Halo, halo! Saya, Rikel, kali ini ingin membahas sumpah pemuda yang tiap Oktober diperingati.
Sumpah Pemuda diikrarkan pada 28 Oktober 1928. Sudah 89 tahun sejak diikrarkan, masih kah sumpah tersebut relevan sampai saat ini?
Tentunya banyak keadaan sangat berbeda. Zaman dulu, para pemuda dengan idealisme dan cita-cita yang tinggi akan terbentuknya Bangsa Indonesia, tidak tinggal diam menunggu kemerdekaan itu. Mereka bergerak dengan membentuk organisasi, salah satunya Perhimpunan Pelajar Pelajar Indonesia (PPPI) yang kemudian mencetuskan adanya Kongres Pemuda.
Zaman sekarang, di mana kita tidak lagi berjuang untuk merdeka dari penjajah, pemuda pemudi dihadapkan pada tantangan yang sangatlah berbeda. Pola pikir, tingkat intelektual, cara pandang, serta gaya hidup adalah beberapa hal yang membedakan pemuda zaman dulu dan sekarang.
Saya ingin berbagi cerita sedikit. Waktu itu, saya sedang berbincang dengan seorang teman. Ayahnya seorang diplomat yang tiap beberapa tahun ditugaskan ke negara-negara lain. Dia memberitahukan bahwa dalam waktu dekat kemungkinan ayahnya ditugaskan ke suatu negara, dan mau tidak mau dia harus ikut. Saya pun bertanya kepada dia,”harus banget ikut ya? Kalo tinggal sama nenek emang lu nggak mau? Lagian kan negara itu sebelas duabelas sama Indonesia, masih negara berkembang juga.” Dia pun menjawab kira-kira seperti ini,”ya iya sih masih negara berkembang tapi lumayan bisa belajar bahasa sama budaya baru. Lagian udah males di Indonesia, semrawut banget.”
Kalimat “lagian udah males di Indonesia” sangat membekas bagi saya. Teman saya ini memang tidak sepenuhnya salah. Kalau kita lihat belakangan ini, banyak sekali masalah-masalah yang dihadapi Indonesia. Ketidakadilan, mudah terpecah belah, penyebaran hoax, kurangnya pemimpin sebagai teladan, dan lain sebagainya. Pemuda yang seharusnya berpikir lebih kritis malah tak terdengar gaungnya. Sebagian besar dari kita (pemuda) tidak peduli ataupun membiarkan masalah-masalah ini, bahkan ada yang ikut memperparah masalah tersebut. Rasa nasionalisme pun tergerus seiring perkembangan zaman. Apa kaitannya dengan perkataan teman saya? Dia mengatakan bahwa sudah malas tinggal di Indonesia dan saya yakin banyak orang muda yang berpendapat sama. Rasa malas tinggal di negeri sendiri dengan alasan negara ini sudah terlalu bobrok dan banyak masalah yang belum dapat diatasi adalah bentuk pesimisme kita sebagai pemuda di masa kini.
Para pendahulu kita berani mengambil jalan membentuk organisasi untuk membahas kemerdekaan. Di mana saat itu merdeka adalah cita-cita yang sangatlah tinggi. Sekarang, setelah merdeka, banyak tantangan yang dihadapi bangsa kita. Dengan mudahnya pemuda pesimis bahkan “bodo amat” dengan keadaan bangsa. Lalu, bagaimana kah cara agar kita lebih peduli terhadap bangsa kita? Apa dengan demo sana sini, menggertak pemerintah? Atau dengan menyanyikan lagu nasional serta bangga memakai pakaian tradisional saja sudah cukup? Menurut saya, itu semua terlalu mengawang-awang. Jatuhnya ya formalitas saja. Kita bisa coba dari diri sendiri.
Misalnya, kita kesal dengan korupsi yang merajalela. Dalam lingkup sehari-hari apakah kita juga melakukan tindakan yang mirip seperti menyontek? Jika ya, cobalah kita ubah. Contoh lain, kita bercita-cita ingin menjadi politikus atau pemimpin di masyarakat. Mulailah untuk menata diri dari sekarang, agar kelak jika cita-cita itu tercapai kita dapat menjadi pemimpin yang diteladani banyak orang. Kita juga harus berkomitmen untuk tidak mengikuti jejak yang salah dari pemimpin kita sekarang. Bisa juga dengan berkarya dalam bidang masing-masing, seperti menulis. Tulislah pandangan atau kritik yang membangun untuk negara ini dan sebarkanlah kepada orang lain. Jika kita tertarik dalam olahraga, bermainlah dengan sportif dan semoga saja dapat mewakili Indonesia di kancah dunia.
Yang paling terpenting adalah rasa persatuan itu sendiri. Saat ini, bangsa kita mudah sekali terpecah belah. Sebagai pemuda, kita harus tetap menjaga persatuan tersebut, jangan mudah terprovokasi apalagi mementingkan golongan sendiri. Akan ada saatnya nanti, kita menggantikan generasi di atas kita dan menjadi teladan bagi generasi di bawah kita. Maka harus dari sekarang, kita memperbaiki diri. Jalan kita masih panjang, jangan mudah untuk pesimis dan tidak peduli dengan masa depan bangsa.
Selamat Hari Sumpah Pemuda!