Menggali Lebih Dalam Tentang “Anak Lanang”

Anak Lanang adalah film pendek yang diproduksi oleh Ravacana Films yang menorehkan prestasi tahun 2019 dalam Short Film Competition di Australia. Anak Lanang (produksi tahun 2017) disutradarai oleh Wahyu Agung Prasetyo, mendapatkan “Outstanding Achievement” di Indonesian Film Festival (IFF) Australia ke-14. Film pendek karya Wahyu Agung Prasetyo ini berdurasi  14 menit 56 detik. Film ini mengkisahkan seputar percakapan empat anak dan tukang becak sepulang sekolah di atas becak. Dialog mengalir lancar dalam bahasa jawa di antara keempat anak dan tukang becak dalam satu kali shot kamera.

Kisah dalam film pendek ini mengenai empat orang anak SD yang membahas kehidupan sehari-hari mereka di atas becak sepulang sekolah. Memfokuskan 4 anak SD yang bernama Samsul, Sigit, Yudho, dan Danang saat perjalanan pulang dari sekolah bersama tukang becak langganannya. Di kisah ini lebih ditekankan pada topik Hari Ibu. Sigit diceritakan sebagai anak yang rajin. Ia selalu mengerjakan PR tepat waktu, sedangkan teman-temannya hanya menyontek darinya. Hal ini tercermin dari ibunya, yang juga ramah dan baik. Danang, anak yang menyukai keributan karena dianggap “keren” baginya daripada sinetron yang selalu ditonton ibunya. Yudho dan Danang, selalu bertengkar dikala perjalanan pulang yang menunjukkan dampak dari poligami keluarganya yang mungkin rumit.

Walaupun pemeran utama hanya sekadar bocah-bocah, namun akting mereka sangat menakjubkan hingga saya sempat berpikir itu adalah real sifat asli mereka. Patut dijempoli. Pengambilan shoot gambar dengan one-take juga sangat menarik dan cukup memfokusan pemeran utama. Konsep menggunakan becak sebagai perantara utama juga unik sekali dan sangat mencerminkan kehidupan sehari-hari.

Nilai moral yang terkandung juga mengandung arti yang dalam dan mungkin baru bisa dimengerti setelah ditonton lebih dari satu kali. Dari kisah ini, kita bisa melihat bagaimana dampak/sifat dari keluarga nya masing-masing berdampak kepada anaknya secara mental. Dan juga menunjukkan dampak dari poligami yang mungkin bisa kontroversial, namun film ini mengambil dari sudut pandang yang berbeda, yaitu dari anak-anak.

Menurut saya, film ini sangat bagus dan menginspirasi. Wajar saja jika film ini mendapat penghargaan yang spektakular. Sangat direkomendasikan untuk ditonton, terutama pada kalangan sekarang.

Najla Fatina

Divisi News Cetak

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *