Still Blooming

On the year of water horse, 2nd of July 2002 to be exact—which makes her a cancer, someone was born into this world. Dia lahir di Jakarta, ibukota dari Indonesia. Untuk beberapa tahun pertama, ia tumbuh di Jakarta hingga akhirnya dia pindah ke Banjarmasin. Banjarmasin adalah sebuah kota di kalimatan selatan yang dijuluki sebagai Kota Seribu Sungai. Ia pindah kesana karena keluarga dari pihak ibunya berada di sana. Namun, beberapa tahun setelah itu—ketika dia berada pada tahap taman kanak-kanak, dia kembali pindah ke Jakarta. Dia memasuki taman kanak-kanak di Al-Azhar Syifa Budi lalu menlanjutkan sekolah dasar disana juga.

 

6 tahun ia menjalani masa sekolah dasar, selama menjalani tahun-tahun itu dia menemukan kesukaannya, membaca dan menggambar. Kesukaannya terhadap membaca diawali dengan membaca komik-komik, lalu dia mulai mengganti bacaan menjadi cerita pendek seperti KKPK sampai akhirnya dia juga menyukai membaca novel tebal. Dia paling menyukai sesuatu yang bergenre fiksi. Selain itu, dia juga suka menonton animasi, entah itu animasi barat atau jepang. Karena menyukai hal-hal yang berhubungan dengan gambar dan animasi, timbul juga kesukaan dia terhadap menggambar. Seringkali ia mengikuti lomba menggambar, bahkan kaligrafi pun ia ikuti, yang diadakan sekolahnya. Beruntungnya dia, kesukaannya ini didukung oleh orang tuanya.

 

Lalu, ia melanjutkan pendidikan sekolah menengah pertamanya di SMPI Al-Azhar, perbedaan antara masa sekolah dasar dan sekolah menengah pertama cukup terasa baginya, mulai dari saat ia menjalani kegiatan MPLS yaitu Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah. Namun, perbedaan yang ia rasakan membuatnya harus beradaptasi ini menjadi sebuah pelajaran berharga baginya. Masa SMP merupakan salah satu masa transisi yang paling terasa baginya, banyak sekali pengalaman serta pelajaran yang ia dapat. Ia sangat berterima kasih kepada teman-temannya selama SMP karena telah menjadikan masa SMP nya menjadi sangat berkenang. bahkan indah. You know who you are. Marcel Proust said, “Let us be grateful to people who make us happy, they are the charming gardeners who make our souls blossom.”

 

Tapi, tentu saja masa SMP nya tidak berjalan semulus itu. There were sad moments, there were fights, there were quarrels, and many more bad things happened. Namun, dari hal-hal tidak menyenangkan ini tentu pelajaran-pelajaran lainnya bisa dipetik untuk dijadikan pelajaran hidup. Dari hal-hal ini dia juga belajar untuk berterima kasih atas hal-hal kecil yang ia punya—to be grateful of the simple things. and i learned to accept myself. “He who lives in harmony with himself lives in harmony with the universe,” Marcus Aurelius once said.

 

Setelah melewati masa-masa menegangkan yaitu saat ujian praktek hingga ujian nasional, dan melewati masa lebih menegangkan lainnya yaitu menunggu hasil ujian nasional, karena ia tahu hasilnya akan mempengaruhi sekolah dimana, akhirnya ia berhasil masuk SMA Negeri 81 Jakarta. She was glad, of course. Sempat berputus asa, ia hampir memutuskan untuk bersekolah kembali di swasta, namun setelah banyak pertimbangan dan modal nekat, akhirnya ia memutuskan untuk sekolah di negeri. ‘Mencari pengalaman baru,’ pikirnya. Oleh karena itu, dia sangat berterima kasih karena nemnya bisa dibilang cukup memuaskan, dan yang terpenting cukup memasuki SMA yang ia impikan.

 

Kalau beradaptasi pada masa SMP sudah sulit, beradaptasi saat SMA lebih sulit lagi. Semua terasa sangat berbeda. Dibutuhkan waktu yang cukup lama untuk dirinya beradaptasi. First thought, masa SMA jauh dari apa yang ia bayangkan, tapi seharusnya ia menyadari dari awal bahwa fiksi berbeda dengan realita. Masa SMA yang digambarkan di fiksi-fiksi yang sering ia baca atau tonton memang seems too good to be true but it didn’t stop her from hoping. 

 

More hardships she went through and more hardships to come. Senior high school days weren’t that easy, both academywise and socialwise, but those things help her to toughen up. Jens Lekman said, “I’m very very happy for my hardships and misfortunes: they build character and make you a better person. Even if I think it’s something you have to carry with you, it’s definitely something that makes you more empathic towards other people, makes you understand people and relationships so much better.” In conclusion, there is a positive side in hardships.

 

Di masa ini juga, ia mulai tahap awal dalam mencari jati dirinya, pikiran seperti ‘sebenernya nanti mau jadi apa’ terus ada. Dia sudah punya pilihan, but she wasn’t that sure. Masa SMA berlalu cukup cepat bagi dirinya, dan masa perkuliahan akan segera datang. Waktu terus mengejar, dan pertanyaan itu harus segera terjawab.

 

Di SMA, ia cukup aktif dalam mengikuti kegiatan, terutama dalam bagian publikasi. Kesukaannya dalam menggambar berkembang menjadi kesukaannya terhadap design. “Graphic design is the paradise of individuality, eccentricity, heresy, abnormality, hobbies and humors,” quotes George Santayana. Seiring waktu, semakin sering ia mempunyai pengalaman, ia semakin yakin bahwa ia ingin menekuni bidang itu.

 

Ceritanya dalam SMA belum selesai, masih ada setahun mendatang yang harus ia jalani. Setelah itu, masih banyak tahapan hidup yang ia lewati. Perjalanannya belum selesai, karakternya masih terus terbentuk. Dirinya akan terus berubah seiring waktu. Tapi, untuk sekarang dirinya cukup puas dengan apa yang ia dapat dari masa lalu hingga membentuk siapa dirinya sekarang. Dan ia tidak sabar melihat bagaimana perkembangan dirinya di masa yang akan datang. 

 

A quote from Alexander Volkov, 

“Your journey never ends. Life has a way of changing things in incredible ways.”

and one of things that will change is yourself; like a flower, you’ll keep blooming until you reach the end. But on the otherhand, you will still be you. You are who you are.

 

Salam hangat dari dia a.k.a saya,

Davina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *