Halo, P-assengers! Perkenalkan, saya Nadira Salsabila, sa–
Ohiya, ini bukan pertama kalinya jadi ini bukan perkenalan. Hehe.
Tak terasa sudah berada di penghujung waktu. Eh ralat sebentar, ini bukan gaya menulis gue.
Singkat tapi panjang dan lebar, gue sangat mengidam-idamkan menjadi anggota di ekstrakulikuler yang menurut gue sangat profesional seperti PIDAS dari kapan ya.. kalau gak salah kelas delapan semester genap. Masa SMP gue habiskan 50% untuk belajar yang gak ambis ambis amat (gak ambis sama sekali malah), 50% lainnya berkeliaran di internet. Main game, nonton film, anime, TV series, menulis baik dengan nama pena atau atas nama gue sendiri, streaming musik, video, ngecover lagu hahah tapi ini udah lama banget, dan salah satunya tak lain ialah… stalking. Gausah tanya “kemana ibadah, mandi, makan, dll?” itu udah lain perkara zzz.
Et, gua ga suka stalking orang (kecuali tokoh publik, artis, heheh). Sabodo teuing lah orang mau ngapain. It was all about my self. Biasanya yang suka gue stalk tuh kayak latar belakang atau behind the scenes nya film, MV, lagu. Entah apa yang ada di otak Nadira Pemalas yang kala itu berusia 14 tahun, gue tertarik buat kepoin sekolah-sekolah SMA sekitaran rumah. Termasuk SMA Negeri 81 Jakarta. Mungkin emang udah nalurinya manusia, makin tua makin inget umur inget masa depan.
Gue udah lupa bagaimana tepatnya mata gue bisa melirik ke PIDAS, yang jelas takdir lah ya. Oh..kalau gasalah ada salah satu senior SMP gue yang share post Official Account si PIDAS ini. Gue penasaran dong, masalahnya kok topiknya serius tapi enak dibaca gitu. Jangan tanya apa postannya, udah lupa lah gue. Gue kira dia magang gitu ya jadi jurnalis. Lantas, gue cari lah si PIDAS ini. DAMN–ternyata ini ekskul! Maklum ya, gue tuh dulu ansos cuman tau duduk depan meja belajar sama internet doang, kalo lo tanya gue situs apa aja yang bisa mempercantik tugas-tugas lo baik word maupun powerpoint, atau situs belajar yang akurat, situs download album paling komplit, cheat game anu, gue bisa jawab. Tapi kalau lo tanya spot-spot menarik di Jakarta yang enak buat jalan-jalan? Gatau de ehe.
Sejak itu, add OA nya PIDAS, sering buka webnya, jadi pengen masuk 81, suka curhat juga di Picur hehe. Jujur, gue suka banget Picur, secara gue suka menulis sebagai anonim, gue juga merasakan hal yang sama ketiga gue curhat di Picur. Setidaknya sampe gua masuk ke 81 dan jadi anggota PIDAS sih.
Gue adalah introvert. Gamau gue bilang akut atau gak. Bagi gua kalau lo udah introvert ya introvert aja. Gaada level-levelnya. Bagi gua, hidup sebagai introvert itu sangat bikin nyaman kalau lo mengikuti alur otaklo yang “sebagai mana mestinya”. Buuut, ketika lo berusaha membelot dari ini, susah banget sumpah. Yaa untuk gue sih susah jujur aja.
“Jadi bagi lo, menjadi introvert itu enak apa gak, Nad.”
“Hm, sulit.”
Yep, betul. Sulit. Gue gatau apa aja tipe-tipe makhluk introvert yang sudah tercipta di muka bumi ini. Yang jelas–kalau pun ada klasifikasinya–gue termasuk yang susah berkomunikasi sama orang lain secara langsung serta selalu berpikir bahwa yang gue lakuin adalah untuk gue seorang ujung-ujungnya. Bahkan, jujur aja sama orang tua sendiri gua juga sering miskom. Entah kenapa, otak gua cenderung menyimpan semua keinginan gua, menyusun plan sendiri untuk berjuang sendiri. Padahal, kalau gua udah masuk pada suatu lingkungan atau organisasi yang aktif, mana bisa begitu?
Tapi eh tapi, gue juga punya sifat suka menantang diri sendiri. Karena bagi gue, kelemahan kayak gini harusnya bisa diatasi. Gue kenal banyak orang yang aslinya introvert, tapi mereka tetap menunjukkan eksistensi mereka sebagai penerus bangsa yang aktif bergerak di bidangnya masing-masing dengan..sangat…apik. Gue ga bilang ingin sepenuhnya seperti mereka, yep gua terinspirasi dari mereka. Eh sama aja ga sih? Beda dong! Ok gue gamau jelasin bagian ini jadi lanjut aja.
