Halo, hello, ciao, P-assengers!
First of all, perkenalan dulu nih.
Saya Nadira Salsabila, bisa dipanggil Nadi, Dira, apa ajalah gapenting, up to you! Saya adalah siswi dari SMA N 81 Jakarta, bertengger di X MIPA 3. Saya anggota baru dari ekskul PIDAS (Multimedia yasss!!!) yang “katanya” diminati hampir seantero 81 (gak termasuk guru dan staff yaa) dan nyatanya memang. Masuknya aja kudu wawancara cuy! Saya aja sempat gak nyangka bisa bekerja sama dengan kakak-kakak dan teman-teman berjas merah ini, secara pengalaman organisasi saya tergolong minim, karena ya gitu…yang minat banyak, cerdas, berkompeten, sedangkan saya…hm average lah. So, ini adalah coretan perdana saya! 😀
Bicara perihal mimpi, sebenernya banyak sih jawabannya. Orang biasanya kalo ditanya “Mimpi kamu apa?”, pasti jawabannya semalem gua mimpi dilamar Kim Jong Un berkaitan dengan cita-citanya. Biasanya ya kalo gak dokter, guru, pengusaha, presiden, utaite (ini mah wibu Jepang!) aktris, aktor, model, dan lain sebagainya. Yang ini, saya lebih suka bilang cita-cita atau profesi yang diinginkan. Bukan mimpi. Mimpi bagi saya lebih ke rencana hidup, yaa life goals lah.
“Saya pengennya punya mobil 15, satu buat ke alf*mart, satu buat pengajian, satu buat jalan-jalan, satu buat nyalon, satu buat arisan, satu buat check up ke dokter, satu buat antar anak ke sekolah, sisanya ya pajangan aja.”
Nah, ini baru oke.
34/36
Setiap manusia pasti punya mimpi. Kecil-kecilan aja deh, dari tipikal “Gue pengen dapet nilai UN Matematika 100,5”, sampai yang berlebihan seperti contoh diatas. Saya, jelas pernah punya mimpi. Banyak malahan. Seperti pelajar pada umumnya, ingin masuk SMA favorit, PTN favorit, kerja di perusahaan bonafit, sampai hal-hal seperti berkeluarga, menjadi orang tua yang baik, dan sebagainya. Hal-hal tersebut sudah saya pikirkan sejak menduduki bangku sekolah menengah pertama.
Awal-awal kelas 7 sampai kelas 8, saya sangat optimis untuk menggapai mimpi-mimpi tersebut. Jelas, nilai bagus dan stabil tanpa mesti ambis-ambis amat, absensi rapi, main hayuk, pokoknya cerah deh! Apalagi pas kelas 7, bahh.. rasanya ingin buka kursus privat buat temen-temen (dasar riya). Kelas 8? Makin PD gila! Masuk kelas unggulan, nilai masih stabil (yee riya mulu).
Kelas 9 harusnya sudah ringan dong. Tinggal mengulang pelajaran, ditambah sedikit materi-materi baru yang masih berhubungan erat dengan materi-materi ditahun sebelumnya. Awalnya seperti biasa, nilai saya masih stabil. Hingga seperempat semester, sekiranya. Selebihnya banyak waktu yang saya habiskan bolak-balik ke rumah sakit. Sembuh sedikit, masuk sekolah, eh kambuh lagi, absen lagi. Hingga tiba saatnya pembagian raport semester gasal, saya yang tadinya PD seketika ciut saat melihat papan tulis yang tertera nama-nama murid peringkat 15 besar di kelas 9-D.
“Lah, ranking 15 aja gua kaga dapet?”
mikir positif dulu boleh lah
“Ah, rank 16 kali.”
Tetap saja, shock.
Saat raport diperlihatkan didepan saya dan ibu saya, tertera tulisan 34/36 di pojok kiri atas (INI GAUSAH DIJELASIN LAGI YA). Gak pikir panjang, saya langsung dzikir banyak-banyak dalam hati, mengingat disamping ada ibu saya yang senantiasa mendengarkan pemaparan wali kelas terhadap raport saya yang naudzubillah gitu.
“Oh ya, bu, yang peringkat 36 ini sudah pindah dari pertengahan semester.”
Artinya? Sama aja saya peringkat 35.
Kala itu saya cuman sanggup mengusap dada sambil nyemil kokokr*nch kembalian dari kantin.
Setelah diteliti, ternyata masalah saya adalah banyaknya tugas yang saya tinggalkan selama absen. Jadi nilainya kosong begitu. Memang, selagi sakit sama sekali gak mengutak-atik buku tugas, nanya juga enggak (oops, my bad), paling yaa belajar dikit-dikit lah. Berkat hasil itu serta ceramahan yang terlontar dari ibu saya, saya ingin berubah.
Di semester dua saya mulai rajin, lebih menjaga kesehatan, pokoknya ambis banget deh! Semua buku saya garap (buku UN doang sih wkwkwk). Saat memasuki pekan ujian, nilai saya tak kunjung membaik. Kesehatan juga sama saja. Yaudah, saya down. Masuk SMA favorit, PTN favorit, kerja di perusahaan yang bagus, semua saya buang jauh jauh. Malesan lagi, sakit-sakitan pula.
Tepat sebulan sebelum UN, saya mulai mikir. Kalau NUN jelek sekolah negeri mana yang bisa saya injak? Dengan harapan tipis, belajar sebisa mungkin, berdoa, saya mulai bersemangat untuk mengejar materi-materi yang saya kurang mengerti. Prosesnya pun tak mudah. Saya harus merelakan jam tidur padahal harusnya banyak istirahat karena masih dalam masa pemulihan. Rerata 92,0 pun saya raih. Ya lumayan lah. Saya pun semakin bersemangat dan memilih SMA N 81 Jakarta sebagai pilihan pertama (nyangkutnya sih pas lokal, ya gapapa dong! :D).
Mimpi Untuk 5-10 Tahun Kedepan
Mimpi saya bukan lagi sekedar menjadi orang yang sukses dalam akademik sampai berkarir. Banyak kerikil di jalan. Kalo kerikil doang sih santai. Namun, seringnya masalah eksis dalam bentuk dan level yang beragam, tentunya GAK CUMAN SEGEDE KERIKIL. Jadi, saya ingin (harus) menjadi orang yang pantang menyerah seberat apapun masalah yang nanti saya terima.
Mimpi, Cita-Cita, dan PIDAS
Mimpi ama PIDAS dulu ya, cita-cita belakangan hehe. Saya kenal organisasi PIDAS dari mana ya, lupa. Yang jelas udah add official account Line-nya dari jaman SMP lah. Pas ngeliat kok kece gitu, ekskul aja sampe punya web sendiri. Maklum, gabegitu aktif berorganisasi sebelumnya wkwkwk. Nah, bagi saya, PIDAS turut berkontribusi dalam membangun kembali semangat belajar. Lah? Iya. Kepengen masuk 81 terus join PIDAS lol. Ya ga karna itu juga sih. Namun, bagi saya PIDAS adalah organisasi yang pas untuk mengembangkan potensi diri dan menjadi individu yang lebih baik. Jelas. Ada proker, kegiatan ini, itu, jadi ga malesan lagi 😀
Cita-cita ya? Belum tau pasti sih. Sempat kepikiran mau jadi pharmacist. Semoga aja gak ganti lagi.
Kok kepanjangan ya? Yaudah lah. Terima kasih bagi yang telah meluangkan waktunya untuk membaca sampai habis!