Tahun 2014 telah berakhir dengan begitu cepat, padahal terdapat 365 hari di dalamnya. Tahun 2014 dapat disebut sebagai sebuah tahun yang dinamis oleh karena berbagai perubahan yang terdapat di dalamnya. Perubahan yang terjadi pun ada yang terjadi secara perlahan dan ada pula yang terjadi secara tiba-tiba sehingga tidak dapat diantisipasi dari sebelumnya.
Pada saat memasuki tahun 2014, saya tidak memiliki resolusi yang terlalu tinggi. Bahkan boleh jadi saya tidak memiliki resolusi sama sekali berkaitan dengan pencapaian besar apa yang akan saya perjuangkan pada tahun 2014. Saya hanya berharap bahwa Allah masih memberikan saya kesempatan untuk bisa mengarungi tahun 2014 dengan sehat tanpa ada kekurangan sesuatu apapun dan dapat menyaksikan berbagai kejadian besar yang mungkin akan terjadi di tahun yang baru saja saya masuki tersebut.
Kejadian yang Bersifat Makro
Tahun 2014 memang penuh dengan berbagai kejadian besar yang saya tunggu-tunggu tanggal mainnya. Kecintaan saya terhadap politik dan sepakbola menjadi penyebabnya. Berbagai hajatan besar akan digelar baik di Indonesia maupun dunia. Di bidang politik, memasuki 2014 bagi Indonesia sama saja dengan memasuki era kepemimpinan baru dan meninggalkan era kepemimpinan yang lama. Di bulan April ada Pemilihan Umum Legislatif yang menjadi sarana bagi seluruh rakyat Indonesia untuk memilih tokoh-tokoh yang akan mewakili aspirasi mereka di parlemen baik pusat maupun daerah. Pada bulan Juli terdapat Pemilihan Presiden untuk memilih pemimpin baru yang akan menggantikan Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Presiden Republik Indonesia yang baru. Saya bersyukur dapat menyaksikan kedua kejadian besar tersebut dengan mata kepala saya sendiri meskipun usia saya belum memungkinkan saya untuk bisa memberikan suara di TPS. Pada bulan Oktober, Joko Widodo dan Muhammad Jusuf Kalla secara resmi dilantik sebagai Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia yang baru oleh Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia.
Kecintaan saya terhadap sepakbola juga terpuaskan pada tahun ini. Piala Dunia FIFA kembali digelar dan kali ini Brazil mendapat kesempatan untuk menjadi tuan rumah. Turnamen tersebut dimenangkan oleh Jerman yang melalui kemenangan tipis 1 – 0 atas Argentina melalui gol Mario Goetze. Di akhir tahun, digelar Piala AFF Suzuki dengan Singapura dan Vietnam sebagai tuan rumah babak penyisihan grup. Tim Nasional Indonesia yang diharapkan memberi kejutan pada turnamen ini lagi-lagi harus pulang tanpa gelar. Turnamen ini akhirnya dimenangkan oleh Thailand yang mengalahlan Malaysia pada babak final. Di dalam negeri Persib Bandung menjadi juara Liga Super Indonesia setelah mengalahkan juara bertahan Persipura Jayapura di babak final. Kemenangan tersebut juga membayar penantian Persib Bandung selama 20 tahun untuk merengkuh trofi Liga Indonesia.
Kejadian yang Bersifat Mikro dan Lebih Personal
Datangnya tahun baru 2014 juga berarti berakhirnya liburan akhir semester 1. Kegiatan belajar mengajar kembali menggeliat dan memberikan tanda bahwa akan banyak kegiatan berat yang harus dilalui. Di awal tahun , saya yang masih kelas X dan masih memiliki kewajiban mengikuti ekstrakurikuler Pramuka memiliki tugas untuk menghafal seluruh kode bendera semaphore yang amat menjengkelkan itu. Mungkin karena saya pada dasarnya memang tidak menyukaii. Pramuka. Tetapi, saya tetap mempelajari semaphore dan pada akhirnya behasil lolos ujian semaphore tersebut di sepan satu angkatan. Memang menegangkan tapi segala ketegangan itu terbayar lunas setelah jam pulang sekolah karena teman-teman saya di X IPS 2 memberikan kejutan ulang tahun kepada saya. Itu untuk pertama kalinya saya mendapat kejutan karena sebelumnya saya hanya merayakan ulang tahun saya secara sederhana di rumah.
Beberapa waktu kemudian Kak Regar dan Kak Salim yang merupakan dua orang pelatih Pramuka saya (dan mereka ternyata adalah pasangan ayah dan anak) mengumumkan kepada Centurion bahwa akan ada sebuah acara pelantikan Pramuka penegak bantara di Bumi Perkemahan Cibubur (yang menurut sebagian orang memiliki fasilitas yang “mengerikan”). Artinya kami Centurion yang merupakan penegak akan naik pangkat menjadi penegak bantara. Hal ini tentu saja membuat saya jengkel karena semua kegiatan itu harus dilaksanakan tanpa rasa sukarela sama sekali dan segala kegiatan yang dilakukan tanpa rasa sukarela tidak akan berjalan dengan baik. Namun, saya mengedepankan kesabaran saya dan pada akhirnya kami Centurion dapat dilantik menjadi penegak bantara dengan tanda pangkat berwarna hijau di pundak kami. Saya sendiri pada awalnya cukup bangga dengan tanda pangkat itu.
Pada bulan April, setelah mengalami penundaan PO Kavidhruva Arthyazasta menyelenggarakan kegiatan tahunan bagi anak kelas X yaitu Liga Tata Upacara Bendera (LTUB). LTUB adalah lomba tahunan bagi anak kelas X yaitu sebuah kompetisi yang mempertemukan seluruh kelas di angkatan kelas X untuk beradu kemampuan dalam baris-berbaris dan upacara bendera. Saya dan teman-teman di X IPS 2 (kelas X paralel 7) menurut peraturan turun temurun di 81 akan dilatih oleh kakak-kakak Aquila yang dulunya berada di kelas X-7 (karena kami angkatan pertama di mana penjurusan ada di kelas X). Pelatihan berlangsung sekitar dua bulan tiap pulang sekolah (latihan legal). Namun, karena singkatnya waktu latihan legal dan banyaknya materi yang harus dikuasai dan dikompakkan, latihan ilegal (LI) banyak dilakukan oleh berbagai kelas. LI sangat beresiko karena dapat mengurangi nilai jika ketahuan. Tiap kelas dapat melaporkan kelas lain jika melakukan LI. Hal tersebut membuat LI memiliki potensi yang sangat tinggi untuk memecah belah angkatan yang telah disatukan selama Trip Observasi ke-43 pada Desember 2013. Itulah mengapa LTUB disebut juga sebagai kegiatan yang dapat memecah belah angkatan. Latihan selama dua bulan lamanya terbayar pada hari H. LTUB yang terbagi menjadi 2 sesi yaitu LTUB biasa berupa lomba tata cara upacara bendera dan LPBB yang berupa kompetisi mengadu 12 gerakan dasar baris berbaris berhasil kami lalui. X IPS 2 meraih juara 2 pada LPBB tetapi tidak mendapat peringkat 3 besar pada LTUB biasa. Tetapi kami sangat bersyukur akan hal tersebut.
Loncat ke bulan Agustus ada kegiatan tahunan bagi anak-anak IPS yaitu Social Unplugged (SOS Unplugged). SOS Unplugged kali ini dikoordinir oleh kakak-kakak SOS angkatan Aquila dengan dibantu oleh SOS angkatan Centurion (termasuk saya). SOS Unplugged merupakan acara funding for charity di mana seluruh donasi yang terkumpul pada SOS Unplugeed kali ini akan didumbangkan kepada panti asuhan Sentuhan Qalbu. SOS Unplugged berjalan meriah dan hacep pada hari H. Kami SOS Centurion berhasil menampilkan berbagai tarian modern dengan baik dan kakak-kakak SOS Aquila melanjutkan tradisi bencong dan membuat acara menjadi sangat meriah.
Setelah naik ke kelas XI saya memutuskan untuk bergabung dengan ekstrakurikuler PIDAS, yaitu sebuah ekskul yang bergerak di bidang media di 81. Saya akhirnya diterima di Divisi Multimedia yang diketuai oleh Nasha setelah melalui mekanisme wawancara. Berbegai keuntungan saya dapatkan di PIDAS seperti dapat mengikuti liputan di FISIP Summit di UI. Tetapi hal utama yang sangat saya ingin dapatkan di PIDAS adalah transfer ilmu yang dilakukan oleh pelatih PIDAS saya yaitu Fauzan Al-Rasyid. Saya berharap saya dapat mengambil setidaknya sedikit ilmu darinya. Kak Fauzan juga salah satu inspirasi saya karena keberhasilannya dalam menambus sebuah kantor berita Rusia yang bercabang di Indonesia yaitu RBTH Indonesia. Oleh karena itu, saya selalu berusaha untuk menyempatkan diri jika Kak Fauzan memiliki jadwal pelatihan bahkan jika pelatihan itu dilakukan beberapa hari sebelum tahun baru 2015.
Kejadian besar terakhir yang saya alami selama 2014 adalah kegiatan Studi Sosial ke Yogyakarta dan Bali bersama seluruh teman-teman SOS Centurion. Berbagai kegiatan kami lakukan seperti kunjungan ke FH UGM, kunjungan ke Candi Prambanan, dan yang terpenting adalah penelitian sosial di Desa Tenganan Pegringsingan, Kab. Karangasem, Bali. Tidak hanya melakukan kunjungan ilmiah, kami juga berkunjung ke berbagai obyek wisata seperti Malioboro, GWK, dan Tanjung Benoa. Selama kegiatan kami menginap di hotel berbintang yang bagus sehingga kegiatan ini mampu menjadi salah satu kegiatan seru yang mempu menutup semester 3 kami di kelas XI.
Tahun Baru 2015 dan Resolusi yang Penuh Tantangan
Tahun baru 2015 saya lalui dengan melanjutkan tradisi tahun baru saya yaitu bersantai di rumah dan makan pizza tuna melt dengan pinggiran keju dari Pizza Hut. Saya tentunya tidak segila orang lain yang mau mengorbankan dirinya terjebak di tengah kemacetan yang mengular di berbagai pusat keramaian tahun baru.
Ketika 2015 datang saya meyakini dengan sepenuh hati bahwa ada beberapa tantangan yang harus saya hadapi. Tantangan itulah yang saya jadikan resolusi untuk membuat hidup saya setidaknya lebih berharga dibanding pada tahun-tahun sebelumnya. Resolusi tersebut antara lain sebagai berikut:
- Meraih Medali Emas OSN Ekonomi 2015 – OSN digelar setiap tahun dan berbagai bidang ilmu ditawarkan untuk dimasuki. Saya kebetulan cukup menyukai dan antusias terhadap pelajaran ekonomi. Terlebih lagi guru ekonomi saya yaitu Bu Christin telah menetapkan target untuk mengantarkan anak 81 meraih prestasi yang lebih baik pada OSN Ekonomi tahun ini. OSN 2015 juga merupakan tahun terakhir bagi saya untuk mengikuti kegiatan OSN sebagai siswa biasa karena jika Allah mengizinkan tahun 2016 saya akan mengikuti UN untuk menentukan kelulusan dari jenjang SMA.
- Meningkatkan Kualitas Ibadah kepada Allah – Sebagai seorang muslim yang berpanutan pada Nabi Muhammad SAW, saya tentunya selalu mengingat salah satu sabda Rasulullah bahwa seseorang yang hidupnya lebih baik dari hai kemarin adalah orang beruntung, jika sama saja maka orang tersebut adalah orang yang merugi, dan jika lebih buruk maka orang tersebut adalah orang yang celaka. Saya sendiri menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang saya miliki dan oleh karenanya saya harus memperbaiki segala kekurangan tersebut.
- Meraih Beasiswa Kuliah di Australia – Dunia telah berada di zaman globalisasi sehingga tiap negara seolah tidak lagi memiliki batas-batas yang harus dilewati. Begitu pula dengan pendidikan. Di era modern seperti ini, kuliah di luar negeri bukanlah sebuah hal yang aneh lagi. Namun karena biayanya cukup besar maka saya haris berusaha mencari informasi mengenai beasiswa tersebut.
Itulah review 2014 dan resolusi 2015 yang saya miliki. Tidak semua hal dapat saya tuliskan di sini, tetapi hanya sebagian hal penting yang saya harap dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca tulisan ini. Setiap detik usia kita bertambah tetapi bukan berarti umur kita bertambah, sebaliknya pada hakikatnya umur kita justru semakin pendek. Kita sebagai manusia mungkin dapat merencanakan segala sesuatu tetapi pada akhirnya Tuhanlah yang menentukan nasib segala rencana tersebut. Yang terpenting bagi kita adalah bagaimana kita bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan memberikan manfaat bagi sesama, meskipun yang dapat kita berikan hanya sedikit.