Pro-Kontra Ucapan Selamat Hari Raya: Toleransi?

Bentuk Toleransi antar Agama di Indonesia

Pro-kontra memberi ucapan selamat natal sudah menjadi buah bibir yang tiada hentinya dibicarakan pada setiap penghujung tahun.

Ketua Seksi Kerohanian, Naufal Ahmad, yang dihubungi melalui akun LINE miliknya, (02/01/2015) mengatakan, bahwa sebaiknya hal ini tidak diambil pusing baik oleh umat Islam yang menghalalkan ucapan tersebut, maupun yang mengharamkan ucapan tersebut. “Jika hal tersebut diharamkan, maka toleransi beragama tidak akan terlaksana,” tambahnya.

Naufal membenarkan memberi ucapan selamat merayakan natal kepada umat Nasrani yang merayakan natal. “Gua biasanya akan menggunakan kata-kata ‘selamat merayakan natal, bukan ‘selamat natal,'” “Ya intinya sih, selama kita tidak meyakini dan hanya berniat untuk menyenangkan dan menghormati mereka, fine aja,” kata Age, panggilan akrab Naufal Ahmad. Seorang umat Islam yang mengucapkan selamat merayakan natal dengan niat untuk menyenangkan dan menghormati hari raya agama lain, seharusnya tidak dijadikan permasalahan.

Naufal menghimbau, bagi umat Islam yang mengucapkan selamat merayakan natal, sebaiknya disampaikan secara langsung kepada orang yang dituju. Ucapan selamat merayakan natal tidak perlu dipublikasikan, baik melalui media cetak maupun media internet. “kaya misalnya nge-post di timeline ‘selamat merayakan natal’, buat apa? ” “kalo ngomong secara personal it’s ok ajadeh,” lanjutnya.

Meskipun diniatkan untuk menghormati umat Nasrani yang merayakan hari tersebut, tetap saja tanggapan tidak setuju datang dari berbagai kalangan.

Dihubungi melalui akun LINE miliknya (02/01/2015), Ketua Pengurus Rohani Islam, Narendra Rangga pun mengungkapkan pendapatnya. “Islam gak mengenal hari natal, hari natal itu murni merupakan perayaan agama lain, yang gaada sangkut pautnya sama Islam.” Menurut Naren, umat Islam harus memahami Hadits-Hadits Rasulullah SAW. dalam salah satu hadits, menerangkan, bahwa ketika seorang muslim mengikuti kebiasaan suatu kaum, maka muslim tersebut termasuk dalam kaum tersebut. Naren, panggilan akrab Narendra Rangga, berharap, umat Islam memandang agama Islam sebagai agama yang gampang untuk dipelajari, tetapi tidak ngegampangin ajaran-ajaran agama Islam.

“Cukup, dan itu merupakan batas kita (umat Islam) memberikan toleransi kepada mereka (umat Nasrani), mengingat indo (penduduk di Indonesia) mayoritas Islam, toleransi seperti itu sudah cukup,” kata Naren, menanggapi pertanyaan “Apakah dengan memberi mereka ruang untuk merayakan hari raya, sudah cukup?”

Umat Islam harus mampu menentukan pendapat yang baik untuk diikuti, sesuai dengan kajian-kajian yang tepat. Tidak membenarkan atau menyalahkan suatu hal dengan hanya melihat siapa yang memberikan pendapat.

Toleransi antar agama dapat dilaksanakan dalam berbagai macam bentuk, dan oleh berbagai macam kelompok. Setiap penganut agama harus mengarahkan hidupnya sesuai dengan ajaran kitab suci agama yang dianutnya. Hal ini dapat meluruskan berbagai macam problematika berdasarkan kajian-kajian yang dilakukan oleh tiap-tiap penganut agama secara personal.

Perdebatan seperti ini tidak hanya membuat pusing orang dewasa. Remaja hingga anak-anak pun sering memperdebatkan hal ini. Cepatnya perkembangan teknologi telekomunikasi membuat remaja dan anak-anak –yang pada umumnya belum bisa menentukan baik atau buruknya suatu hal– dipaksa harus berhati-hati dalam menyebarkan dan mengakses informasi melalu social media.

Bimbingan penggunaan alat telekomunikasi harus ditanamkan sejak dini, baik melalui media siar televisi anak-anak, maupun media cetak. Lingkungan keluarga dapat memberi cerminan seorang anak bersikap, bimbingan keluarga sangat diutamakan, khususnya oleh orang tua, sebagai tenaga pendidik anak-anak di luar sekolah, wajib membimbing anak-anaknya sesuai dengan agama yang dianutnya. Tidak seharusnya orang tua membiarkan anaknya jauh dari ajaran agama, meskipun sudah memasuki usia remaja.

Bagaimanapun, perdebatan mengenai hal ini seharusnya tidak dijadikan topik yang di besar-besarkan oleh media penyampai informasi, dengan mengadu domba berbagai pimpinan organisasi masyarakat (ormas) Islam, hanya untuk meningkatkan rating. Cukup dengan memberitakan berbagai tanggapan dari para responden secara menyeluruh, konsumen sudah cukup menerima informasi, dan dapat menilai berbagai tanggapan tersebut.

Konsumen harus lebih selektif, menanggapi berbagai informasi yang disampaikan oleh media penyampai informasi. Untuk itu, dalam menjembatani antara sumber informasi dengan penerima informasi, profesionalitas media penyampai informasi sangat diperlukan, diharapkan tidak menyampaikan emosi, tetapi menyampaikan informasi yang diharapkan konsumen dapat memberikan jalan keluar.

 

Farras Ammar

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *