Hola! Ketemu lagi nih sama saya, Nadira dari Departemen Multimedia. 28 Oktober 2017 lalu, kita sudah merayakan hari Sumpah Pemuda. Sumpah Pemuda? Apa sih? Anak muda bersumpah? Pasal apa? Habis bersumpah ngapain? Oke, saya coba jawab satu per satu ya:
1. Sumpah Pemuda, Apa Sih?
Sumpah Pemuda merupakan suatu pengakuan dari Pemuda-Pemudi Indonesia yang mengikrarkan satu tanah air, satu bangsa dan satu bahasa. Sumpah Pemuda dibacakan pada tanggal 28 Oktober 1928 hasil rumusan dari Kongres Pemuda II. Kongres Pemuda II dilaksanakan tiga sesi di tiga tempat berbeda oleh organisasi Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang beranggotakan pelajar dari seluruh wilayah Indonesia. Kongres ini dihadiri oleh berbagai wakil organisasi kepemudaan yaitu Jong Java, Jong Batak, Jong, Celebes, Jong Sumatranen Bond, Jong Islamieten Bond, Jong Ambon, dsb serta pengamat dari pemuda Tionghoa seperti Kwee Thiam Hong, John Lauw Tjoan Hok, Oey Kay Siang dan Tjoi Djien Kwie.
2. Untuk Apa Mereka Bersumpah?
Hm.. untuk apa ya kira-kira? Gak menyontek? Gak keliaran malam-malam? Gak korup.. ettt… Zaman dahulu jelas tidak serupa yaa dengan sekarang. Mereka tentu bersumpah atas hal-hal yang jauh lebih hebat, dengan segala tantangan yang menghadang dengan nyawa sebagai taruhannya–tanpa ragu mereka tebas semua. Seperti yang tertera pada definisi Sumpah Pemuda di atas. Tujuan Sumpah Pemuda ialah guna para pemuda kala itu tak segan bersatu bahkan dengan keadaan mereka yang serba berbeda–seperti suku, bahasa, agama, warna kulit, dan lainnya. Kalau bahasa kerennya sih, untuk memupuk rasa nasionalisme. Gak percaya? Hayo.. buka lagi buku PPKnnya..
3. Habis “Bersumpah”, Ngapain?
Kalau belum bisa jawab ini, berarti kalian belum mengerti apa sebetulnya Sumpah Pemuda itu sendiri. Pada saat itu, masyarakat terutama para pemuda berusaha keras untuk menyatukan Indonesia yang persatuannya telah dipecah-belah oleh ulah para penjajah. Mereka bertekad kuat untuk melihat bangsa Indonesia yang dapat bersatu. Kongres ini menjadi titik tercajdinya peleburan tekad dari seluruh pemuda di Indonesia untuk tetap bersatu tanpa memandang segala perbedaan yang melekat pada diri mereka masing-masing oleh takdir. Tak hanya sekedar janji yang keluar dari mulut mereka lalu menguap entah kemana, setelah itu mereka benar-benar berusaha keras untuk menyatukan bangsa Indonesia dari Sabang hingga Merauke guna mengusir para penjajah dan mewujudkan Indonesia sebagai negara yang berdaulat penuh.
Wah, kalau begitu Sumpah Pemuda memiliki peran dalam proses kemerdekaan Indonesia, dong.
Yep, betul sekali!
Kembali ke judul. “IPA? Kok belajar sejarah?” Kalimat tersebut sering kali terlontar dari bibir-bibir orang awam maupun para pelajar khususnya pelajar berjurusan MIPA (Matematika IPA). Terlebih bagi yang sering remedial Sejarah Wajib tuh.. hehe.
Memang, mata pelajaran Sejarah Wajib seringkali menjadi momok bagi para pelajar beraliran MIPA. Anak-anak MIPA pada umumnya berpikir bahwa kunci dari kesuksesan hidupnya berporos pada mata pelajaran MIPA ditambah dengan Bahasa Inggris dan Indonesia atau bahasa asing lainnya. “Sejarah? Emang kalau mau jadi dokter harus hafal siapa yang menjabat sebagai ketua VOC selama beberapa periode, gitu?”
Para pelajar MIPA sudah terbiasa dengan pemahaman materi, rumus, dan konsep yang terjadi di alam seperti mekanisme jatuhnya buah apel dari pohon ke tanah atau pun bagaimana cara mencari sudut dari sebuah bangun jika yang diketahui hanya sisi-sisinya. Sehingga, mata pelajaran sejarah pun seringkali dianggap sebagai hapalan bagi mereka (kita sih, saya kan juga MIPA hahahah). Bahkan saya pribadi juga seperti itu. Namun, seiring bertambahnya umur, saya menyadari bahwa sejarah bukan hanya sekedar mata pelajaran yang harus dihapal. Bahkan, sejarah bukan hanya sekedar mata pelajaran. Sejarah adalah bagian dari kehidupan kita. Sejarah pun juga adalah kita sendiri. Tiap langkah yang kita ambil dan dapat memberi suatu yang baru dan berpengaruh besar terhadap lingkungan sekitar, juga disebut sebagai sejarah. Sejarah justru harus dipahami. Tak perlu hapal tanggalnya, atau pun para pelakunya kalau memang tidak sanggup. Setidaknya, kita sebagai pemuda penerus bangsa telah mengetahui fakta yang sebenarnya dibalik kekokohan Bumi Pertiwi pada saat ini.
Tapi kalau untuk ulangan Sejarah Wajib, ya dipelajarin semua dong! 🙂
Namun ironinya, seringkali pelajar Indonesia tertangkap basah membuat sontekan bahkan pada mata pelajaran sejarah sekalipun! Haduh, sejarah negeri sendiri aja gak mau tahu–bagaimana para pendahulu bersusah payah memersatukan tanah air tercinta ini.. Gimana mau mempertahankan persatuan dan kesatuan NKRI? Maluu!
Apa susahnya, sih mempelajari sejarah di tengah kemajuan teknologi yang semakin berkembang pesat? Segala informasi, pengetahuan, kebutuhan pembelajaran, bisa didapatkan dengan instan dan secara cuma-cuma. Tak seperti jaman ibu saya katanya dulu. Kalau mau banyak wawasan, sering-seringlah ke Perpustakaan Nasional, atau minimal ke perpustakaan sekolah. Sekarang? Sambil gabutan di kamar pun juga jadi, kan?
Lantas, apa lagi? Rugi waktu? Yah, mabar Mobile Legend aja kesampean. Masa baca buku sejarah gak bisa? Kebanyakan beban pikiran? Waah.. kalau ini sih salah besar. Tidak ada ilmu yang sia-sia. Semua pasti berguna. Sejarah pun begitu. Dengan mempelajari sejarah, kita bisa lebih menghargai jasa-jasa para pahlawan sehingga dapat berkontribusi dalam memajukan bangsa Indonesia. Keren, bukan?
Saya pribadi juga sering kesulitan sih kalau belajar Sejarah Wajib. Beban? Tentu tidak. Sebab itu tanamlah rasa ingin tahu yang tinggi akan ilmu pengetahuan, termasuk sejarah.
Jas Merah. Jangan sekali-kali meninggalkan sejarah. -Ir. Soekarno, Presiden RI ke-1.
Akhir kata, jadilah pemuda yang gemar mencari tahu tentang negerinya sendiri . Kuy kepoin Indonesia!
Ehh.. jangan hanya dicari tahu saja. Namun juga turut serta sebagai pemuda-pemudi yang memajukan tanah air kita ini.
Sampai jumpa di artikel selanjutnya!