βDengan kesederhanaan hidup bukan berati tidak ada kebahagian, kebahagian ada pada seberapa besar keberartian hidup kita untuk hidup orang lain dan sekitar, seberapa besar kita menginspirasi mereka. Kebahagian ada pada hati yang bersih, lapang dan bersyukur dalam setiap penerimaan.β
Ini adalah sebuah kisah sederhana tentang seorang anak manusia bernama Dam yang dibesarkan oleh dongeng-dongeng yang diceritakan langsung oleh ayahnya.
Apel Emas Lembah Bukhara, Suku Penguasa Angin, si Raja Tidur penguasa delapan cabang ilmu, ayahnya teman lama Sang Kapten, bintang sepak bola idola Dam semasa kecil. Ibunya Dam semasa mudanya adalah artis termahsyur, semua berhenti dipercaya oleh Dam di umur 20 tahun.
Di usia 40 tahun, istri Dam memaksanya membawa Ayah Dam tinggal bersama mereka dan keluarga kecil mereka. Dam dan istrinya telah dikaruniai dua orang anak semasa itu, Zas dan Qon. Ibu Dam telah meninggal ketika usia Dam 20 tahun, tepat di hari Dam berhenti mempercaya kata-kata ayahnya.
Ayah Dam, kakek Zas dan Qon, menceritakan hal-hal yang sama dengan yang diceritakannya kepada Dam sewaktu kecil. Dam marah karena ayahnya kerap melanjutkan ‘kebohongan-kebohongan’ masa kecilnya.
Dam terlalu fokus pada (menurutnya) kebohongan cerita ayahnya, padahal tanpa sadar seluruh dongeng ayahnya telah mengalir di jiwanya. Dam tumbuh menjadi sosok jujur, kuat, baik hati, berhati besar, berkat dongeng-dongeng ayahnya waktu kecil.
βSuku Penguasa Angin terlalu bijak untuk melawan kekerasan dengan kekerasan. Membalas penghinaan dengan penghinaan. Apa bedanya kau dengan penjajah, jika sama-sama menzhalimi,saling merendahkan?β itu salah satu nasihat ayah Dam dari cerita Suku Penguasa Angin, ketika Dam bertengkar dengan teman sekolahnya.
Buku ini salah satu karya dari penulis favorit saya, Darwis, atau yang kita semua kenal Tere Liye. Walaupun bukan favorit saya, dan sudah beberapa kali saya baca sebelumnya, tetap saja ada kesan tersendiri setiap selesai membaca buku ini. Buku ini mengajarkan arti kesederhanaan hidup, pentingnya bahagia.
Hidup itu sudah ada jalannya dari Tuhan. Bukan bagaimana kita memperoleh pelajaran-pelajaran hidup, tapi bagaimana pelajaran-pelajaran hidup itu menjadikan kita adalah kita yang sekarang.
Ayahku (Bukan) Pembohong menggambarkan makna dan arti hidup secara sederhana tanpa terkesan menggurui. Sangat cocok untuk dibaca dalam rangka Hari Pendidikan Nasional. π