Halo, P-assengers!
Hari ini aku mau membahas suatu topik yang menurutku sangat bermanfaat untuk anak remaja, khususnya anak remaja jaman sekarang yang susah mengatur prioritas dalam hidupnya karena terlalu terbiasa ‘praktis’ atau terlalu mudah ter-distract oleh teknologi dan gadget-gadget mereka.
P-assengers, apakah kalian pernah mendengar istilah ‘memakan kodok’? Kodok yang aku bicarakan bukanlah seekor binatang ya! Lalu apakah ‘kodok’ itu? Kodok yang dimaksud adalah tugas-tugas atau bisa dibilang ‘beban’ dan ‘deadline’ dalam hidup kita. Contohnya tugas sekolah, dan lain sebagainya. Kalau ‘memakan kodok’ itu artinya apa ya? Memakan maksudnya ya ‘menyelesaikan’ atau ‘mengerjakan’. Memakan kodok tentunya bukan sesuatu hal yang masyarakat umum idamkan untuk dilakukan, ya? Sama halnya dengan tugas atau beban dalam hidup kita, mayoritas anak remaja jaman sekarang malas atau benci melakukan hal tersebut. Maka ketika menyelesaikan tugas diibaratkan sebagai aktivitas ‘memakan kodok’, mungkin kalian bisa lebih mengerti bagaimanakah caranya menentukan skala prioritas atau me-manage waktu kalian dengan baik.
Prinsip atau mindset pertama yang harus kita ingat adalah, “Ketika memakan kodok, makanlah kodok yang terjelek terlebih dahulu!”. Bingung? Terjemahannya bagi kalian yang masih kurang paham mengenai perumpamaan ini adalah, “Ketika menyelesaikan suatu tugas, kerjakan yang terberat terlebih dahulu!”. Naaah, sekarang apakah masuk akal? Nih ya, kalau misalnya kita mengundur-ngundur memakan kodok yang jelek itu, satu hari penuh yang kalian pikirkan pastilah kodok jelek itu! Pikiran seperti, “Aduh, nanti sore gue harus makan kodok yang jelek itu… ihhhh jijik, gue gamau!” pastilah akan selalu terlintas di otak seharian. Buat apa kita mengundur pekerjaan kalau pada akhirnya malah lebih membebani mental kita dengan pikiran menyebalkan itu terus? Toh lebih enak jika kita sudah memakan kodok itu di awal, maka seharian pikiran kita akan tenang dan terbebaskan dari image kodok jelek tersebut. Nah, ubahlah kata ‘kodok’ menjadi ‘tugas’, ‘memakan’ menjadi ‘menyelesaikan’, dan ‘jelek’ menjadi ‘berat’! Ayo, P-assengers, mari kita selesaikan tugas yang berat terlebih dahulu demi pikiran yang tentram dan damai hehe.
Prinsip kedua yang tak kalah pentingnya dibanding prinsip pertama dalam memakan kodok adalah, “Jangan melihat kodoknya mulu! Makan aja langsung!”. Ketika kita memiliki suatu tugas yang berat, apa gunanya jika kita hanya terfokuskan kepada betapa beratnya tugas tersebut? Maka, jika punya suatu tugas berat, ayo langsung dikerjakan! Lebih baik maju sedikit demi sedikit daripada berharap dapat meloncat jauh-jauh sekaligus. Kalau perumpamaannya kodok, bayangkan jika kalian pokoknya harus memakan kodok itu! Apa enaknya hanya menatap kodok lama-lama? Yang ada kalian malah tambah terbebani dengan pikiran harus memakan kodok tersebut. Sudahlah, telan ludah dan langsung santap kodok tersebut! Dengan ini, tangan kita sudah bergerak maju menyelesaikan tugas berat itu. Dengan merenung dan menatap dokumen word yang kosong, tak akan ada satupun kata yang akan muncul secara tiba-tiba jika jari kita saja tidak mendekati keyboard. Paham sekarang?
Satu hal lagi yang menurut aku sangat penting dalam memakan kodok sejelek apapun atau menyelesaikan tugas seberat apapun adalah, “Mulailah menyicil!”. Nah disinilah kita membahas akar masalah semua remaja di Indonesia! Apakah itu? Ya, hal itu adalah kebiasaan menunda tugas sampai detik-detik terakhir. Pernahkah kalian diberi tugas besar seperti misalkan, membuat film kelas? Aduh, ini mulai membahas kejadian pribadi… Nah, membuat suatu film apalagi film yang melibatkan satu kelas bukanlah tugas yang mudah. Maka dari itu, guru biasanya (biasanyaaa) baik hati dan memberi kita tenggat waktu (deadline) yang panjang. Mungkin kalian berpikir bahwa hal itu sangat bermanfaat, kan? Menurut aku malah kebalikannya. Karena kebiasaan remaja Indonesia menunda yang parah ini, deadline yang jauh adalah suatu kutukan yang dibungkus sebagai hadiah. Karena, tugas itu pasti tenggelam di belakang tugas lain yang deadline-nya lebih dekat. Hayooo ngaku, siapa yang pernah berkata “Gila lo udah ngerjain tugas itu? Ambis banget, kan deadline¬-nya masih sebulan lagi.” Aduh aku mengaku aku juga pernah berucap seperti itu. Santai, udah taubat sekarang hehe. Orang-orang yang pernah berucap seperti itu pasti pada akhirnya akan mengerjakan tugas yang berat mepet-mepet deadline dan kemudian complain kepada gurunya betapa susah tugas tersebut dan betapa jahatnya guru itu memberi tugas yang susah kepada muridnya. Introspeksi diri ya, guru memberi jangka waktu yang lama untuk mengerjakan tugas itu dengan alasan bahwa mereka menyadari untuk menyelesaikan tugas tersebut memang membutuhkan waktu yang panjang. Waktu itu patut digunakan semaksimal mungkin. Ketika kita mulai mengerjakan tugas yang berat dari pertama kali tugas itu diberikan, kita akan menyadari bahwa waktu sepanjang itu seharusnya digunakan untuk meng-improve kualitas tugas kalian itu. Oke, P-assengers, sekarang dihapus ya kebiasaan mepet deadlinenya.
Banyak sekali hal yang bisa kita bahas jika berhubungan dengan cara me-manage waktu dengan baik. Tapi pada akhirnya, me-manage waktu dengan baik hanyalah suatu skill yang kalian harus kuasai sendiri. Karena, hal ini membutuhkan banyak introspeksi diri untuk menghapus kebiasaan buruk (mepet deadline) dan memaksa diri untuk melakukan hal-hal wajib yang biasanya kita benci untuk lakukan! Jujurlah, siapa sih yang suka memakan kodok? Tapi kalau kodok itu harus dimakan, yaaa siap-siap saja buka mulut tanpa banyak omong haha.
“Determine never to be idle. No person will have occasion to complain of the want of time who never loses any. It is wonderful how much can be done if we are always doing.”
-Thomas Jefferson
Sekian pembahasan kita hari ini, sampai jumpa di artikel berikutnya, P-assengers!
Signed,
Andini P. S.