Hai P-assengers! Balik lagi bersama aku, Rangga in this brand new day! Kira-kira kalian penasaran gak nih sama artikel yang kali ini aku tulis? Jadi gini P-assengers, Baru-baru ini, aliansi Siber Kreasi alias Gerakan Nasional Literasi Digital mengadakan Netizen Fair 2019 yang diusung bersama Kementerian Komunikasi dan Informasi (Kominfo). Acaranya diadain di The Kasablanka, hari Sabtu, tanggal 5 Oktober 2019 kemarin nih P-assengers! Nah, SiBerkreasi (atau Siber Kreasi) ini menyosialisasikan literasi digital ke berabagi sektor utama pendidikan untuk mendorong masyarakat aktif berpatisipasi untuk menjadi lebih produktif di dunia digital.
Dari sini kalian bingung gak sih apa yang akan aku bahas? Jadi, tema kita kali ini adalah “Siapa sih yang Perlu Literasi Digital di Indonesia?” Hayo, siapa ya? Eh tapi sebelum itu, kira-kira P-assengers udah pada tahu belom apa itu Literasi digital? Aku jelasin aja ya. Jadi Literasi digital adalah ketertarikan, sikap dan kemampuan individu yang menggunakan teknologi digital dan alat komunikasi untuk mengakses, mengelola, mengintegrasikan, menganalisis dan mengevaluasi informasi, membangun pengetahuan baru, membuat dan berkomunikasi dengan orang lain agar dapat berpartisipasi secara efektif dalam masyarakat. Nah, udah kebayang belum kira-kira siapa ya yang membutuhkan?
Tentu saja jawabannya semua orang. Yap semua orang. Mulai dari orang tua hingga anak-anak. Mengapa? Karena kita akan terus mengalami globalisasi atau proses mendunia dimana terjadi perkembangan di segala faktor termasuk faktor teknologi. Kita harus mengikuti arus perkembangan. Apabila tidak, maka kita akan tertinggal jauh dari negara lain dan cenderung primitif. Sudah saatnya Indonesia untuk menjejakkan kaki nya sebagai negara maju. Literasi digital adalah salah satu langkah awal yang membawa perbedaan untuk menjadi lebih baik.
Dilansir dari google.com, Jumlah pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 132.7 juta orang dari 256.2 juta orang populasi Indonesia. Ini berarti, pengguna Internet di Indonesia telah mencapai 51.8% dari jumlah penduduk Indonesia seluruhnya. Dengan demikian, besar kemungkinan bahwa angka tersebut merupakan angka untuk masyarakat di masa produktif. Dan telah kita ketahui bahwa masa produktif dimulai dari usia 15-64 tahun. Dari data tersebut, dapat kita ambil kesimpulan bahwa mayoritas masyarakat Indonesia menggunakan internet dalam kehiduoan sehari-hari. Hal ini merupakan hal positif untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Namun, apakah mereka menggunakan internet untuk hal yang positif? Atau malah sebaliknya? Inilah hal lain yang mendasari adanya literasi digital.
Literasi digital tidak hanya untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maju. Melainkan juga untuk mengatasi common problem yang terjadi di Indonesia bahkna dunia. Sebut saja hoax, cyberbullying, dan online radicalismn. Ketiga hal tersebut merupakan penyumbang terbesar intenet negatif di Indonesia. Literasi digital hadir, untuk mengatasi ketuga hal tersebut dan bahkan hal negatif lainnya.
“Tapi bagaimana dengan masyarakat di tempat terdalam, terluar, dan terpencil di Indonesia? Kan disana gak ada internet.” Pasti P-assengers semua bertanya-tanya seperti itu kan? Jawabannya adalah pemerintah. Pemerintah seharusnya memfasilitasi masyarakat di tempat terdalam, terluar, dan terpencil untuk tetap dapat mengakses internet dan mengikuti arus globalisasi. Pemerintah dapat membantu berupa pemberian sinyal internet dan memfasilitasi tablet untuk digunakan masyarakat dalam mengakses internet. Untuk menjaga keamanan, dapat diberlakukan beberapa peratiran seperti dikembalikan setelah dipergunakan, atau hanya boleh dipergunakan di tempat yang telah ditentukan.
Jadi begitu P-assengers! Ingat, semua orang memerlukan literasi digital yaa. Maka dari itu, yuk kita sama-sama menjadi anak literasi digital! Kira-kira sekian dulu ya P-assengers artikel aku. Semoga bermanfaat dan see you next time! Byeee…