“Indah cinta berakhir duka. Mengalun sunyi dibuai mimpi.” Apakah P-assengers pernah mendengar syair itu? Syair tersebut terdapat dalam salah satu lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi ternama Indonesia pada tahun 1980. P-assengers penasaran, kan? Yuk, kita gali lebih dalam!
Chrismansyah Rahadi, lebih dikenal dengan nama Chrisye, dialah penyanyi yang melantunkan syair tersebut. Ia dilahirkan di Jakarta pada tanggal 16 September 1949 dari seorang ibu yang bernama Hanna Rahadi. Pria yang bernama asli Christian Rahadi ini adalah seorang kristiani berdarah Tionghoa. Ia merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Sejak bersekolah, ia memilki ketertarikan terhadap musik. Ketertarikannya itu kian bertambah saat dirinya menduduki bangku SMA. Saat itulah ayahnya, Laurens Rahadi, membelikannya sebuah bas. Namun, ia belum mahir bermain musik. Ia pun belajar bersama dengan kakaknya, Joris Rahadi.
Awal karier seorang Chrisye dimulai pada pertengahan 1960-an, saat ia diajak bergabung ke dalam grup musik Sabda Nada yang berisikan Nasution bersaudara. Saat itu, ia merupakan pengganti pemain bas utama, Eddi Odek. Setelah beberapa lama, ia pun menjadi anggota tetap Sabda Nada karena penampilannya yang memesona.
Pada tahun 1969, Sabda Nada berganti nama menjadi Gipsy. Empat setengah tahun kemudian, grup musik itu pergi ke New York untuk bermusik di sana. Mereka bermusik di restoran yang dimiliki oleh Pertamina, yaitu Restoran Ramayana. Enam bulan berjalan, mereka pun pulang ke Indonesia. Pada tahun 1974, Chrisye kembali lagi ke New York untuk bermusik bersama dengan grup lainnya, yaitu The Pro’s. Kontraknya diputus setahun kemudian karena adiknya, Vicky, meninggal terkena infeksi lambung.
Ia sempat depresi hingga tidak bermusik sekian lamanya, hingga Gipsy kembali mengundang Chrisye untuk proyek terbarunya yang digarap bersama dengan Guruh Soekarnoputra. Proyek tersebut menghasilkan album bernama Guruh Gipsy yang sangat meledak kala itu. Pada tahun 1976, album tersebut dikeluarkan dan mendapat respon positif dari seluruh kritikus yang ada. Keberhasilan album tersebut meyakinkannya untuk berkarier solo.
Karier solonya dimulai saat ia didatangi oleh Sys NS yang mengajaknya untuk menyanyikan lagu “Lilin-Lilin Kecil” karya James F. Sundah. Lagu ini pun dimuat dalam album LCR 1977 yang sangat laris kala itu. Album itulah yang menjadi tonggak awalnya dalam berkarier solo. Jejeran album lainnya yang menyukseskannya di tahun-tahun berikutnya ialah Badai Pasti Berlalu, Sabda Alam, dan Puspa Indah.
Tak tanggung-tanggung, ia pun sempat bermain dalam film ternama, Gita Cinta dari SMA pada tahun 1979. Dua lagu diikutsertakan dalam film tersebut, yaitu Galih dan Ratna serta Gita Cinta yang ada pada album Puspa Indah.
Memasuki tahun 1981, Chrisye mulai mencari teman hidupnya. Gusti Firoza Darmayanti Noor, seorang muslim berdarah Dayak dan Minang yang berasal dari keluarga musisi, beliaulah yang didekati Chrisye. Kala itu, Yanti merupakan sekretaris dari Guruh Soekarnoputra. Ia sering berbincang dengan Chrisye saat dirinya menunggu Guruh. Chrisye menyatakan cintanya pada saat ia dan Yanti berada di Bali. Pada tahun 1982, Chrisye menjadi seorang muslim dan menikah pada tanggal 12 Desember 1982. Pernikahan mereka dianugerahkan empat orang anak, yaitu Rizkia Nurannissa, Risty Nurraisa, Rayinda Prashatya, dan Randa Pramasha.
Setelah pernikahan itu, ia tetap meniti karier di dunia musik. Lagu-lagunya meledak kala itu dan masih terkenang hingga saat ini. Beberapa lagunya yang sangat terkenal adalah Aku Cinta Dia, Anak Jalanan, Angin Malam, Badai Pasti Berlalu, Baju Pengantin, Galih dan Ratna, Kala Sang Surya Tenggelam, dan Gita Cinta.
Selama berkarier, ia tidak hanya bekerja dengan Guruh Soekarnoputra. Ia juga pernah dibantu dalam aransemen maupun pembuatan lagu serta melodi oleh Erwin Gutawa, Eros Djarot, Addie MS, dan komposer serta penulis lagu ternama Indonesia lainnya.
Kariernya terhenti saat ia terkena kanker paru-paru pada bulan Juli 2005. Ia menjalani enam kemoterapi hingga kondisinya membaik pada tahun 2006. Kala itu, ia sempat merilis dua album kompilasi. Namun, kondisinya berangsur-angsur memburuk pada bulan Februari 2007. Sebulan menjelang, tepatnya pada tanggal 30 Maret 2007, Tuhan pun memanggilnya. Ia dimakamkan di TPU Jeruk Purut, Jakarta Selatan. Pemakaman itu dihadiri oleh banyak musisi ternama Indonesia. Kepergiannya menjadi kesedihan tersendiri bagi kalangan musisi dan masyarakat Indonesia.
Itulah perjalanan hidup serta karier seorang Chrismanyah Rahadi. Selain itu, ada beberapa fakta menarik yang perlu P-assengers ketahui. Pertama, pada saat ia berumur 25 tahun, ia sudah merilis 18 album. Kedua, hampir semua masyarakat Indonesia tahu bahwa ia mempunyai suara dan gaya panggung yang khas. Itulah hal yang membuatnya mudah dikenal oleh pendengarnya. Ketiga, ia tidak bisa membaca not balok. Namun, hal itu tidak menghalanginya untuk menjadi musisi ternama Indonesia. Terakhir, inilah fakta yang paling diketahui oleh seluruh penikmat musik Indonesia. Dengan 10 penghargaan bergengsi, ia menjadi salah satu musisi terbaik Indonesia. Penghargaan terakhir yang ia dapat pada tahun 2005 adalah AMI Lifetime Achievement Award.
Setelah kita jabarkan lebih lanjut, P-assengers lebih kenal dengan sosok ini, kan? Nah, kita cukupkan saja artikel ini, ya. Sampai jumpa di artikel berikutnya! “Semoga tercapai segala keinginanmu!”
Sumber Referensi Artikel:
https://en.wikipedia.org/wiki/Chrisye
https://id.wikipedia.org/wiki/Daftar_lagu_yang_direkam_oleh_Chrisye
https://tirto.id/biografi-chrisye-keturunan-cina-dan-kisah-buruknya-jadi-minoritas-eibp