Nyala Kenangan di Hari Ini

Panasnya atmosfer di sekitar kamarku membuat tidurku terganggu, aku membuka mata dan yang pertama kali netraku lihat adalah kobaran api yang hampir membakar seluruh kamarku. “Nak!” Teriakan itu berasal dari Ibuku. Aku segera bangun dari tempat tidurku dan mengambil selimut yang tadi kupakai untuk menutupi ujung kakiku saat tidur, kuambil botol besar berisi air setengah penuh dan kusiramkan ke selimut. Aku memakai selimut untuk menutupi daerah atas kepala dari panasnya api, entah dari mana asal api ini, yang kupikirkan adalah teriakan parau Ibuku yang memanggil namaku berulang kali.

Aku menerobos pintu kamarku dan segera ke arah dapur. Di sana aku melihat Ibuku tergeletak dengan penampilannya yang berantakan. Aku memanggil lirih, “Ibu… kenapa bisa begini?” Dengan panik, aku langsung menghampiri Ibuku dan mencoba untuk mengangkatnya. Ibuku masih bernapas, ia masih membuka matanya. Namun, ia terlihat lemas, jadi aku tidak banyak bicara.

Saat hampir sampai di ruang tamu, tiba-tiba runtuhan dari atas jatuh ke arahku dan Ibuku. Aku langsung menghindar, tetapi aku tidak sanggup untuk menarik Ibuku. “IBU!” Aku berteriak histeris karena Ibuku tertimpa runtuhan itu. Seluruh tubuhku gemetar, aku menangis, berharap ada yang menolong kami. Kesadaranku berkurang karena oksigen yang kuhirup menipis, pandanganku menggelap, dan aku terlelap.

Cahaya terang menembus netraku. Aku terbangun. Seingatku, seharusnya aku masih berada di ruang tamu yang terbakar itu, tapi kini aku berada di kamar Ibuku. Aku melihat sekitar dan di balik lemari besar itu, aku melihat Ibu. “Sebentar, apakah yang tadi hanya mimpi?” Aku bergumam dalam hati. Aku berjalan menuju tempat di mana aku melihat Ibu, tetapi tidak ada apa-apa di sana. “Apa aku salah lihat?” gumamku lagi dalam hati. Saat itu juga, aku menangis sesegukan, entah apa yang terjadi padaku, rasanya seperti ingin marah, menangis, dan berteriak.

Tiba-tiba, pintu kamar Ibu terbuka dan menampilkan sosok yang hampir mirip denganku, tapi dia lebih tinggi. Itu adalah kakak! Saat itu juga, aku berlari ke arah kakakku dan memeluknya sambil menangis. “Aku melihat Ibu di sana, kemana dia? Apakah dia baik-baik saja? Apakah dia selamat? Aku ingin bertemu dengannya!” Banyak pertanyaan yang langsung kulemparkan kepada kakakku. Namun, ia hanya diam sembari memelukku. Tak lama, isak terdengar dari kakak dan aku merasakan basah di pundakku. Kakak menangis! Pelan-pelan ia bersuara, “Sudah bertahun-tahun, jika hari ini tiba… kamu selalu seperti ini.” Aku masih tidak sadar apa yang dikatakan oleh kakakku, tapi saat itu juga kakakku mengajakku ke suatu tempat. Dengan mataku yang sembab, aku menurut saja.

Aku dan kakak telah sampai di tempat ini, di tempat di mana aku sadar kalau kesedihan masa laluku selalu hadir sebelum hari esok. Kami berada di banyaknya jajaran batu nisan, salah satunya adalah milik Ibu. Kami menghampiri tempat singgah terakhir Ibu. Aku terduduk lemas sambil menahan air mata yang sedikit lagi akan membasahi pipiku. Kuelus sayang nisan bertuliskan nama wanita yang paling aku cintai. Kutaburi bunga gundukan tanah yang mengubur raganya. Kakak di sebelahku juga melakukan hal yang sama. Dengan suaraku yang susah untuk dikeluarkan, aku berbisik lembut, “Walau harinya besok, tetapi aku ucapkan sekarang saja ya Bu, soalnya besok aku harus sekolah.” Aku menjeda kalimatku dan mengusap air mataku. “Selamat Hari Ibu.”

Setelah mengunjungi ibu, aku pulang dengan perasaan hampa. Di kamar, aku membagikan fotoku, kakak, dan ibu saat lebaran 3 tahun yang lalu ke media sosial dengan tulisan: Wanita yang berada di tengah adalah Ibuku, ia yang merawat aku dan kakakku dengan penuh kasih juga sayang. Hari ini adalah hari lahirnya, sekaligus hari di mana ia mengembuskan napas terakhirnya. Ketika besok anak-anak lain memeluk Ibunya dan mengucapkan “Selamat Hari Ibu,” lain halnya dengan aku dan kakakku yang harus mengucapkan “Selamat tinggal.” Tapi hidup harus tetap berjalan, bukan? Walau raga Ibu sudah tak pernah hadir di setiap hariku, namun jiwanya masih selalu ada di hatiku. Selamat Hari Ibu untuk para Ibu hebat di luar sana.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *