Hai P-assengers! Balik lagi sama aku, Rangga Brava Ivanza dari kelas X MIPA 6. Panggil aja Rangga hehehe ^_^.
Kali ini, aku kedapetan tugas nih tentang kebudayaan di Indonesia. Seperti yang kita tahu, kebudayaan di Indonesia itu banyak banget kan? Jadi, pada artikel ini, aku mau menyampaikan ke kalian semua tentang salah satu kebudayaan di Indonesia dalam wujud rumah adat. Rumah adat merupakan bangunan yang mempunyai ciri khas terkait dengan budaya dari tiap-tiap suku yang ada di Indonesia. Di Indonesia begitu banyak rumah adat yang mewakili suku dan adat istiadat dari masing-masing daerah. Salah satu contohnya adalah Rumah Baduy. Apasih Rumah Baduy itu?
Jadi Rumah Baduy itu adalah rumah adat khas Indonesia tepatnya di Provinsi Banten yang digunakan sebagai tempat tinggal. Rumah adat baduy ini sendiri terkenal dengan kesederhanaan, dan dibangun berdasarkan naluri manusia yang ingin memperoleh perlindungan dan kenyamanan. Rumah Baduy juga sejatinya adalah rumah panggung yang menggunakan bambu sebagai bahan dasar pembuatannya. Rumah adat ini biasanya dibangun di daerah pegunungan. Pembuatan rumah adat ini dilakukan secara gotong – royong. Bangunan rumah adat Baduy dibuat tinggi dan mengikuti kontur tanah. Pada tanah yang permukaannya miring atau tidak rata, rumah disangga dengan tumpukan batu kali. Batu ini berfungsi sebagai tiang penyangga bangunan agar tanah tidak longsor.
Atap rumah adat Baduy berasal dari daun yang dinamakan sulah nyanda. Nyanda maknanya sikap bersandar, sandarannya tidak lurus tetapi agak rebah ke belakang. Salah satu sulah nyanda ini dibuat lebih panjang & memiliki kemiringan yang lebih rendah pada bagian bawah rangka atap. Bilik rumah dan pintu rumah terbuat dari anyaman bambu yang dianyam secara vertikal. Teknik anyaman tersebut dikenal dengan nama sarigsig tersebut dibuat hanya dengan berdasarkan perkiraan, tidak diukur terlebih dahulu. Kunci rumah dibuat dengan memalangkan dua buah kayu yang ditarik atau didorong dari bagian luar rumah.
Sementara komponen seperti bilik (dinding), rarangkit (atap), dan palupuh (lantai) hanya sekadar diikat atau dijepit pada bambu konstruksi. Oleh karena itu, bangunan rumah tinggal suku Baduy termasuk jenis bangunan tahan gempa karena konstruksinya bersifat fleksibel dan elastis.
Pembagian interiornya, terdiri dari tiga ruangan, yakni sosoro, tepas, dan inah. Sosoro dipergunakan untuk menerima kunjungan tamu. Letaknya memanjang ke arah bagian lebar rumah. Selanjutnya, ruang tepas yang membujur ke arah bagian panjang atau ke belakang digunakan untuk acara makan atau tidur anak – ank. Antara ruang sosoro dan tepas, tidak terdapat pembatas. Keduanya menyatu membentuk huruf L terbalik atau siku. Bagian inti dari rumah suku Baduy terletak pada ruangan yang disebut imah karena ruang tersebut memiliki fungsi khusus dan penting. Selain berfungsi sebagai dapur (pawon), imah juga berfungsi sebagai ruang tidur kepala keluarga beserta istrinya.
Mereka tidak memiliki tempat tidur khusus, tetapi hanya menggunakan tikar. Alas tersebut digunakan hanya sewaktu tidur, setelah itu dilipat kembali dan disimpan di atas rak. Cara tersebut menunjukkan bahwa kegunaan imah sangat fleksibel dan multifungsi. Di sekeliling ruangan imah terdapat rak-rak untuk menyimpan peralatan dapur dan tikar untuk tidur. Secara garis besar, yang dinamakan imah adalah sebuah ruangan atau bagian inti dari tata ruang dalam rumah tinggal suku Baduy. Hampir seluruh kegiatan berpusat pada ruangan tersebut, baik hal-hal yang bersifat lahiriah, seperti menyediakan makanan dan minuman, maupun hal-hal yang batiniah, termasuk menjalankan peran sebagai pasangan suami-istri dan kepala keluarga.
Waah… ternyata jika kita pelajari lebih dalam, semua rumah adat di Indonesia sangat unik yah… Satu sama lain pasti berbeda. Emang ya Indonesia itu kaya banget akan budayanya. Gak cuma makanan tradisionalnya doang. Maka dari itu, kita harus bersyukur telah dilahirkan di Negeri tercinta ini. Segala perbedaan yang kita punya, kita jadikan sebagai kekuatan bangsa kita. Layaknya semboyan bangsa kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda – beda tetapi tetap satu.
Sekian Artikel ini aku buat. Sampai bertemu di artikel aku berikutnya!