Setelah Hujan Reda

Hai P-assanger! Dalam rangka memeringati Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2017 lalu, PIDAS punya sesuatu. Jadi, kali ini, gue akan menulis resensi/review gue terhadap suatu novel (cinta) yang merupakan tugas PIDAS. Sebenernya gue kurang suka sama novel romantis/melankolis gitu. Tapi, kali ini gue maksa diri gue sendiri, deh, untuk mencoba baca.

 

Judul Buku        : Setelah Hujan Reda

Pengarang          : Boy Candra

Penerbit             : Media Kita

Tahun Terbit      : 2016

Jumlah Halaman : 198

 

“Hujan juga pernah membuat janji kepadaku. Ia tak akan jatuh lagi di mataku. Tapi ia berdusta, ia meninggalkan aku tanpa permisi.”

 

Menceritakan beberapa kisah yang menyedihkan, membuat buku ini menjadi “pasar”-nya anak muda. Buku ini menceritakan beberapa kisah cinta yang memiliki status pelik. Di dalam buku ini banyak sekali yang bisa kita pelajari. Yaitu ekspektasi yang terlalu tinggi dapat membunuh kita sendiri, kepercayaan terhadap orang lain, dan banyak hal lagi. Pada awal cerita pembaca akan disambut oleh kisah cinta Aris dan Lara, di mana mereka mempunyai masa lalu yang sangat kelam, mereka berdua sama-sama ditinggalkan oleh orang yang mereka cintai untuk selama-lamanya hingga pada suatu hari mereka berdua bertemu dari pertemuan tersebut mereka menjadi dekat dan mereka dapat melupakan masa lalunya tersebut. Dari kisah ini mengajarkan kita untuk tidak terus larut dalam kesedihan mulai lah bangkit untuk masa depan nantinya.

 

Dari padangan pribadi saya, memang, beberapa cerita terkesan terlalu melankolis dan membuat kira berpikir lebih keras, karena pada dasarnya, saya kurang gemar untuk membaca novel romantis. Cerita-cerita cinta yang dibawakan juga beragam, cerita cinta beda adat, ditinggal nikah kekasih sampai gila, dan lain-lain. Tapi darisitu kita belajar bahwa apapun dan sebesar apapun usaha yang kita berikan kepada orang lain, terkadang orang lain tidak menganggap hal itu “sebesar” apa yang kita anggap.

 

Contoh cerita selanjutnya adalah “Orang gila di Depan Rumahku”

Berceritakan tentang seorang laki-laki yang orang anggap “gila”. Setiap hari ia selalu berada di depan rumh yang sama: rumah sepasang suami dan istri. Setiap kali perempuan itu melintas, matanya tidak dapat menyembunyikan kekagumannya terhadap perempuan itu. Mungkin, kata orang, mata orang gila yang berkaca-kaca. Penulis menceritakan dengan bahasa yang indah, bagaiman sang orang gila itu mengagumi perempuan tersebut. Tetapi ternyata hal di balik itu semua sungguh mengejutkan. Ya, orang gila itu adalah mantan kekasih perempuan tersebut. Yang ditinggal nikah oleh perempuan.

 

Selain kisah cinta yang ditinggalkan dengan cara kematian atau ditinggalkan karena orang lain ada pula kisah cinta Nawa dan Nila yang mana pada kisah ini hubungan mereka terbentur oleh peraturan adat istiadat di desanya selain pada peraturan juga kepada restu orang tua, hingga pada suatu hari Nawa meminta izin kepada Nila untuk pergi merantau ke tempat lain dan berjanji akan kembali untuk Nila, setiap hari Nila menuggu Nawa hingga kulitnya mengendur, matanya kabur dan rambutnya memutih Nawa belum juga datang menemuinya. Dari kisah ini mengajarkan untuk selalu patuh pada orang tua,sesuatu yang orang tua larang mungkin adalah sesuatu yang terbaik untuk kita.

 

Gimana?

Banyak banget, kan, hikmah yang bisa diambil dari buku ini?

Jadi, gue sangat merekomen buku ini untuk dibaca. Apalagi untuk para penggemar novel romantis atau cinta-cintaan. Hehe.

 

Salam Damai,

Verren.

 

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *