***************************************
Di penghujung bulan ini, perhatian kita tak luput dari suatu momen penting bagi Indonesia kita. 28 Oktober, yang setiap tahunnya diperingati sebagai Hari Sumpah Pemuda. Dan, tak terasa 89 tahun telah berlalu sejak hari dimana para pemuda dari seluruh penjuru negeri berikrar atas satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa.
*************************************
Halo – halo,P-assengers!
Dari prolog di awal, sudah tergambar ‘kan bahasan apa yang akan aku tulis kali ini. Memangnya apa sih yang biasa kita lakukan saat Hari Sumpah Pemuda? Hanya dalam bentuk ceremonial belaka ‘kah? Atau, apa sih yang terlintas di benak kita untuk melakukan ‘sesuatu’ sebagai seorang pemuda? Keinginan untuk membuat suatu perubahan baik ‘kah? Atau jalan di tempat saja ?
****************************************************************
“Masa yang akan datang kewajibanmu-lah …”
Mengacu pada lirik lagu di atas memang benar nyatanya bahwa masa depan bangsa kita ini bertonggak pada campur tangan yang besar dari generasi mudanya. Tapi, memangnya apa yang bisa kita lakukan sebagai persiapan untuk menjalankan kewajiban kita di masa depan nanti?
Ya, generasi muda yang berprestasi di berbagai bidang dan menorehkan citra baik untuk Indonesia memang sudah ada dan banyak jumlahnya. Yang membuat kita bisa saja berpikiran untuk apa lagi memangnya menyingsingkan tangan dan baju untuk Negara ?
Istilahnya nih, orang pintar udah banyak ‘ah, buat apalagi sih belajar susah-susah? Ikutin aja yang ada.
Tapi, kalau semua berpikiran seperti itu lama-lama menipislah sudah stok pemuda yang sadar akan kewajibannya untuk masa depan.
Indonesia ini besar dan luas, tersebar di berbagai titik, ada yang di bagian Barat, ada pula yang di bagian timur. Nah, misalkan generasi muda yang berpikiran untuk memajukan bangsa-nya hanya di satu titik saja bagaimana dengan titik yang lain? Dibiarkan saja begitu tanpa ada yang menjamah?
Kalau begitu adanya, kita nggak merealisasikan sumpah-nya dong? Mana yang katanya satu tumpah darah, satu bangsa, dan satu bahasa? Katanya bersatu tapi kok perubahannya cuma di setengah bagian aja?
“Ya terus gimana lagi dong? Gue nggak tau gue bisa apa dan harus ngapain, apalagi mikirin gimana caranya buat perubahan untuk Indonesia? Nilai aja mesti remedial mulu!!”
Mungkin kalimat seperti di atas yang muncul di benak kalian kala membaca artikel ini. Karena aku pun juga berpikiran seperti itu.
Indonesia kita ini Negara besar, teman. Negara yang punya segudang kekayaan yang tak ternilai harganya.
Keanekaragaman yang nyata dan membuat Indonesia ini lebih berwarna merupakan poin andalan kita.
Realita yang ada tersebut kita itu memberi tahu dan membuat kita menyadari bahwa kita pun punya aset yang berpeluang untuk bisa menggapai masa depan cerah dambaan bangsa ini. Bukan hanya angan semata. Bukan hanya bunga tidur yang hilang begitu saja. Bukan langit yang tak terjamah.
Optimismelah yang harus kita kedepankan dalam melihat masa dengan bangsa. Kegagalan yang telah dilakukan tidaklah menjadi momok yang bisa menghantui kita. Kendati kegagalan itu hendaklah menjadi motivasi kita untuk berubah. Dan, untuk membuat sebuah perubahan.
Membuat kita mulai melangkah menyiapkan diri ini untuk masa depan.
Mulai menanam benih dalam diri untuk bisa tumbuh menjadi sebuah pohon besar dengan akar yang membuat kokoh pohon diri kita.
Masih bingung hal apa memangnya yang bisa kita lakukan untuk membuat sebuah perubahan ?
Mesti mulai dari mana memangnya ?
Mudah kok. Nggak perlu melakukan hal-hal hedon dan bikin ribet. Hanya mencoba untuk menekankan 3 hal ini pada diri kita.
Pertama, beranikan diri buat coba hal baru. Dasarnya kan generasi muda kayak kita ini tuh kritis dan selalu penasaran sama hal-hal baru. Misalkan orang lakuin sesuatu yang terlihat “wah” di mata kita, kita jadi tiba-tiba pengen ikut, padahal bisa atau nggak aja masih abu-abu. Jadi ya, kita coba maksimalkan kekritisan yang kita punya ini buat coba hal-hal baru asalkan masih dalam ranah yang positif, oke. Mungkin aja dari iseng-iseng yang kita lakukan, ternyata disitulah bakat diri kita yang sebenarnya ditemukan. Pokoknya jangan sampai nih, kita cuma penasaran aja bisanya dan besoknya nyesel deh. Siapa tau di masa depan nanti, coba-coba nya kita itu bisa bawa keuntungan buat diri kita.
Kedua, jadi orang yang lebih baik. Hal ini bisa jadi pelengkap untuk bekal masa depan kita. Susah memang untuk mengukur kalau diri kita sendiri ini sudah baik atau belum. Tapi setidaknya, apa yang kita lakukan tuh sedikit mencerminkan anak baik-baik ‘deh. Kalau merasa kita punya satu kebiasaan buruk, coba pelan-pelah diubah sebelum kebiasan itu semakin melekat dalam diri kita.
Ketiga, kalau sudah melakukan dua cara di atas, terakhir adalah selalu berusaha. Kita mesti berusaha keras untuk menggapai cita-cita masa depan kita. Bekal yang sudah kita punya nggak akan berarti apa-apa tanpa adanya usaha dari diri kita. Jangan sampai lupa untuk berdoa, tapi. Doa itu kunci dari semua keberhasilan kita nanti.
Dengan persiapan yang telah kita lakukan, besar kemungkinan peluang kita untuk bisa menggapai masa depan. Bisa mencapai Indonesia yang gemilang. Bisa membuat suatu perubahan bagi negeri ini. Entah itu perubahan kecil atau besar, kuantitas bukan masalah, kualitaslah yang terdepan.
Oleh karena itu, sebagai generasi pemuda andalan bangsa, jangan lagi kita ragu dan menunda langkah yang akan kita tempuh untuk mewujudkan masa depan. Jangan kita cuma duduk diam di tempat tanpa tahu apa yang harus kita lakukan dan wujudkan. Karena, bukan itulah yang bangsa ini mau.
Ikrarkan diri kita seperti pemuda pada 89 tahun yang lalu. Bahwa kalian dan kita semua ialah agen perubahan bangsa yang memang sudah dipersiapkan. Agen dengan sejuta mimpi dan harapan untuk Indonesia kita. Agen andalan bangsa tercinta.
Semoga, aku, kamu, dan kita bersama bisa menjadi agen andalan bangsa yang bisa mewujudkan cita-cita masa depan bangsa ini, ya, P-assengers!
Sekian.