Setelah gue masuk 81, gue yakin banget buat masuk PIDAS departemen Multimedia atau gak Cetak. Makanya waktu wawancara, jujur gue gabisa milih. Bahkan dulu gue mikir kalo gue bisa keterima di dua duanya kenapa gak? Ternyata emang gabisa dan belom tentu juga gue bisa kalo pun ada haha.
Ada banyak hal yang gue alamin disini. Gue bertemu banyak orang baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah. Gue juga jadi jalan kemana-mana juga hehe. Salah satu pengalaman berkesan bagi gue adalah waktu gue dapat mewawancarai ketua pelaksana Bedah Kampus Universitas Indonesia di tahun 2017 lalu. Sejak itu gue mengubah pandangan gue terhadap cara gue berkomunikasi. I’m not that bad. But maybe in some cases, i am.
Secara langsung dan gak langsung, PIDAS memacu diri gue untuk terus menguji sisi introvert gue ini. Sisi? Ekhm, gaada “sisi sisi”an sih kalau ini, gue rasa seluruh sisi dari gua adalah introvert dan tetap akan menjadi introvert sampai kapan pun. Terus, apaan dong bedanya pas gue udah nyemplung di PIDAS?
Bedanya, setidaknya biarpun ga setiap saat gue bisa mengutarakan pikiran dan isi hati di berbagai kesempatan, gue bukan lagi Nadira yang “all about my self” dan mulai bisa membuka diri terhadap orang lain di sekitar gue. Gue memang belum begitu terbuka dengan orang lain, tapi setidaknya gue sudah bisa memahami apa yang terjadi dengan orang-orang sekitar gue, apa yang mereka rasain, dan menanggapi dengan tanggapan tanggapan positif semampunya gue. Gue juga sudah bisa memilah mana “isi” dari otak gue yang memang patut gue keluarkan dan mana yang sepatutnya gue simpan baik-baik.
Ohiya, karena ada sebagian dari diri gue yang berubah, otomatis gue juga merasa harus mengenali “sebagian” yang berubah ini, dan menempatkannya pada kondisi tertentu dengan baik sebagai suatu kesatuan yang baru. Yep, Nadira yang sekarang.
Perlahan, hubungan gue dengan orang-orang yang tadinya mengenal gue sebagai “Si Kaku” pun juga membaik. Bagi gue sih, tapi sepertinya bagi mereka juga kok. Terutama sama orang tua gue dan sahabat-sahabat lama gue. Memang, kalau dipikir-pikir perkembangan karakter gue ini terlalu lamban. Bahkan startnya aja udah telat. Di saat teman-teman sebaya gue udah maju kemana-mana, gue..jujur masih suka tertatih-tatih untuk setidaknya setara dengan mereka. Makanya, artikel kali ini gue kasih judul “Terlambat Menetas”, karena gue bahkan belum menetas, apalagi terbang. Nadira yang tadinya keenakan di dalam cangkang sudah mulai memberontak. Cangkangnya sudah banyak retak. Perlahan tapi pasti.
Namun sampai kapan pun gue tetap akan menjadi seorang introvert. Tentu saja, gue masih menyukai status gue sebagai anonim ketika muncul di berbagai platform untuk mengekspresikan diri, baik menulis, menggambar, menyanyi. Dan gue masih menyimpan beberapa hal cuman di otak gue, bisa juga di jurnal pribadi, tanpa ada orang yang tau. Karena memang ada beberapa hal yang hanya boleh kita dan Yang Di Atas yang tau.
Ya, gue memang pernah bermimpi dan mencoba untuk menjadi salah satu organisator di PIDAS mau pun di sekolah. Namun, selain gak mendapat restu dari orang tua, ternyata juga ada hal lain yang benar-benar ingin gue lakukan. Sebab itu gue sangat berharap kepada siapapun calon pengurus PIDAS nantinya, entah tahun depan, lima tahun lagi, atau bahkan sepuluh tahun lagi. Agar bisa menjaga PIDAS dengan baik.
Akhirannya, menjadi introvert bukanlah penghalang untuk maju. Mungkin memang agak sulit, tapi sulit bukan berarti gak bisa, kan?
OHIYAA~ Aku juga gamau lupa untuk mengucapkan terima kasih sebesar besarnya kepada Kepala dan Wakil Kepala Departemen Multimedia yaitu Kak Farhan dan Kak Farras serta rekan-rekan departemen Multimedia lainnya. Terutama untuk Kak Farhan dan Kak Farras, maaf, kalau belum bisa maksimal di sini atau pernah mengecewakan Kakak dan rekan Multimedia lainnya.
Terima kasih untuk keluarga PIDAS v5.0 Incredible, dan siapa pun tim maupun perorangan yang memilihku sebagai anggota PIDAS terlebih Multimedia. Semoga kalian selalu berada dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa dimana pun dan kapan pun.