72% WATER.

Halo!

Artikel kali ini bakal beda karena bukan lagi membahas tentang Indonesia atau fenomena yang lagi hits disekitar kita, kali ini artikel tentang penulisnya. Tugas Kak Yasmine kali ini mengangkat topik tentang diri kita, kita as in kami yang menulisnya. Jenis artikel kayak gini yang menurut saya paling susah, referensi dan sumbernya cuman satu, yaitu diri sendiri yang butuh waktu lama buat benar-benar dipahami.

Dimulai dengan hal paling basic, nama saya Ni Made Diandra Kalila, dari namanya biasanya orang bisa langsung nebak saya berasal dari Bali dan tebakan itu benar adanya. Saya memiliki 3 saudara perempuan which results in a lot of cat fights and very very loud noises. Dengan 1 kakak dan 2 adik yang masih kecil, peran saya di keluarga adalah sebagai the annoying sister. Paling hobi bikin adik nangis dan kakak marah.

Keluarga saya sendiri sangat peduli dengan nilai dan prestasi sekolah, saya rasa itu salah satu faktor dari kepribadian saya yang sering disebut ambis tapi saya rasa aslinya jauh dari itu, saya gak pernah punya rasa suka sama belajar tapi saya benci banget gagal. Apalagi gagal di bidang yang saya harusnya bisa luar biasa, oleh karena itu saya mau gak mau harus rajin demi nilai.

Saya gampang nyari kebahagiaan, as a very feely Pisces (yes, I like to read about zodiacs, what about it) ngelihat orang bahgia dikit aja saya langsung ketularan bahagianya. Video-video sepele kayak bayi yang baru bisa jalan, pregnancy announcement, dan baby reveal selalu berhasil bikin saya sedikit lebih senang.

Malam sebelum liburan yang bisa diisi dengan santai-santai di kasur dengan AC yang sejuk juga selalu bisa bikin saya bahagia. Dan sebagai sweet tooth, makan permen satu bungkus juga termasuk salah satu cara simpel buat bikin saya bahagia.

Kutukan jadi orang feely baru dirasakan kalau orang lagi sedih, saya sangat amat gampang ngeluarin air mata.

Kalau ada yang bertanya ke orang lain tentang saya, mungkin kalian bakal nemuin banyak yang menjawab hal yang sama yaitu, panikan. It’s not like I can’t work well under pressure, I can, but after a good cry. Waktu hal-hal gak berjalan sesuai keinginan atau rencana saya, syaa jadi gugup dan biasanya melakukan hal-hal bodoh yang sepele. Butuh nangis yang enak dan lega baru saya bisa balik lagi. Saya juga sangat pesimis! Makanya itu jarang banget saya mau mengambil kesempatan buat jadi pemimpin. Kalau ada orang-orang yang bisa selalu melihat the good in life, saya selalu bisa melihat the bad in life, every single moment. Ada untungnya, saya jadi tahu resiko yang akan datang tapi buruknya saya jadi penakut. Susah banget buat menghilangkan sifat yang satu ini, mungkin cara terbaik buat hadapinnya ya dengan gak menaruh terlalu banyak fokus kesana.

Hobi membaca saya yang sempat berhenti karena UN kelas 9 dan media sosial yang mengambil perhatian, sepertinya jadi salah satu faktor dari kebiasaan saya yaitu menghayal, bisa dari hal-hal sepele kayak punya mansion di masa depan tapi bisa juga jadi khayalan seram kayak alien dan tetek bengeknya.

Seringkali saya memandang diri sebagai orang yang sangat biasa saja. Gak ada hal menarik dalam diri saya yang bisa membuat saya stand out di kerumunan. Kepribadian saya juga gitu-gitu aja, gak meledak-ledak dan juga gak terlalu santai. Semuanya cukup, pas, biasa aja.

Dulu saya melihat hal itu sebagai sesuatu yang amat buruk, berkali-kali saya mencoba mengganti kepribadian biar agak lebih menarik atau berusaha untuk melebih-lebihkan diri. Menarik enggak, lebay iya. Lama-lama mulai merasa lelah dan akhirnya menerima aja bahwa saya memang pantas untuk gak suka sama diri saya sendiri.

Pandangan ini mulai berubah setelah saya baca suatu buku karya penulis Jepang, Haruki Murakami. Buku dengan judul Colorless Tsukuru Tazaki and His Years Of Pilgrimage ini menceritakan kisah pria biasa yang selalu merasa dirinya biasa saja diantara kumpulan orang-orang berwarna. Dalam buku itu saya menemukan sebuah kata-kata yang cukup menyentuh, “Let’s say you are an empty vessel. So what? What’s wrong with that?” Eri said. “You’re still a wonderful, attractive vessel. And really, does anybody know who they are? So why not be a completely beautiful vessel? The kind people feel good about, the kind people want to entrust with precious belongings.” Dari situ saya sadar bahwa walau saya manusia yang amat sangat biasa saja, plain tanpa rasa yang meledak-ledak, saya bisa jadi “wadah” yang luar biasa, tempat orang-orang bisa bercerita dan mempercayakan kepunyaannya. Saya sadar sebiasa apapun manusia, dia hadir di dunia dengan suatu tujuan. Dan saya berencana buat melakukan yang terbaik demi memenuhi tujuan itu.

Artikel kali ini bakal saya tutup disini karena rasanya aneh buat membicarakan tentang diri sendiri dalam 800 kata. Banyak harapan yang saya taruh di diri tapi yang paling penting dan paling ingin saya wujudkan adalah jadi orang baik. Orang baik yang tulus, tidak pamrih, dan bisa menjadikan kebaikannya itu bagian dari kehidupan sehari-hari.

Doain saya berhasil, ya!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *