kita tercinta, Negara dengan keberagamannya di tiap pelosok negeri, dengan semangat “merdeka atau mati”.
Apalah arti semua itu? Kemana perginya? Mengapa tergelincir sejauh ini? Kapankah akan kembali? Siapa yang bertanggung jawab? Bagaimana… bagaimana jika kita bersama-sama mengenali negeri kita tercinta, tanah air kita, tanah titipan-Nya yang sangat kaya dan dipercayakan untuk dikelola oleh satu-satunya bangsa yang dapat mempertanggung jawabkannya dengan baik.
Menjadi Indonesia artinya menjadi apa yang diperintahkan-Nya untuk dilakukan dan untuk tidak dilakukan. Menjadi Indonesia dengan tidak mempelajari nilai-nilai luhur yang ada membuat kita mundur lebih jauh, membuat bangsa kita tidak sungguh-sungguh dapat memanfaatkan tiap-tiap tiang pondasi yang telah dibangun oleh pendahulu kita, lalu muncul pertanyaan, “kemana kami harus mencari pondasi itu?” – pondasi yang telah tertimbun jauh di dalam tanah karena beberapa pergantian generasi. Semua mulai menyalahkan generasi, perang antar generasi, siapa yang perlu disalahkan?
Tidak, tidak ada yang perlu menyalahkan orang lain, ataupun generasi lain, salahkan dirimu sendiri, dimana rasa syukur atas kekayaan bangsa ini? Kemana kamu belajar budaya ketika Indonesia memiliki budaya yang tak dapat ternilai? ya, mungkin itu dia jawabannya, rasa syukur sangat sulit untuk dipelajari dan sangat mudah untuk diucapkan, sering kali kita lupa keberadaan-Nya saat sedang bahagia dan mengingat-Nya hanya sesaat, ketika musibah menimpa, haruskah Dia memberi peringatan kepadamu agar selalu mengingat-Nya?
Terkadang manusia sulit untuk berkembang karena tidak pernah bersyukur, tidak pernah dapat menerima dengan baik hasil pencapainnya. Bukankah itu bagus, saat kita tidak pernah merasa berpuas diri? Yang perlu dilakukan adalah bersyukur dibarengi usaha untuk meningkatkan kualitas diri, agar apa yang kita kerjakan dapat ditukarkan dengan nilai-nilai yang baik. Bukan memaksakan kehendak diri yang belum siap menghadapi tanda tanya besar dihadapannya.
Banyak pemimpin di negeri ini yang seperti itu, belum siap dengan apa yang akan mereka hadapi, mengapa? Karena kualitas diri yang mereka miliki belum sebanding dengan tanggungan yang mereka terima, mereka begitu tergiur dengan uang dan citra baik di depan masyarakat. Pada akhirnya banyak dari mereka yang berusaha mencari dukungan politik ke sana-sini, dan hasilnya adalah dia banyak berjanji, banyak berhutang dan banyak pula harus menipu. Lalu mengapa Tuhan membiarkan orang seperti itu memimpin bangsa ini?
Jawabannya adalah sebuah pertanyaan, mengapa kalian memilih orang seperti itu? Tidak? Kalian tidak memilihnya? Kalau begitu mengapa sebagai penerus bangsa kalian hanya berdiam, hanya menggerutu, kalian dikendalikan oleh sistem, oleh jalur birokrasi yang memihak, yang tidak demokratis, terlalu statis, kaku, kalianlah yang akan memimpin bangsa ini puluhan tahun ke depan. Apa kalian mau merancang bangsa ini setelah kalian memimpin? Jangan, tanamlah rancangan kalian sejak saat ini, sejak kalian sekolah, sehingga ketika kalian memimpin. Hanya penyebar luasan sajalah yang perlu dilakukan dan mempertahankan ide kalian hingga menjadi sebuah bangsa yang besar yang kembali sesui dengan norma yang ada.
Menjadi pemuda Indonesia tidak sulit, tidak sesulit mengecup siku. Hanya perlu mengetahui batasan-batasan yang ada dan hanya perlu berani mempertanggung jawabkan apa yang dilakukan, tidak berpura-pura buta, tidak berpura-pura tuli, tidak pula berpura-pura bahwa kamu merupakan keturunan bangsa asing.
Jikalau ada yang tidak menghargai mu, pastilah itu bukan Indonesia, hanya segelintir orang berkuasa yang memiliki kepentingan pribadi atas hutang-hutangnya. Bagaimana itu bisa terjadi? Ya, itu terjadi ketika kalian hanya sekedar belajar, hanya sekedar datang ke sekolah untuk menerima ilmu. Kalian juga tidak berusaha mencari tahu tiap-tiap sudut yang ada, tiap-tiap kesalahan harian yang dilakukan oleh mereka yang mengajari kita untuk tidak melanggar aturan, bahkan kalian tidak tahu kalau ada sebuah sudut yang digunakan untuk merokok, benar bukan? Atau betapa sulitnya mendapatkan sebuah surat perizinan atau dukungan? atau mungkin ketika hadiah lomba hasil usaha kalian dimintai?
Menjadi Indonesia berarti berani, menjadi Indonesia berarti mau belajar dari siapapun, menjadi Indonesia berarti siap bertanggung jawab, menjadi Indonesia berarti tidak mundur ketika ditindas, menjadi Indonesia berarti merdeka atau mati.