Belajar Lewat Surat Kakek

Halo semua!

Gak kerasa banget yaa, UAS sudah di depan mata. Rasanya mau mundur aja gitu, UAS nya nanti-nanti aja. Tapi apa boleh buat, kita harus melewati UAS tahun ini. Semoga kita semua sukses ya UAS nya nanti! Tenang aja, abis UAS kita bebas deh liburan kenaikan kelas . Kira-kira kalian udah ada rencana gitu belum buat liburan? Kalo sudah, selamat berlibur untuk kalian! Yang belum gimana? Bingung? Gak ada yang ngajak liburan? Nahh, aku sih usul yaa mending isi liburan kalian dengan membaca buku. Selain bermanfaat dan murah, baca buku juga gak butuh tenaga banyak! Nahh, berhubung 2 Mei kemarin Hari Pendidikan Nasional, PIDAS memperingatinya dengan saling tukar buku. Lagipula, pemerintah juga lagi gencar-gencarnya mendeklarasikan gerakan membaca, apa salahnya kan kita ikut ambil dalam program pemerintah itu?

Gimana? Tertarik gak dengan usulnya?

Kalau tertarik, aku ada usulan buku yang wajib banget kalian baca. Bahasa yang digunakan gampang banget dimengerti, ceritanya sangat gak cliché, banyak moral value yang dapat kalian ambil, sudut pandang yang digunakan one of a kind banget deh, dan jangan takut bosen, karena halamannya sedikit!

Letters to Sam‘ buku karangan seorang psikolog dan terapis yang kehilangan fungsi tubuhnya alias lumpuh, Daniel Gottlieb. Telah menulis beberapa novel yang laris di pasaran. Ohyaa sekedar informasi kalian aja, seluruh royalti dari hasil penjualan buku-buku karangan Daniel Gottlieb disumbangkan untuk kepentingan organisasi kesehatan dan anak-anak. Dermawan banget yaa Daniel Gottlieb ini!

Terinspirasi dari cucunya, Sam, Daniel Gottlieb akhirnya menulis buku ‘Letters to Sam’ atau Surat untuk Sam. Seperti yang kita tau, Surat adalah sarana komunikasi untuk menyampaikan informasi tertulis oleh suatu pihak kepada pihak lain. Begitulah cara Daniel Gottlieb memaparkan ceritanya lewat buku ini. Bisa dibilang buku ini merupakan komplikasi surat-surat Daniel untuk cucunya, Sam yang merupakan penyandang Pervasive Developmental Disorder atau yang biasa kita kenal dengan Autis.

Awalnya, Daniel semata-mata hanya ingin menulis surat untuk Sam tentang hal-hal penting di kehidupan seperti, cinta, kehilangan, dan anugerah hidup. Namun, Tuhan memberi jalan lain. Sam dilahirkan dengan autisme, yang akhirnya mengubah tujuan awal Daniel Gottlieb menulis surat untuk Sam. Daniel sadar bahwa dirinya dan Sam sama-sama memiliki kekurangan. Daniel dengan kelumpuhannya, dan Sam dengan autismenya. Daniel tidak ingin Sam merasa sendiri dan merasa berbeda nantinya. Ia berharap Sam dapat membaca dan mengerti pesan yang Ia sampaikan melalui surat-surat tersebut. Daniel mengajarkan bahwa dengan kekurangan mereka, bukan berarti mereka berbeda dan menjadi tidak percaya diri. Mereka memang berbeda, tapi dari perbedaan tersebut Daniel mengajarkan Sam bagaimana untuk menerima, berjuang dan embrace their flaws.

 

“Sejak hari kelahiran Sam, aku tahu, aku ingin memberi tahunya tentang hidup, cinta, dan apa arti memiliki orangtua dengan sifat-sifat kemanusiannya yang ringkih”

( Letters to Sam, hlm. XI)

 

Nahh, gimana setelah tau previewnya? Penasaran gak sihh??! Aku sangat saranin kalian baca ini sihh. Menurut aku, buku ini sih sangat worth to read bangett, bikin kalian tambah sayang sama kakek masing-masing hehe. Dan pelajarannya banyak bangett! Jadi, tunggu apa lagi? Selamat membaca!

Our tigers are not monsters. They are just parts of ourselves that have long been ignored, seeking a voice. Welcome them, feed them, and listen to what they have to say. There is really not a whole lot to be afraid of. After all, everything you find in there is a part of yourself.

(Letters to Sam, hlm. 150)

 

(Notes: Maaf gak bisa nampilin foto yaa, gak tau kenapa ini error. Fotonya menyusul ya P-assegers! Untuk mencari cover bukunya bisa dengan keyword ‘Letters to Sam’ di Google, terimakasih!)

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *