Halo P-assangers! Apa kabar hari ini? Hari ini adalah hari yang spesial. Kenapa? Karena untuk kedua kalinya Aku nulis artikel di sini hehe. Kembali lagi bersamaku, Hilya. Kali ini, Aku bakal ngebahas hal yang beda banget nih dari artikel Aku sebelumnya, yang mana Aku sangat tertarik dengan topik kali ini. Jadi, kali ini Aku bakal ngebahas tentang kebudayaan di Indonesia.
Kenapa Aku memilih tema ini? salah satu alasan kenapa Aku memiilih tema ini adalah karena Aku sangat tertarik, suka, dan bahkan cinta dengan kebudayaan Indonesia. Saking banyaknya, Kebudayaan Indonesia sangat beragam dan berbeda-beda, tapi walaupun begitu, perbedaan itulah yang membuat Aku semakin tertarik dengan budaya di Indonesia, dan tentunya, bangga akan kebudayaan Indonesia.
First of all, kita semua pasti sudah tau kan kalo Indonesia itu banyak banget yang namanya kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar dari Sabang sampai Merauke dengan bentuk yang pastinya beragam dengan ciri khasnya masing-masing untuk tiap daerah. Apa aja sih bentuk dari kebudayaan itu? Ada lagu khas daerah, tarian khas daerah, rumah adat, makanan khas daerah, pakaian adat, dll.
Nah tapi, dari bentuk-bentuk kebudayaan tersebut, ada satu kebudayaan yang sangat menarik perhatianku. Apa ya kira-kira? Jawabannya adalah makanan dan minuman tradisional! Wah, kalo sudah membahas tentang makanan khas Indonesia, Aku yakin pasti gabakal pernah ada habisnya, karena memang makanan khas Indonesia sangat beraga dan berbeda-beda juga rasanya. Maka dari itu, aku ingin mengajak teman-teman berkenalan dengan makanan khas dari kampungku, Sumatra Barat!
“Makan apa nih kita?
“Padang lah, gas!”
Pasti kita sudah sangat familiar dengan percakapan itu kan? Kalau lagi jalan-jalan atau bahkan kalau lagi ngumpul di rumah bersama keluarga maupun teman-teman. Bukan hanya karena rasanya yang sangat enak, tapi juga karena harganya pasti terjangkau, apalagi buat pelar seperti kita. Selain itu, juga karena rumah makan padang yang sudah tersebar di seluruh Indonesia, bahkan sampai ke luar negeri lho! hebat kan?
Without further ado, langsung aja yuk kita kenalan dengan salah satu makanan khas Sumatra Barat yang tanpa diragukan sangat terkenal ini, yaitu rendang!
Bukan orang Indonesia sejati namanya kalau ngga tau yang namanya rendang. Rendang atau randang adalah masakan daging bercita rasa pedas yang menggunakan campuran dari berbagai bumbu dan rempah-rempah. Masakan ini dihasilkan dari proses memasak yang dipanaskan berulang-ulang dengan santan kelapa. Proses memasaknya memakan waktu berjam-jam (biasanya sekitar empat jam). Potongan daging dimasak bersama bumbu dan santan dalam panas api yang tepat, diaduk pelan-pelan hingga santan dan bumbu terserap daging. Setelah mendidih, apinya dikecilkan dan terus diaduk hingga santan mengental dan menjadi kering. Memasak rendang harus sabar dan telaten ditunggui, dan jangan lupa dengan hati-hati membolak-balik daging agar santan mengering dan bumbu terserap sempurna, tanpa menghanguskan atau menghancurkan daging. Proses memasak ini dikenal dalam seni kuliner modern dengan istilah ‘karamelisasi’. Karena menggunakan banyak jenis bumbu, rendang dikenal memiliki citarasa yang kompleks dan unik.
Keunikan rendang adalah penggunaan bumbu-bumbu alami, yang bersifat antiseptik dan membunuh bakteri patogen sehingga bersifat sebagai bahan pengawet alami. Bawang putih, bawang merah, jahe, dan lengkuas diketahui memiliki aktivitas antimikroba yang kuat. Tidak mengherankan jika rendang dapat disimpan satu minggu hingga empat minggu.
Rendang yang dimasak dalam waktu yang lebih singkat dan santannya belum mengering disebut dengan kalio, berwarna coklat terang keemasan.
Tapi, kalian belum tentu tau kan sejarah dan filosofi tentang rendang? Jadi, sejarah dan bukti bahwa rendang adalah makanan khas Sumatera Barat ditemukan pada catatan harian Kolonel Stuers, Kolonel asal Prancis yang dalam tahun 1827 menulis mengenai kuliner dan sastra. Dilihat dari catatan tersebut sering kali ada secara implisit deskripsi kuliner yang diduga mengarah dalam rendang dan tertulis istilah makanan yangg dihitamkan serta dihanguskan. Berdasarkan Gusti Anan, seorang sejarawan dari Universitas Andalan, hal ini merupakan satu metode pengawetan yang biasa dilakukan oleh warga Minang. Rendang sendiri dari menurut istilah “merandang,” ialah untuk mengolah santan sampai kering secara perlahan hal ini cocok beserta rendang yang memang butuh waktu lama buat dimasak hingga kuahnya kemarau.
Sejarah rendang juga tidak lepas dengan kedatangan orang-orang dari Arab dan India di kawasan pantai barat Sumatera. Dipercaya bahwa pada abad ke-14, sudah banyak orang-orang India yang tinggal di daerah Minang, dan bumbu serta rempah-rempah sudah diperkenalkan oleh orang-orang tersebut. Ada juga dugaan yang mengatakan bahwa masakan kari yang sudah menjadi makanan khas India dan diperkenalkan pada abad ke-15 di daerah Minang merupakan dasar dari rendang itu sendiri. Hal ini sangat mungkin mengingat adanya kontrak perdagangan dengan India pada masa itu. Ahli waris tahta kerajaan Paguruyung juga membuka adanya kemungkinan bahwa rendang merupakan kari yang diproses lebih lanjut.
Lalu, apasih filosofi dari rendang? Makanan rendang khas Padang sebagai masakan tradisional memiliki posisi yang terhormat dalam hidup bermasyarakat di Minangkabau. Rendang memiliki filosofi tersendiri bagi masyarakat Minang Sumatera Barat, yaitu musyawarah dan mufakat, yang berangkat dari empat bahan pokok yang melambangkan keutuhan masyarakat Minang. Bahan pertama yaitu dagiang atau daging sapi yang juga merupakan bahan utama melambangkan niniak mamak (para pemimpin suku adat) dan bundo kanduang, dimana mereka akan memberi kemakmuran pada anak pisang dan anak kemenakan. Bahan kedua adalah karambia atau kelapa, yang melambangkan kaum intelektual atau yang dalam bahasa Minang disebut Cadiak Pandai (kaum intelektual), dimana mereka merekatkan kebersamaan kelompok maupun individu. Yang ketiga adalah Lado atau sambal sebagai lambang alim ulama yang tegas dan pedas dalam mengajarkan syariat agama. Bahan terakhir adalah pemasak atau bumbu, yang melambangkan setiap individu dimana masing-masing individu memiliki peran sendiri-sendiri untuk memajukan hidup berkelompok dan adalah unsur terpenting dalam hidup bermasyarakat masyarakat Minang yaitu sebagai lambang dari keseluruhan rakyat Minangkabau.
Dalam tradisi Minangkabau, rendang adalah hidangan yang wajib disajikan dalam setiap perhelatan istimewa, seperti berbagai upacara adat Minangkabau, kenduri, atau menyambut tamu kehormatan. Dalam tradisi Melayu, baik di Riau, Jambi, Medan atau Semenanjung Malaya, rendang adalah hidangan istimewa yang dihidangkan dalam kenduri khitanan, ulang tahun, pernikahan, barzanji, atau perhelatan keagamaan, seperti Idul Fitri dan Idul Qurban.
Tapi sayangnya, kerap kali, rendang disebut-sebut dan diakui sebagai makanan khas dari negara tetangga. Padahal jelas sekali bahwa rendang adalah makanan asli khas Indonesia. Maka dari itu, kita harus terus melestarikan budaya Indonesia ya P-assangers!
Selain itu, sebelumnya Aku sudah bilang kan kalau rendang terkenal sampai ke luar negeri! Bahkan, pada tahun 2017, rendang dinobatkan oleh CNN International sebagai hidangan peringkat pertama dalam daftar World’s 50 Most Delicious Foods (50 Hidangan Terlezat Dunia) yang diikuti oleh nasi goreng pada posisi kedua. Penobatan tersebut ditetapkan melaluii voting yang diikuti oleh 35.000 orang. Wah, sangat membanggakan ya P-assangers!
Tapi sebenarnya faktor apa sih yang membuat makanan khas Sumatera Barat ini berhasil memenangkan hati masyarakat? bukan hanya masyarakat Indonesia tapi juga masyarakat dunia
Dominan Rasa Pedas
Yang pertama adalah, rasa pedas sangat identik dengan ciri khas masakan padang, apa ya kira-kira penyebabya? Sejak dulu, daerah asal Minangkabau terbagi menjadi 3, yang dikenal sebagai luhak nan tigo, yaitu Luhak Agam, Luhak Limapuluh Kota dan Luhak Tanah Datar. Asal usul masakan Minang berasal dari 3 daerah tersebut yang mana merupakan daerah dataran tinggi dan juga disebut darek. Daerah darek dikelilingi oleh hawa dingin, oleh karena itu dibutuhkan sesuatu yang hangat bagi penduduknya.
Salah satu caranya adalah melalui masakan. Penggunaan cabai di dalam resep agar menjadi pedas dan menghangatkan suhu tubuh. Itulah mengapa masakan minang dominan pedas. Seiring dengan perubahan waktu, wilayah Minangkabau mulai berkembang, orang-orang Minang mulai menyebar ke daerah rantau atau daerah di luar Luhak nan tigo tadi. Namun hal ini tidak membuat tradisi menggunakan cabai di dalam masakan hilang, meskipun daerah tinggal mereka bukan dataran tinggi.
Penggunaan Santan
Yang kedua, Rahasia lain dari masakan Padang adalah penggunaan santan sebagai penggurih dan pelezat masakan. Banyak sekali masakan Minang yang menggunakan air perasan daging kelapa itu, terutama untuk masakan berjenis gulai. Dalam memasak daging berbumbu dalam kuah santan, jika ditinjau dari kandungan cairan santan, sebenarnya terdapat tiga tingkat tahapan, mulai dari yang terbasah berkuah hingga yang terkering: Gulai – Kalio – Rendang. Semakin banyak santan yang dipakai, akan semakin gurih, lezat dan nikmat.
Racikan Bumbu Khas dan Pas
Yang ketiga, Masakan Padang tidak mungkin lezat tanpa racikan bumbu yang pas dan khas. Orang Minang sangat pemilih soal bumbu-bumbu yang akan digunakan. Di antara banyak bumbu yang biasanya digunakan dalam memasak, bumbu yang tidak pernah absen dari masakan padang adalah 2 bawang bersaudara, yaitu bawang putih dan bawang merah.
Selain itu, tidak lupa juga bumbu 4 sekawan, alias lengkuas, serai, jahe dan kunyit. Bumbu ini mengandung khasiat sebagai obat untuk meminimalisir dan mencegah gangguan pencernaan akibat penggunaan cabe merah dan cabe hijau yang cukup banyak. Untuk pengharum masakan biasanya digunakan daun salam, daun limau dan lainnya.
Menggunakan Tungku
And the last but not least adalah dimasak dengan tungk. Idealnya masakan Minang itu dimasak dengan tungku, bukan dengan kompor. Memasak dengan tungku akan memberikan cita rasa yang khas terhadap masakan, salah satunya adalah aromanya. Secara filosofi pun, memasak dengan tungku membutuhkan dedikasi dan kesabaran yang tinggi, sehingga masakan tersebut memiliki nilai. Tapi, di perkotaan lebih banyak menggunakan kompor karena akan lebih praktis.
Wah, menarik sekali bukan? Jadi, sudah kenal belum dengan rendang? Yang teman-teman baca diatas itu baru satu jenis makanan dari satu provinsi lho! Masih banyak banget makanan khas dari Indonesia lainnya, yaitu dari Pulau Jawa, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Pulau Papua, maupun pulau-pulau kecil yang pastinya berbeda-beda tiap daerahnya.
Nah, karena kita sudah berkenalan dengan rendang, alangkah baiknya juga kalau kita berkenalan dengan makanan khas daerah lainnya. Karena, hal itu merupakan salah satu upaya kita sebagai warga negara Indonesia untuk melestarikan budaya tanah air tercinta, dan pastinya kita harus bangga akan kekayaan yang kita miliki.
Terimakasih telah meluangkan watu untuk membaca artikel ini. Sampai jumpa di lain hari P-assangers!
Sumber:
http://posko-sejarah.blogspot.com/2016/02/sejarah-masakan-rendang-masakan-khas.html
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/3023637/juara-lagi-rendang-dan-nasi-goreng-jadi-makanan-terenak-di-dunia